Direktur Teknologi & Chief Teknologi Officer XL Axiata I Gede Darmayusa (kiri) bersama Direktur & Chief Commercial Officer XL Axiata David Arcelus Oses (kanan) memeriksa jaringan 5G XL Axiata saat peluncuran di Badung, Bali, Rabu (13/10/2021). Kegiatan te | ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo

Inovasi

Harap-Harap Cemas Implementasi 5G Secara Luas

Nyawa 5G ada di ketersediaan spektrum.

Perkembangan teknologi saat ini, tak bisa dipisahkan dari konektivitas 5G yang menjanjikan era digital yang lebih advance dibandingkan 4G. Penyedia layanan komunikasi Ericsson Indonesia menyebut bahwa pelanggan layanan 5G akan mencapai 1,5 miliar pada akhir 2023.  

“Langganan atau subscription mobile 5G ini semakin meningkat secara global, dan diperkirakan akan mencapai 1,5 miliar pada akhir 2023,” kata Presiden Ericsson Indonesia, Jerry Soper, dalam acara “Imagine Live - Unlock the Future of 5G” di Jakarta Selatan, Selasa (8/8/2023).

Soper mengatakan Ericsson memperkirakan, jumlah pelanggan 5G di ASEAN dan Oseania saja akan mencapai 430 juta pada akhir 2028, atau kontribusinya sekitar 34 persen dari semua mobile subscription. Ericsson mengatakan perusahaan terus berkomitmen untuk mendukung program pemerintah Indonesia dalam memajukan ekonomi digital.

SVP and Head of Market Area SEA, Oceania, and India, Nunzio Mirtillo mengatakan bahwa infrastruktur digital merupakan prasyarat untuk masyarakat digital. Berdasarkan data internal, lalu lintas masyarakat digital meningkat pesat diperkirakan hampir empat kali lipat pada 2028. “Penting sekali untuk membangun infrastruktur jaringan yang lebih banyak lagi. Dengan itu juga diperlukan upaya-upaya inovasi, kolaborasi, dan kerja sama yang lebih baik lagi,” ujar Mirtillo.

Soper mengatakan Telkomsel (PT Telekomunikasi Seluler) dan Ericsson telah mengumumkan kemitraan terbaru mengembangkan dan memperkuat jaringan 4G/5G mereka di Indonesia. Ericsson menyediakan konektivitas, menerapkan produk dan solusi Jaringan Akses Radio (RAN) 5G yang hemat daya dari Ericsson Radio System di Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Tengah, dan Barat, serta bagian timur Kalimantan, termasuk Ibu Kota Negara (Nusantara) sejak 2021.

Konektivitas 5G untuk industri juga telah diimplementasikan di salah satu perusahaan manufaktur terkemuka di Batam sejak 2021. Ericsson memperkuat jaringan dengan radio Massive MIMO AIR3219 ultra-lightweight yang hemat energi, yang berfungsi memenuhi kebutuhan 5G dan Fixed Wireless Access & Convergence (FWA/FMC) di masa depan.

Radio multi-band dan Massive MIMO generasi terbaru, seperti AIR 3219, dan baseband dapat membantu mengurangi konsumsi energi dan secara signifikan, menurunkan biaya energi, serta total biaya kepemilikan pada masa mendatang. 


Implementasi Lambat di Indonesia 

Kementerian Komunikasi dan Informatika menjabarkan alasan implementasi 5G lambat di Indonesia. Padahal, infrastruktur digital sangat penting untuk Indonesia, terutama bagi generasi muda yang memiliki banyak tuntutan dalam aktivitasnya.

Salah satu kunci penting dari infrastruktur digital adalah konektivitas 5G. 5G adalah salah satu pemimpin teknologi yang secara menyeluruh mempercepat implementasi ekonomi digital.

Namun, ada beberapa isu tentang bagaimana 5G di Indonesia peningkatannya lambat. “Itu sangat berbeda ketika mengusulkan 4G. Peralihan dari 3G ke 4G pertumbuhannya sangat cepat. Tapi itu berbeda ketika bicara peralihat 4G ke 5G,” kata Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (Dirjen SDPPI) Kemenkominfo, Ismail, dalam acara “Imagine Live - Unlock the Future of 5G” di Jakarta Selatan, Selasa (8/8/2023).

