Sebuah sepanduk berisi peringatan rentenir dan bank keliling dilarang masuk dipasang di salah satu gang di kawasan Punclut, Kota Bandung, Senin (20/4/2023).). | Edi Yusuf/Republika

Iqtishodia

Apakah Religiositas Petani Memengaruhi Keputusan Meminjam di Bank Emok?

Lembaga keuangan formal harus meningkatkan sosialisasi dan pelayanan.

OLEH Ranti Wiliasih (Dosen Ilmu Ekonomi Syariah FEM IPB), Syaepudin (Alumnus Mahasiswa Ekonomi Syariah FEM IPB)


Bank emok atau dikenal juga dengan bank keliling merupakan istilah untuk lembaga keuangan nonformal, yang menyediakan jasa pinjaman kepada masyarakat, khususnya di Jawa Barat. Meskipun saat ini sudah banyak lembaga keuangan seperti bank ataupun pinjaman online, popularitas bank emok tetap tinggi, termasuk di desa-desa. Hal ini karena bank emok dikenal memberikan persyaratan yang mudah dan cepat dan mudah, meskipun harus membayar bunga yang tinggi. 

Masyarakat Jawa Barat mayoritas beragama Islam, tetapi ketergantungan untuk jasa pinjaman ini cukup tinggi. Tidak hanya untuk kebutuhan yang sifatnya produktif, tetapi juga konsumtif. Masyarakat tidak peduli untuk menggunakan jasa pinjaman ini meskipun dalam banyak pengajian sering kali diingatkan bahwa pinjaman ini merupakan transaksi riba yang dilarang dalam Islam, banyak yang tidak mengindahkan hal ini. 

Untuk melihat apakah perilaku religius memengaruhi keputusan untuk meminjam uang di bank emok, maka dilakukan penelitian terhadap masyarakat yang meminjam dana di bank emok. Penelitian dilakukan di Kecamatan Darma, Kabupaten Kuningan.

photo
Sebuah sepanduk larangan rentenir dipasang di tengah jalan warga, di Kampung Tangguh Lembur Tohaga Lodaya RW 8, Kelurahan Pasirlayung, Kota Bandung, beberapa waktu lalu. - (Edi Yusuf/Republika)

Kecamatan itu memiliki memiliki luasan lahan 5.443.103 km2, jumlah penduduk sebanyak 54.912 jiwa, dan mayoritas bekerja sebagai petani.  Pengambilan data dipusatkan di tiga desa, yaitu Desa Darma,  Gunungsirah, dan Karanganyar, yang memiliki penduduk dengan profesi sebagai petani.  

Sebagaimana bank, pinjaman yang diberikan tidak langsung dalam jumlah besar, tetapi bertahap. Pinjaman awal biasanya sebesar Rp 1-2 juta rupiah dalam waktu 12-18 bulan dengan cicilan yang disesuaikan dengan kemampuan  sebesar Rp 250 ribu–Rp 300 ribu per bulannya.

Cicilan bisa dibayar dua mingguan atau bulanan melalui seseorang yang diangkat sebagai koordinator di lokasi tertentu. Biasanya di satu desa ada satu atau dua orang koordinator, tergantung luasan desa. Jumlah pinjaman ini akan meningkat seiring dengan kondite peminjam. 

Dari 100 petani yang menjadi responden, mayoritas (81 persen) laki-laki. Mereka yang melakukan pinjaman, 48 persen berusia 40-60 tahun, 42 persen di atas 60 tahun, dan hanya 10 persen yang usianya kurang dari 40 tahun.

Sedikitnya usia muda ini menggambarkan dua hal. Pertama, gambaran petani yang mayoritas berusia di atas 40 tahun. Kedua, petani dengan usia muda memiliki pilihan yang lebih banyak dalam memilih tempat pinjaman selain bank emok. 

photo
Karakteristik petani yang meminjam dan tidak meminjam di bank emok - (IPB)

Karakteristik lainnya adalah mayoritas berpendidikan sekolah dasar (SD), dengan penguasaan lahan kurang dari satu hektare dan mayoritas milik sendiri. 

Alasan responden melakukan pinjaman adalah untuk kebutuhan usaha. Artinya, masih lebih baik dari kelompok masyarakat yang menggunakan bank emok untuk tujuan konsumtif.

Hal ini diperkuat oleh data lain yang mana sebanyak 31 persen menggunakan modal yang berasal dari bank emok, 19 persen dari tengkulak, dan sisanya modal sendiri. Data lainnya, mereka yang meminjam sebagian besar tidak memiliki pekerjaan sampingan, baik sebagai buruh maupun pedagang, dan sebaliknya mereka yang tidak meminjam umumnya memiliki pekerjaan sampingan lain. 

Hasil analisis data menunjukkan bahwa orang-orang yang memiliki religiositas yang tinggi memiliki peluang yang lebih rendah untuk melakukan pinjaman kepada bank emok. Artinya, masyarakat yang berpotensi meminjam dana kepada bank emok memiliki religiositas yang rendah atau cenderung mengabaikan nilai-nilai religiositas dalam kesehariannya. 

Faktor lain yang berpeluang meningkatkan pinjaman ke bank emok adalah waktu pencairan yang cepat. Sudah menjadi rahasia umum bahwa pencairan yang cepat menjadi daya tarik utama bank emok, terutama untuk orang-orang yang memiliki kebutuhan mendesak. 

Untuk mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap bank emok, harus ada upaya-upaya yang lebih banyak untuk meningkatkan kesadaran beragama. Hal lain yang tak kalah penting dilakukan adalah meningkatkan sosialisasi serta pelayanan yang lebih baik dan cepat dari jasa keuangan formal, termasuk bank syariah. 

 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat