Sentra kuliner angkringan Kopi Joss, Slasar Malioboro, Yogyakarta, Jumat (24/2/2023). Ada 15 pedagang angkringan Kopi Joss yang berjualan di sini. Mereka merupakan pedagang yang direlokasi dari Utara Stasiun Yogyakarta. Kopi Joss atau kopi dengan tambahan | Republika/Wihdan Hidayat

Gaya Hidup

Mereka yang Mampu Bertahan hingga Melegenda

Mengadopsi konsep pengantaran daring membuat banyak usaha kuliner mampu bertahan di tengah ketatnya persaingan.

Di tengah dinamika pasar dan resesi ekonomi yang melanda berbagai negara, termasuk Indonesia, usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) telah terbukti tetap tangguh dan turut berkontribusi bagi perekonomian Indonesia. Pada 12 Agustus 2023, Indonesia pun merayakan Hari UMKM Nasional 2023 dengan mengangkat tema “Transformasi UMKM Masa Depan”.

Menteri Koperasi dan UKM (Menkop UKM) Teten Masduki yang turut hadir pada momentum itu di Solo, Jawa Tengah, menyampaikan, dari target 30 juta UMKM yang telah onboarding digital, saat ini lebih dari 22 juta UMKM telah masuk ke ekosistem digital. GoFood, layanan pesan-antar makanan daring dari Gojek, pun turut berkontribusi.

Dalam rangka merayakan Hari UMKM Nasional, GoFood membagikan kisah perjuangan dan kegigihan dari lima pelaku UMKM kuliner yang mampu naik kelas bersama-sama serta memberikan efek domino terhadap lingkungan sekitarnya. 

 

  1. Leker Gajahan Bapak Fathoni Jr
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Leker Gajahan Bp. Fathoni Jr. (@lekergajahan)

Mempertahankan resep keluarga dan gigih membawa jajanan tradisional naik kelas melalui adaptasi ke platform online food delivery. Sering diburu masyarakat lokal hingga wisatawan, kelezatan Leker Gajahan ini ternyata berasal dari resep mertua yang telah berjualan leker keliling di wilayah Gajahan sejak 1968.

Leker Gajahan yang didirikan pada 2012 dan dikelola oleh sang menantu, Sulistyono,  menikahi anak terakhir Fathoni, yakni Maya Afin Suryani. Berbekal pengetahuan resep dari sang mertua, Tyo sukses mengembangkan Leker Gajahan Bapak Fathoni Jr dan menjadikannya salah satu ikon kuliner khas Solo.

Tyo menjajakan menu andalannya dari bazar kuliner di kampung hingga ke mal. Tak disangka, ternyata Leker Gajahan Bapak Fathoni Jr mendapati antusiasme positif dari pengunjung. Hal itu yang mendorong Tyo untuk berani membuka gerai pertamanya di Solo Paragon Mall. Melihat antusiasme dan adanya permintaan pelanggan untuk menyediakan pesan-antar makanan, Tyo memutuskan bergabung dengan GoFood pada 2017. 

 

2. Selat Viens

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Selat Solo Vien's | Akun Resmi (@viens_selat)

Mampu bertahan lebih dari 10 tahun, semangat berinovasi lewat platform daring jadi jurus jitu membangkitkan kuliner legendaris khas Solo ini. Didirikan pada 2008, pasangan suami-istri Hariyadi dan Sri Sumarni menjadi salah satu restoran ikonik yang menyajikan berbagai hidangan dengan cita rasa khas Kota Solo. 

Mengusung konsep daily food, Selat Viens menawarkan pengalaman mudah bagi pelanggan yang ingin menikmati makanan khas Solo untuk sehari-hari dan kapan pun dengan harga terjangkau. Setelah delapan tahun beroperasi, usaha Selat Viens dikelola oleh Serra Argo Rianda yang merupakan anak pertama mereka.

Selat Viens juga menanamkan sistem self-service di resto agar pelanggan dari kalangan anak muda dan pekerja kantoran dapat menikmati pesanannya dengan cepat. Selain itu, Serra membuka jangkauan pasar yang lebih luas dengan mendaftarkan Selat Viens di GoFood pada 2017. 

 

3. Soto Seger Hj Fatimah

 

Berdiri sejak 1998, restoran legendaris satu ini sebelumnya dikenal dengan nama Soto Seger Mbok Giyem Boyolali dan berganti nama menjadi Soto Seger Hj Fatimah pada 2016. Soto Seger Hj Fatimah dikelola oleh Fatimah yang merupakan anak terakhir dari Mbok Giyem. Kuliner soto khas Solo ini menawarkan menu pendamping yang variatif, mulai dari jenis sate hingga gorengan yang dapat dinikmati oleh para pelanggan. 