Ismail mengatakan masalah dalam peralihan 3G ke 4G mampu ditangani dengan baik. Namun, jika berbicara tentang masa depan, seharusnya tidak boleh ada kegagalan karena berkaitan dengan gaya hidup yang ditangani 5G. “Pemerintah dan stakeholder berpikir sangat keras untuk mengimplementasikannya seperti negara lain,” ujar Ismail.

Menurut dia, saat ini operator perlu memodernisasi infrastruktur serat optiknya, karena hal ini menjadi masalah krusial. Selain itu, Ismail menyebut, masalah biaya juga menjadi tantangan tersendiri dalam menyediakan perangkat keras dan lunak jaringan 5G.

Hal lain yang menghambat implementasi 5G adalah spektrum yang disediakan pemerintah karena mahalnya biaya. Karena itu, pemerintah sedang menunggu waktu untuk membuka lelang spektrum dengan harga yang rasional agar adil bagi operator.

Isu lain adalah masalah usecase 5G karena ada banyak pertanyaan, misalnya berapa banyak orang yang mau membayar untuk layanan 5G, atau berapa biaya yang harus dibayarkan oleh mereka. 

 
Pemerintah sedang menunggu waktu untuk membuka lelang spektrum. 
 
 


5G dan Transformasi Digital

Head of National Infrastructure Indonesian Telematics Society (Mastel), Sigit PW Jarot, menyebut bahwa 5G bisa berkontribusi pada ekonomi digital dalam tiga cara. Dalam banyak kajian tentang 5G, Sigit mengatakan ada yang langsung, tidak langsung, dan pengikutnya.

“Yang langsung itu biasanya industri itu sendiri, deployment-nya atau penerapannya, dan sebagainya. Yang tidak langsung digital ekonomi. Yang pengikutnya, itu ada banyak,” kata Sigit dalam acara yang sama.  

Pertama, Sigit mengatakan memang dalam banyak kajian bahwa yang paling penting adalah spektrum. Nyawa 5G, ia menyebut, ada di spektrum. Dalam kasus LTE, Sigit mengatakan tambahan 20 MHz untuk satu operator itu bisa menarik sekitar 1,5 sampai dua miliar di level pengguna. 

Untuk 5G, datanya, ia menyebut, memang belum dapat dipastikan. Data Ericsson menyebut bahwa adopsi 5G sudah meningkatkan kecepatan internet 13 kali lipat secara global. “Jadi sudah pasti kalau 5G diadopsi secara tepat, dengan cara yang tepat, dan frekuensinya juga tepat, itu dampaknya juga besar,” ujar Sigit.

Setelah membangun 5G, Sigit menyebut pemerintah bisa melanjutkan dengan skenario pemanfaatannya. Inti dari 5G itu adalah mid band dan high band. Karena itu, dia beranggapan kabar rencana pelelangan spektrum frekuensi 700 MHz itu merupakan hal baik bagi implementasi 5G.

Dia menantikan kapan Indonesia bisa merasakan mid band dan high band. “5G ketinggalan gara-gara infrastrukturnya belum siap. Kalau nunggu 6G lebih berat lagi, makin nggak siap lagi,” kata dia.

Kedua, Sigit mengingatkan bahwa generasi muda menuntut trafik. Dia mengusulkan adanya perhitungan bandwidth per kapita seperti di Amerika Serikat (AS). “Rakyat merasa kami punya hak mendapatkan bandwidth sesuai perhitungan. Nah, itu bisa menjadi positive pressure untuk keputusan,” ujar dia. 

Ketiga, biaya 5G lebih mahal daripada generasi sebelumnya. Pemerintah sudah mengupayakan berbagi infrastruktur dan spektrum untuk mengatasi masalah itu. “Kalau ketiganya dilaksanakan saya yakin usecase akan muncul. Seperti India, India kan nggak mikirin usecase karena akan muncul sendiri,” kata Sigit. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat