Berkah Makanan | Republika

Hikmah

Berkah dalam Makanan

Keberkahan hidup orang beriman diawali dari keberkahan dalam makanan.

Oleh FAJAR KURNIANTO

Manusia tumbuh berkembang serta hidup dengan mengonsumsi makanan. Makanan yang sehat akan membentuk tubuh yang sehat, dan tubuh yang sehat akan membuat anggota tubuh dapat beraktivitas dengan baik. Efek lanjutannya adalah kepada pikiran, hati, dan jiwa.

Dalam Islam, syarat makanan untuk bisa membentuk manusia yang baik tak hanya dari sisi kesehatan, tetapi juga dari sisi kehalalannya. Makanan yang sehat dan halal menurut Islam adalah makan yang mengandung keberkahan.

Allah memerintahkan kita untuk makan makanan yang halal dan baik agar makanan itu berkah, dan efek keberkahannya terasa dalam tubuh kita, lahir dan batin. “Wahai manusia, makanlah sebagian (makanan) di bumi yang halal lagi baik.” (QS al-Baqarah [2]: 168).

Syekh Nawawi al-Bantani dalam kitab Tafsir al-Munir menjelaskan, maksud dari ayat ini adalah perintah untuk makan sebagian makanan di bumi berupa tumbuh-tumbuhan dan hewan ternak yang halal lagi sehat, sekiranya makanan tersebut tidak memiliki hubungan dengan hak orang lain. Artinya, makanan itu dihasilkan bukan dari mengambil hak orang lain secara zalim, seperti mencuri, merampok, korupsi, dan sejenisnya.

 
Pesan Rasulullah SAW ini menunjukkan keberkahan makanan berupa diijabah doanya.
 
 

Ibnu Katsir dalam kitab Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim menyebutkan riwayat dari Ibnu Abbas, bahwa ayat ini pernah dibaca di sisi Rasulullah SAW. Kemudian Sa’ad bin Abi Waqqash berkata, “Wahai Rasulullah, berdoalah kepada Allah agar menjadikanku orang yang diijabah doanya.”

Beliau bersabda, “Wahai Sa’ad, perbaikilah makananmu maka engkau akan menjadi orang yang diijabah doanya. Demi Zat yang jiwa Muhammad berada di dalam genggaman-Nya, sungguh seseorang yang memasukkan satu suapan haram dalam perutnya maka amal ibadahnya tidak diterima selama 40 hari, dan sungguh hamba yang dagingnya tumbuh dari sesuatu yang haram dan dari riba maka api (neraka) lebih utama untuknya.” 

Pesan Rasulullah SAW ini menunjukkan keberkahan makanan berupa diijabah doanya. Bagaimana bisa orang yang tubuhnya tumbuh dari makanan yang haram, baik itu yang haram karena disebutkan dengan tegas oleh Alquran dan hadis Nabi, seperti daging babi, anjing, bangkai, darah, yang disembelih tanpa basmalah, maupun yang haram karena dari hasil mengambil hak orang lain, seperti mencuri, merampok, korupsi, dan sejenisnya, kemudian berdoa kepada Allah SWT dan berharap doanya dikabulkan?

Allah SWT menyukai yang baik-baik dan tidak menerima yang buruk-buruk. Jika manusia ingin doanya dikabulkan, maka ia harus mengisi perutnya dengan makanan yang halal.

Selain dari jenis makanannya yang harus halal dan baik, agar makanan mengandung berkah adalah kita makan tanpa berlebih-lebihan. Segala yang berlebih-lebihan selalu tidak baik.

Allah SWT tidak suka dengan yang berlebih-lebihan, seperti dalam firman-Nya, “Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS al-A’raf [7]: 31).

 
Orang beriman hidup bukan semata-mata untuk hidup, tetapi untuk mendapatkan keberkahan hidup dari Allah SWT.
 
 

Pola makan sederhana inilah yang senantiasa dipraktikkan Rasulullah SAW dan keluarganya. Seperti diceritakan Abu Hurairah, “Keluarga Nabi tidak pernah kenyang makan makanan selama tiga hari berturut-turut hingga beliau wafat.” (HR al-Bukhari).

Dalam hadis lain, Nabi SAW menyuruh kita untuk berhenti makan sebelum kenyang (HR at-Tirmidzi). 

Orang beriman hidup bukan semata-mata untuk hidup, tetapi untuk mendapatkan keberkahan hidup dari Allah SWT. Keberkahan itu kita dapatkan, antara lain, dimulai dari makanan yang halal, baik, dan menyehatkan.

Makanan tersebut juga tidak kita dapatkan dari hasil tindakan jahat atau buruk terhadap orang lain. Selain itu, kita tidak makan secara berlebih-lebihan.

Keberkahan hidup orang beriman diawali dari keberkahan dalam makanan. Wallahu a’lam.

Apa Saja yang Dimakruhkan dalam Shalat?

Dimakruhkan juga jika hendak mengerjakan shalat, tapi ingin buang hajat.

SELENGKAPNYA

Perselisihan Ulama Empat Mazhab Soal Muslimah Menjadi Imam Shalat

Para ulama berbeda pendapat tentang hukum fikih wanita yang mengimami shalat berjamaah bagi kaum wanita lainnya.

SELENGKAPNYA

Sufi Ini Beri Lima Syarat Maksiat

Ibrahim bin Adham menjawab pertanyaan tentang kebolehan bermaksiat kepada Allah.

SELENGKAPNYA

Ikuti Berita Republika Lainnya