Ustaz Dr Amir Faishol Fath | Republika

Motivasi Alquran

Merdeka, Takwa, dan Korupsi

Merdeka artinya masing-masing tahu diri apapun jabatannya, jauhi korupsi.

DIASUH OLEH USTAZ DR AMIR FAISHOL FATH; Pakar Tafsir Alquran, Dai Nasional, CEO Fath Institute

Dalam bahasa Arab, kata "merdeka" disebut dengan "alhurriyah". "Orang merdeka" disebut "alhurr".

Sebaliknya, budak disebut "al’abdu" (budak laki-laki) dan "alamatu" (budak perempuan). Alquran memberikan banyak dorongan agar para budak dimerdekakan.

Anjuran ini dihubungkan dengan kaffarat (denda) dari pelanggaran syariat, seperti kasus pembunuhan, kaffarah-nya adalah memerdekakan budak (QS an-Nisa: 92). Kaffarah lainnya bagi yang melakukan zhihar untuk istrinya, ia harus memerdekakan budak (Walladziina yuzhaahiruuna min nisaaihim tsumma ya’uuduuna limaa qaaluu fatahriiru raqabah) (QS al-Mujadilah: 3).

Jadi sebenarnya tidak ada perintah dalam Alquran untuk memperbudak manusia apalagi menjajahnya. Alquran hanya menyikapi secara hukum jika di tengah masyarakat terjadi perbudakan. Ini bukti bahwa kemerdekaan sangatlah dijunjung tinggi dalam Alquran.

Umar bin Khaththab pernah mengatakan, "Atasta’bidun naasaa wa qad waladathum ummahaatuhum ahraaraa" (Apakah kamu akan memperbudak manusia, sementara mereka lahir dari rahim ibunya dalam keadaan merdeka).

 
Merdeka menurut Alquran bukan artinya bebas berbuat dosa. Merdeka adalah sikap menjaga manusia agar tetap menjadi manusia yang bermartabat.
 
 

 

Merdeka menurut Alquran bukan artinya bebas berbuat dosa. Merdeka adalah sikap menjaga manusia agar tetap menjadi manusia yang bermartabat.

Inilah inti dari ajakan bertakwa dalam Alquran. Sebab, hanya dengan bertakwa seorang hamba akan menjadi merdeka. Bukan merdeka jika seseorang tunduk kepada hawa nafsunya.

Merdeka adalah pembebasan diri dari belenggu hawa nafsu. Bukan merdeka jika di sebuah negeri masing-masing pejabat sibuk dengan melakukan korupsi. Sebab, dengan korupsi mereka tidak saja terjajah oleh kepentingan peribandinya melainkan lebih dari itu, mereka sedang melemparkan dirinya dalam jurang neraka.

Surah al-Muthafifini: 1-3 memberikan ancaman neraka bagi yang mencuri harta sekalipun sedikit. Dari kata "thaffafa yutahffifu" (korupsi sedikit), surah al-Mutahffifin ini sejatinya menggambarkan bahaya besar yang akan dialami oleh para koruptor.

Ceritanya adalah ketika Nabi Muhammad SAW di Madinah, banyak dari kalangan para pedagang di pasar yang bermain-main dengan timbangan. Mereka menggunakan dua timbangan dalam melakukan transaksi.

Satu timbangannya benar, digunakan untuk membeli barang dari orang lain supaya mendapatkan haknya secara lengkap (Alladziina idzak taaluu ‘alannaasi yastaufuun). Satunya lagi timbangan yang curang, digunakan untuk menjual barangnya kepada orang lain supaya pembeli itu mendapatkan haknya yang sudah dikurangi sedikit (Wa idzaa kaaluuhum aw wazanuuhum yukhsiruun).

Secara nominal, dari kecurangan itu sebenarnya sangat sedikit, tetapi bahayanya sangat besar, sehingga ancamannya neraka (Wailun lil muthaffifiin). Bisa digambarkan bagaimana harta haram ini benar-benar membahayakan.

 
Nabi SAW pernah menggambarkan bahwa dengan sedikit harta haram saja seorang hamba akan terputus hubungannya dengan Allah SWT, dan doanya akan tertolak.
 
 

 

Nabi SAW pernah menggambarkan bahwa dengan sedikit harta haram saja seorang hamba akan terputus hubungannya dengan Allah SWT, dan doanya akan tertolak.

Suatu hari, Nabi SAW pernah menceritakan kisah seorang musafir yang berdoa (Rajulun yuthiilus safar). Seharusnya doanya diterima, karena dalam hadis lain dikatakan: Duaul musaafuri laa yuraddu (Doa seorang musafir tidak tertolak).

Musafir ini tampil dengan pakaian sederhana layaknya seorang sedang memakai ihram saat haji dan umrah (Asy’atsa aghbara). Ini juga penampilan yang membuat Allah SWT malu untuk menolak doanya.

Musafir tersebut mengangkat tangannya ke langit dan memanggil nama Allah SWT (Rafa’a yadaihi ilas samaai wa qaala yaa rab yaa rabb). Ini kondisi lain lagi yang menjamin doanya diterima.

Tetapi Nabi SAW menyebutkan di akhir hadisnya, "Annaa yustajaabu lahuu" (Mana mungkin doanya diterima). Ternyata ini terjadi karena yang dikonsumsi musafir tersebut adalah harta haram (Wa matha’amuhuu haram, wa malbasuhuu haram wa ghudzdziya bil haram) (HR Muslim).

Apa yang ingin ditegaskan dalam tulisan ini bahwa dalam mengisi kemerdekaan bukan maksudnya semua orang bebas berbuat apa saja tanpa aturan. Justru, merdeka artinya masing-masing tahu diri apapun jabatannya, jauhi korupsi, dan tegakkan keadilan sesuai dengan kemampuan yang telah diberikan kepadanya.

Merdeka artinya membangun kesejahteraan untuk semua penduduk negeri dengan cara yang benar sebagaimana diamanahkan dalam konstitusi.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Heroisme Shalahuddin al-Ayyubi

Shalahuddin al-Ayyubi alias Saladin merupakan pendiri sebuah dinasti Sunni di Mesir dan sekaligus pahlawan Islam dalam Perang Salib.

SELENGKAPNYA

Sifat Munafik Penipu Allah

Orang-orang munafik itu menipu Allah dan Allah akan membalas tipuan mereka.

SELENGKAPNYA

Mahaguru Falak dari Bawean

Syekh Muhammad Hasan Asy'ari pun pernah menjadi guru bagi pendiri Muhammadiyah dan NU.

SELENGKAPNYA