Sejak berganti nama, anak pertama Fatimah, yakni Hero Novianto, berjuang dengan gigih untuk membawa perubahan agar nama baru Soto Seger Hj Fatimah dapat dikenal secara luas. Salah satu strateginya adalah meningkatkan visibilitas Soto Seger Hj Fatimah dengan bergabung GoFood pada 2020. 

Saat pandemi, hampir 50 persen omzet berasal dari GoFood. Bahkan, kini Soto Seger Hj Fatimah terus tumbuh dan telah memiliki 14 cabang yang tersebar di berbagai wilayah di Jawa Tengah, seperti Klaten, Boyolali, Salatiga, Magelang, hingga Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Dan 13 cabang Soto Seger Hj Fatimah lainnya hanya menggunakan online food delivery.

 

4. Cold 'n Brew

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Est. 2016 #houseofideas (@coldnbrew)

Kedai kopi asli Solo ini terus melaju di tengah ketidakpastian untuk kenalkan konsep gerai kopi ke warga Solo. Berdiri pada awal 2016, saat itu belum banyak gerai kopi yang beroperasi di Kota Solo. Mengusung konsep house of ideas, Cold 'n Brew menawarkan tempat semi co-working space untuk para pekerja kreatif, seperti desainer, arsitek, dan mahasiswa yang butuh tempat yang nyaman untuk menggarap pekerjaan atau tugas-tugas.

Cold 'n Brew juga bekerja sama dengan berbagai komunitas, seperti komunitas lari, sepeda, crafting, hingga fotografi. Saat pertama kali beroperasi, Cold 'n Brew menemukan berbagai tantangan dalam mengembangkan usahanya. Dalam upaya menjangkau pelanggan yang lebih luas, Cold 'n Brew memutuskan bergabung bersama GoFood pada 2017. 

 

5. Dawet Telasih Yu Dermi

Mempertahankan resep legendaris selama 93 tahun dan melebarkan peluang bisnis dengan manfaatkan teknologi digital agar tetap eksis, kini Dawet Telasih Yu Dermi menjadi salah satu kuliner legendaris di Kota Solo yang hadir bersamaan dengan dibangunnya Pasar Gede Hardjonagoro. Saat ini, Dawet Telasih Yu Dermi yang berdiri sejak 1930 menjadi jajanan wajib para wisatawan ketika berkunjung ke Solo.

Kesegaran minuman ini tidak perlu diragukan lagi karena semua bahan baku yang digunakan berasal dari bahan alami, baru, dan tanpa bahan pengawet. Selain itu, Dawet Telasih Yu Dermi juga masih menjaga proses memasak tradisional dengan menggunakan dapur yang sama, yang telah digunakan secara turun-temurun, seperti tungku dan alat-alat masak tradisional lainnya. 

Pada 2006, usaha kuliner Dawet Telasih Yu Dermi dijalankan oleh generasi ketiganya, yakni oleh Tulus Subekti atau yang kerap disapa Ibu Utik dan mulai sering berinovasi mengembangkan usahanya ke pelanggan yang lebih luas. Meskipun usaha miliknya sudah banyak dikenal oleh masyarakat lokal, Ibu Utik ingin usaha keluarganya semakin dikenal dengan mengikuti bazar kuliner di mal hingga menyempurnakan kemasan bagi pelanggan yang tidak makan di tempat.

Lokasi penjualan yang berada di dalam pasar terkadang membuat pelanggan malas untuk antre menunggu ketersediaan tempat duduk. Ditambah lagi saat pandemi melanda, Ibu Utik harus memutar otak untuk mempertahankan pendapatan. Hingga akhirnya pada 2020, anak pertama Ibu Utik, yakni Yudith, menyarankan untuk bergabung bersama GoFood.

 

 

 

Dawet Telasih Yu Dermi mempertahankan resep legendarisnya selama 93 tahun. 

 
 

 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

UMKM Naik Kelas dengan Keunggulan Kompetitif Berkelanjutan

UMKM di Indonesia merupakan bagian penting dari sistem perekonomian nasional.

SELENGKAPNYA

UMKM Jangan Ragu Adopsi Teknologi

Digitalisasi dapat sangat memudahkan UMKM.

SELENGKAPNYA

Babak Baru Digitalisasi UMKM

Setiap wilayah di Indonesia, memiliki tantangan adopsi pembayayaran digital yang berbeda pula.

SELENGKAPNYA

BUMN Terus Serap Produk UMKM

Transaksi di platform PaDi UMKM telah mencapai Rp 23 triliun per Mei 2023.

SELENGKAPNYA