Hikmah hari ini | Republika

Hikmah

Ibadah dan Kesempurnaan Akhlak

Ibadah yang kita lakukan seharusnya berdampak baik pada akhlak.

Oleh NAWAWI EFENDI

Allah SWT sudah menegaskan bahwa tujuan penciptaan jin dan manusia adalah agar mereka menyembah-Nya, sebagaimana firman-Nya, “Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.” (QS Adz-Dzariyat [51]: 56).

Dengan demikian, semua yang ada pada kita dan apa pun yang kita rasakan harus diarahkan sebagai ibadah pada Allah SWT. Ibadah yang Allah SWT tentukan bukanlah sekadar formalitas tanpa nilai-nilai spiritualitas. Bahkan, tujuan akhir dari ibadah tidak hanya kembali pada kehidupan personal, tetapi juga sosial, yaitu akhlak pada sesama manusia dan alam sekitar.

Hal tersebut sesuai dengan sabda Rasulullah SAW, “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak-akhlak mulia.” (HR Ahmad).

 
Tujuan akhir dari ibadah tidak hanya kembali pada kehidupan personal, tetapi juga sosial, yaitu akhlak pada sesama manusia dan alam sekitar.
 
 

Di antara ibadah yang Allah SWT perintahkan adalah, pertama, shalat. Shalat adalah tiang agama. Amal seseorang yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat adalah shalat.

Adapun tujuan shalat terkait dengan perbaikan akhlak terdapat pada firman Allah SWT, “Bacalah (Nabi Muhammad) Kitab (Alquran) yang telah diwahyukan kepadamu dan tegakkanlah salat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar.” (QS al-Ankabut [29]: 45).

Orang yang melakukan shalat --sesuai dengan ayat tersebut-- akan senantiasa menjauhi perbuatan keji dan mungkar. Artinya, orang yang shalat, perilakunya pasti diiringi dengan akhlak yang baik. Itulah teladan Rasulullah SAW. Kesungguhan menjaga shalat berbanding lurus dengan indahnya akhlak dalam kehidupan sehari-hari.

Kedua, puasa Ramadhan. Tujuan dari puasa Ramadhan adalah meraih derajat takwa, sebagaimana firman Allah SWT, “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS al-Baqarah [2]: 183).

Derajat takwa yang merupakan tujuan puasa tidaklah terbatas pada hubungan spiritual, tetapi juga sosial. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah SWT bahwa surga itu diperuntukkan bagi orang-orang yang bertakwa.

Selanjutnya Allah SWT menjelaskan ciri-ciri mereka, sebagaimana firman-Nya, “(Yaitu) orang-orang yang selalu berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, orang-orang yang mengendalikan kemurkaannya, dan orang-orang yang memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS Ali Imran [3]: 134).

Ketiga, zakat. Di satu sisi, zakat memang ditujukan untuk menyucikan dan membersihkan jiwa seseorang dari sifat kikir. Di sisi lain, zakat ditujukan untuk hubungan sosial dan kebaikan pada sesama manusia.

Hal tersebut terdapat pada firman Allah SWT, “Allah melebihkan sebagian kamu atas sebagian yang lain dalam hal rezeki. Akan tetapi, orang-orang yang dilebihkan (rezekinya itu) tidak mau memberikan rezekinya kepada para hamba sahaya yang mereka miliki sehingga mereka sama-sama (merasakan) rezeki itu. Mengapa terhadap nikmat Allah mereka ingkar?” (QS an-Nahl [16]: 71).

Keempat, haji. Ibadah haji juga kerap dinilai sebagai ibadah spiritual antara seseorang dengan Allah SWT. Padahal haji juga memiliki nilai-nilai sosial yang harus diterapkan.

Allah SWT berfirman, “(Musim) haji itu (berlangsung pada) bulan-bulan yang telah dimaklumi. Siapa yang mengerjakan (ibadah) haji dalam (bulan-bulan) itu, janganlah berbuat rafaṡ, berbuat maksiat, dan bertengkar dalam (melakukan ibadah) haji. Segala kebaikan yang kamu kerjakan (pasti) Allah mengetahuinya.” (QS al-Baqarah [2]: 197).

Dari semua penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa ibadah yang kita lakukan seharusnya berdampak baik pada akhlak kita. Jika tidak, berarti ibadah tersebut belum sempurna.

Hal ini juga menjadi peringatan agar kita tidak hanya melakukan ibadah sebagai formalitas, tetapi juga diniatkan untuk memperbaiki dan menyempurnakan akhlak sebagai tujuan diutusnya Rasulullah SAW pada semua manusia.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Adab terhadap Asisten Rumah Tangga

Rasulullah tidak pernah menjadikan profesi yang dilakoni Anas bin Malik sebagai status sosial.

SELENGKAPNYA

Islam Peduli Kaum Mualaf

Kaum mualaf perlu mendapatkan perhatian. Hal ini dicontohkan sejak zaman Nabi SAW.

SELENGKAPNYA

Jual Beli Emas Harus Ketemu Langsung?

Bagaimana hukum jual-beli emas secara online yang dikirim oleh kurir?

SELENGKAPNYA