
Tuntunan
Adab terhadap Asisten Rumah Tangga
Rasulullah tidak pernah menjadikan profesi yang dilakoni Anas bin Malik sebagai status sosial.
Oleh NASHIH NASHRULLAH
Anas bin Malik RA adalah sahabat yang mendapatkan kehormatan untuk membantu mengurus kebutuhan rumah tangga Rasulullah SAW. Saat itu, ia masih belia. Selama kurang lebih 10 tahun mengabdi, ia tidak pernah mendapati Rasulullah mengumpat, menyalah-nyalahkan pekerjaan yang telah ia lakukan.
Dalam kurun waktu itu pula, yang ia dapatkan justru penghormatan dan perlakuan baik dari Nabi beserta keluarga. Rasulullah juga tidak pernah menjadikan profesi yang dilakoni Anas bin Malik sebagai status sosial, lalu mendiskriminasikan mereka yang berada di level sosial paling bawah.
Ia tidak pernah mendapati Rasulullah mengumpat, menyalah-nyalahkan pekerjaannya yang telah ia lakukan.
Ada kalanya untuk membantu pekerjaan di rumah, seseorang mempekerjakan seorang asisten rumah tangga. Sang majikan memberikan pekerjaan tertentu dengan imbalan upah, sesuai dengan kesepakatan. Dari interaksi itulah, lantas muncul hak dan kewajiban. Pola hubungan antara tuan dan pembantunya itu di atur sedemikian rupa dalam Islam.

Salah satu tujuan Nabi berlaku demikian ialah untuk menghindari terjadinya pelanggaran hak dan tidak terlaksananya kewajiban. Bagaimana memperlakukan pembantu yang baik menurut Islam? Sikap yang diteladankan Rasulullah saat memperlakukan pembantunya pada dasarnya menjadi gambaran umum tentang pola ideal antara majikan dan pembantu.
Beberapa hal penting yang ditekankan Islam mengenai etika mempekerjakan asisten rumah tangga terangkum dalam beberapa poin utama berikut. Pertama, berperilaku baik dan wajar kepada para asisten rumah tangga. Mereka sama halnya manusia lainnya yang memiliki rasa dan hak untuk diperlakukan layak dan pantas. Hadis riwayat Bukhari yang mengisahkan perihal sikap Rasulullah terhadap Anas bin Malik adalah acuan mendasar yang harus dijadikan pedoman bagi para majikan.
Kedua, bayarlah gaji asisten rumah tangga sesuai dengan kesepakatan awal. Lebih baiknya, kesepakatan tersebut tercatat rapi dalam sebuah dokumen. Cara ini akan lebih memudahkan untuk arsip bila suatu saat terjadi masalah. Pembayaran gaji yang tidak sama dengan perjanjian awal dianggap sebagai kezaliman yang besar.

Dalam sebuah riwayat Bukhari, Rasulullah bersabda, “Allah SWT berfirman, ‘Ada tiga kategori golongan yang Aku menentangnya (kelak) di hari kiamat: lelaki yang berinfak kemudian ditarik kembali, lelaki yang menjual orang merdeka lalu memakan uangnya, dan orang yang mempekerjakan pekerja dan telah mendapatkan hasilnya, tetapi tidak memberikan upah.'”
Termasuk dalam poin ini ialah hendaknya membayar upah pembantu tepat waktu dan tidak menundanya, selama ia mampu. Seorang majikan yang mampu lantas tidak menunaikan kewajibannya maka tindakan itu dikategorikan sebagai perbuatan zalim. “Penundaan (membayar utang) orang yang kaya adalah zalim.”
Riwayat lain dari Abdullah bin Umar menganjurkan agar menyegerakan pembayaran upah para pembantu. Disebutkan, permisalan jangka pembayarannya ialah sebelum keringat pekerja yang bersangkutan mengering.
Penundaan (membayar utang) orang yang kaya adalah zalim
Ketiga, tidak memberikan beban pekerjaan yang melampaui batas kemampuan mereka. Jangan sampai hal ini disepelekan. Membebani pembantu dengan tugas yang berat bisa menyakiti mereka. Perlakukan mereka seperti bagian dari keluarga sendiri. Rasulullah mewanti-wanti hal itu terjadi.
Dalam hadis riwayat Bukhari dijelaskan bahwa barang siapa yang saudaranya berada di bawah perintahnya (bekerja untuknya), maka berikan makanan yang sama dengan yang ia makan, pakaian yang ia kenakan, dan hendaknya tidak memberikan tugas di luar batas kewajaran yang lantas dapat menyebabkan sakit.

Keempat, tidak berlaku kasar terhadap pembantu, apalagi menganiaya mereka dengan pukulan, tamparan, ataupun bentuk penganiayaan lainnya, termasuk menyakiti mereka dengan perkataan-perkataan hina yang merendahkan dan mencibir kehormatan mereka.
Diriwayatkan dari Abu Mas’ud al-Badari RA, ia berkisah, suatu saat ia pernah mencambuk pembantunya. Ia mendengar seseorang berbicara dan menegurnya dari belakang. Awalnya, ia tak mengerti apa yang dimaksud lelaki tersebut. Betapa kagetnya bahwa sosok tersebut ialah Rasulullah yang lantas bersabda, “Ketahuilah Abu Mas’ud, Allah mencatat segala tindakanmu atas pembantu ini.” Sejak peristiwa itu, Abu Mas’ud tidak pernah sekali pun memukul pembantunya.
Kemenkominfo: Lagu Kartun Anak LGBT Sudah tak Bisa Diakses
Usman memastikan pihaknya akan melakukan pemantauan terhadap konten-konten di media sosial.
SELENGKAPNYADahulu Anti-Islam, Politikus Belanda Ini Temukan Hidayah
Arnoud van Doorn kini turut memperkuat syiar Islam di Negeri Belanda.
SELENGKAPNYAJual Beli Emas Harus Ketemu Langsung?
Bagaimana hukum jual-beli emas secara online yang dikirim oleh kurir?
SELENGKAPNYA