Hikmah
Kemuliaan Abadi
Kemuliaan abadi hanyalah ada dalam mengikuti Kitabullah, Sunnah Rasul, dan mendalami agama.
Oleh HABIB ZIADI
Dinasti demi dinasti runtuh dan lenyap. Rezim satu berganti rezim berikutnya. Tinggallah ilmu, mahakarya, dan ahli-ahlinya.
Tentara-tentara meninggal dan negara-negara hancur, tinggallah kitab-kitab ulama meriwayatkan kemuliaan sepanjang masa.
Lihatlah kepada Imam Hujjatul Islam Abu Hamid al-Ghazali dan peninggalan-peninggalan abadinya yang sangat bermanfaat bagi manusia. Bandingkan dengan peninggalan Bani Umayyah, Bani Abbasiyah, dan Daulah Utsmaniyyah.
Perkataannya dibaca di setiap rumah, fatwa-fatwanya hidup di majelis-majelis ulama, dan kitab-kitabnya menghiasi perpustakaan, hingga pada masa internet ini.
Perkataannya dibaca di setiap rumah, fatwa-fatwanya hidup di majelis-majelis ulama, dan kitab-kitabnya menghiasi perpustakaan, hingga pada masa internet ini. Namanya banyak tertera di website-website, begitu juga dengan sebagian ulama Islam lainnya.
Sedangkan, kecemerlangan dan pencapaian para khalifah ditulis oleh tinta para ulama. Bahkan kezaliman serta kemerosotannya ditulis pula. Mereka mewartakan kepada kita sebagai pelajaran. Jejak yang tersisa dari khalifah itu adalah sejarah, bangunan, dan monumen.
Kemuliaan abadi hanyalah ada dalam mengikuti Kitabullah, Sunnah Rasul, dan mendalami agama. Jika para pemimpin itu menjalankan amanatnya demi khidmat dan maslahat, maka baginya pahala jariyah. Adapun berebut kuasa demi takhta akan menggiring pada kehancuran, perpecahan, dan malapetaka.
Masa hayat para ulama banyak yang tidak lama. Imam as-Syafi'i wafat usia 54 tahun. Imam al-Ghazali pada usia 55 tahun. Imam An-Nawawi hidupnya hanya 45 tahun.
Masa hayat para ulama banyak yang tidak lama. Imam as-Syafi'i wafat usia 54 tahun. Imam al-Ghazali pada usia 55 tahun. Imam an-Nawawi hidupnya hanya 45 tahun.
Namun umat ini berutang banyak pada mereka. Nama mereka abadi dalam ingatan umat melebihi dinasti demi dinasti yang berusia sekian abad.
Lihatlah kemuliaan Ahmad bin Hanbal dan kedudukannya di hati umat dari generasi ke generasi, serta bandingkan dengan raja-raja pada masanya, seperti al-Mu'tashim, al-Watsiq, dan al-Mutawakkil. Anda akan mendapati perbedaan tajam.
Padahal, sebagaimana diketahui bahwa Ahmad bin Hanbal hidup fakir di rumah yang terbuat dari tanah dan tidak memiliki makanan sehari-harinya. Sedangkan, raja-raja itu dikelilingi oleh pelayan dan prajurit, tetapi semua itu lenyap bersama dengan habisnya hidup mereka.
Barang siapa ingin mengetahui tingginya kedudukan para ulama dari para khalifah atau penguasa, bandingkan di antara ulama-ulama dan khalifah-khalifah yang semasa. Di antaranya, Imam as-Sya’bi dan Abdul Malik, Imam az-Zuhri dan Hisyam bin Abdul Malik, Imam Abu Hanifah dan al-Mansur, Imam Malik dan ar-Rasyid, Imam Ahmad bin Hanbal dan al-Mu’tashim, Imam as-Syafi’i dan al-Makmun.
Siapakah yang lebih lestari nama dan ilmunya hingga hari ini? Tentu para ulama itu.
Wahai jiwa-jiwa yang merasa sudah cukup hidupnya dengan mengkaji mushafnya sembari ditemani Riyadh ash-Shalihin dan Bulugh al-Maram. Kemudian mengajarkannya kepada umat agar mereka lebih dekat kepada Tuhan dan nabi-Nya.
Di saat orang lain tidak pernah puas dengan popularitas dan mengejar gengsi hidup. Sesungguhnya Anda tengah berada dalam kemuliaan abadi dan kehidupan tenteram.
Sekiranya para penguasa itu merasakan ketenangan yang Anda rasakan, maka mereka akan meninggalkan apa yang mereka perebutkan itu.
Dinamika Sejarah Islam di Kota Basrah
Basrah merupakan sebuah kota di Irak yang menjadi saksi bisu pelbagai peristiwa penting dalam sejarah Islam.
SELENGKAPNYASyahwat Kekuasaan
Jangan memilih pemimpin yang sejak awal sudah menunjukkan nafsu kekuasaan dalam dirinya.
SELENGKAPNYA