Asma Nadia | Republika

Resonansi

Catatan Hari Merdeka

Menghindari perbuatan tercela yang cuma bikin malu dan mencemari catatan kemerdekaan kita.

Oleh ASMA NADIA

Berbagai berita viral menjelang atau saat perayaan kemerdekaan tahun ini cukup membuat kita mengelus dada.

Pengunjung di Ancol tewas di tangan sekelompok satpam yang menginterogarasinya (baca: memaksa) agar mengaku sebagai pencuri, menjadi catatan betapa main hakim sendiri masih menjadi budaya yang tak terhindarkan.

Di Kalimantan, sekelompok orang jatuh dari jembatan gantung saat menyaksikan perayaan tujuh belasan adalah catatan akan betapa minim dan jauh dari aman, standar keselamatan publik.

Di tempat lain, sekelompok ASN menolak berbaris mengikuti perayaan 17 Agustus dengan alasan lapangan yang becek. Mereka kemudian ditegur anggota TNI sebab memilih hanya menonton dari pinggir jalan.

 
Miris, mengingat di masa lalu pejuang kemerdekaan tidak hanya bergulat dengan lumpur, tapi juga bersimbah darah meraih dan mempertahankan kemerdekaan.
 
 

 

Miris, mengingat di masa lalu pejuang kemerdekaan tidak hanya bergulat dengan lumpur, tapi juga bersimbah darah meraih dan mempertahankan kemerdekaan.

Tujuh puluh delapan tahun sudah usia kemerdekaan Indonesia. Bilangan yang cukup panjang bagi suatu bangsa. Saya tidak ingin mengatakan usia bangsa kita masih muda karena anggapan ini sangat rentan dijadikan pembenaran atas berbagai hal 'tragis' yang terabaikan.

Bahkan faktanya, justru di awal kemerdekaan, pada kurun usia bangsa masih balita sampai remaja, Indonesia justru menorehkan banyak catatan emas.

Dulu kita adalah bangsa pertama yang mengalahkan Sekutu dalam pertempuran setelah Sekutu mengalahkan Jerman dan Jepang di Perang Dunia ke-2.

Kita juga tercatat sebagai bangsa yang memberi hak pilih pada perempuan sejak pertama pemilu diselenggarakan. Padahal, negara maju sekelas Amerika dan negara demokrasi lain di Eropa butuh waktu lama sebelum memberikan hak pilih pada kaum perempuan mereka.

Bangsa kita juga memberikan kontribusi signifikan pada stabilitas dan keadilan internasional.

Indonesia di usia belia menginisiasi Gerakan Nonblok yang memicu puluhan negara di Afrika dan Asia menjadi negara merdeka. Belakangan, beberapa negara yang merdeka tersebut bahkan jauh lebih sejahtera dari negeri kita sendiri.

Indonesia di usia muda juga mempelopori Deklarasi Juanda yang menyelamatkan negara kepulauan dari penguasaan asing dan menjadi patokan hukum internasional saat ini. Singkat cerita, banyak hal sudah kita capai di usia muda kemerdekaan.

 
Indonesia di usia muda juga mempelopori Deklarasi Juanda yang menyelamatkan negara kepulauan dari penguasaan asing dan menjadi patokan hukum internasional saat ini. Singkat cerita, banyak hal sudah kita capai di usia muda kemerdekaan.
 
 

Apa kabar Indonesia hari ini?

Kita melihat begitu banyak artis muda berbakat yang pada usia kanak-kanak sudah membukukan penghasilan beratus bahkan beribu kali lipat dari orang tua, para pejabat, profesor yang telah berkarier puluhan tahun.

Menyaksikan para suksesor beliau itu banyak yang mengira masa muda mereka akan jauh lebih hebat. Nyatanya, banyak selebritas yang meraih sukses ketika muda justru melalui masa-masa sulit setelah mereka dewasa.

Inikah yang terjadi dengan bangsa kita?

Indonesia begitu harum di usia mudanya. Memiliki pengaruh besar, termasuk pernah menjadi negara terkuat secara militer di Asia Tenggara, juga bangsa yang sempat begitu didengar pendapatnya dan bersinar di kancah internasional.

Tulisan ini tidak hendak mengabaikan pencapaian di berbagai bidang lain yang mendapat pengakuan dunia.

Di jalur seni, misalnya, kita punya pianis muda peraih Oscar, penyanyi difabel netra yang mendapat golden buzzer di AGT. Tim koor kita pun kerap mendapat penghargaan internasional di Eropa. Indonesia juga meraih juara pada olimpiade fisika dan sains.

 
Tidak sedikit prestasi putra bangsa yang membanggakan. Namun tidak berarti kita menutup mata akan begitu banyak peristiwa miris sebagai PR yang menanti dikerjakan.
 
 

Tidak sedikit prestasi putra bangsa yang membanggakan. Namun tidak berarti kita menutup mata akan begitu banyak peristiwa miris sebagai PR yang menanti dikerjakan.

Peristiwa anak pejabat yang bertindak anarkistis. Mereka yang memiliki orang tua kaya raya sekalipun gaji di atas kertas sangat biasa. Berita viral di sana-sini yang tidak menjadi pelajaran.

Aneka peristiwa klise masih kerap terjadi: korupsi para pejabat masih menjadi catatan memalukan yang menghiasi berita. Sekalipun sudah puluhan pejabat masuk bui, tidak membuat pejabat baru kapok untuk tidak mengulangi tindakan tercela dan merugikan itu.

Lalu ada pula instansi yang terkesan lebih melindungi nama baik oknum daripada memenuhi rasa keadilan sekaligus menjaga nama baik lembaga.

Tujuh puluh delapan tahun kemerdekaan tentu harus kita syukuri. Perjuangan para pendiri bangsa harus kita hormati.

Salah satu caranya adalah dengan tidak mengotori perjuangan mereka. Menghindari perbuatan tercela yang cuma bikin malu dan mencemari catatan kemerdekaan kita.

Adab Saat Safar

Selesaikan janji-janji yang sudah terucap sebelum pergi.

SELENGKAPNYA

Mengapa Islam Melarang Kartun Rasulullah?

Penggambaran sosok Nabi tidak boleh dilakukan dengan tujuan apa pun.

SELENGKAPNYA

Merdeka, Takwa, dan Korupsi

Merdeka artinya masing-masing tahu diri apapun jabatannya, jauhi korupsi.

SELENGKAPNYA

Ikuti Berita Republika Lainnya