
Refleksi
Hijrahlah Sebelum Dipaksa
Berhijrahlah dari kursi empuk yang Anda duduki karena hati rakyat sudah lama menangis.
Oleh KH HASYIM MUZADI
Istilah 'hijrah', pertama-tama muncul sebagai kosakata 'politik' di kalangan Assaabiquunaal Awwalun para sahabat di zaman Rasulullah SAW dan menjadi tonggak sejarah perkembangan dan penyebaran syiar Islam. Hijrah sendiri berarti pindah dari satu tempat ke tempat lain. Target dan tujuannya amat beragam.
Rasulullah menganjurkan hijrah karena faktor keamanan kota suci Makkah yang tidak bersahabat. Sekelompok kecil umat yang baru saja tercerahkan cahaya Ilahi [Nurul Islam], perlu diselamatkan dari kekejaman komunitas jahiliyah yang paganis. Perjuangan Rasulullah selama 23 tahun di Makkah, "cuma mampu" mengislamkan sebagian kecil bangsa Arab.
Untuk menyelamatkan al-Baqiyyatush Shaalihaat ini melalui sebuah wahyu dari Allah SWT Nabi Muhammad tak berlama-lama membiarkan kekejaman bangsa Arab dan segera mengevakuasi para sahabat ke sebuah kota bernama Yatsrib, yang kemudian dikenal dengan al-Madinah al-Munawwarah (Kota Bermandikan Cahaya).
Meski hijrah tetap dilakukan, tetapi sosok Haramur Rasul (Makkah) tak pernah pergi dari hati Nabi Muhammad dan para sahabatnya. Tujuh belas tahun kemudian, pasukan berhati emas, berperisai keyakinan dan bernapaskan kedamaian itu, datang ke kota Makkah untuk sebuah penaklukan ruhani.
Laksana gemuruh malaikat penabur rahmat, cikal bakal masyarakat madani ini memasuki kota yang sudah lama dirindukan.
Laksana gemuruh malaikat penabur rahmat, cikal bakal masyarakat madani ini memasuki kota yang sudah lama dirindukan. Makkah, kembali bertahta di lubuk hati paling dalam mereka. Mereka telah kembali setelah sekian lama dicampakkan, dianiaya dan dinistakan. Mereka kembali dari medan hijrah. Itulah hijrah di zaman Rasulullah Muhammad.
Bagaimana menghadirkan kembali semangat hijrah serta memberikan makna yang benar di era kita kini. Tentu tidaklah sulit. Hanya, memang perlu kesadaran spiritual yang tinggi agar hijrah yang sesungguhnya dapat dilakukan bersamaan dengan taufik Allah SWT.
Taufik menjadi penting karena tanpa itu yang muncul hanya kehendak kita sendiri dan tidak bersamaan dengan kehendak Yang Maha Berkehendak. Itulah kenapa dalam setiap berdoa, para alim menganjurkan kita untuk tidak lupa memohon taufik Allah.
Kisah sukses hijrah di zaman Assaabiqunal Awwalun, contoh konkret dari turunnya taufik. Bersamaan dengan berakhirnya Tahun 1425 Hijriyah dan datangnya Tahun Baru Hijriyah 1426, yang bertepatan dengan tanggal 10 Februari 2005, ada baiknya kita merekonstruksi kembali makna dan semangat hijrah ini. Sebab, hijrah tidak saja dianjurkan kepada para sahabat tetapi dapat dilakukan kapan saja oleh kita sekarang. Tulisan serta ringkas ini akan memilah hijrah dalam dua makna. Hijrah badani dan hijrah ruhani.
Hijrah badani dapat dilakukan, misalnya, jika kampung tempat kita berdomisili tidak mampu lagi memberikan fasilitas kehidupan secara wajar. Misalnya, mencari nafkah sulit karena lapangan pekerjaan amat terbatas, ruang persaudaraan menyempit akibat pertentangan yang susah dipertemukan, perkembangan keruhanian terjepit disebabkan kesempatan dan kemudahan beribadah dibatasi. Maka segeralah berhijrah ke kampung lain.
Iman Syafi'ie berkata, "Saafir Tajid 'Iwadhan 'an Man Tufaariquhu, Fanshob Fa Inna Ladziidzal 'Aisyi Fin Nashabi (Bersafarlah maka kamu akan mendapatkan perubahan terhadap yang kamu tinggalkan. Berikhtiarlah, sesungguhnya kelezatan hidup terletak pada usaha)."
Hijrah badani dapat pula dilakukan bila tanah tempat kita lahir sudah tak mampu lagi memberikan rasa aman terhadap jiwa, properti serta kehormatan kita. Bila sebuah kota menjadi garang, sebuah komunitas menjelma kanibal, sebuah pemerintahan ibarat lintah yang tiada henti mengisap darah masyarakatnya, para pemimpin ibarat benalu yang setiap saat merampas hak-hak rakyat dan para pemangku keamanan tak jemu-jemu menebar rasa takut kepada kita, maka segeralah berhijrah ke kota lain yang jauh lebih aman.
Hijrah badani dapat pula dilakukan bila tanah tempat kita lahir sudah tak mampu lagi memberikan rasa aman terhadap jiwa, properti serta kehormatan kita.
Hijrah badani bisa juga dilakukan jika sebuah bangsa sudah tak lagi mengindahkan kodrat kemajemukan, membuang jauh-jauh sikap toleran, hidup penuh curiga, sukuisme jadi semangat untuk hidup tertutup dan membabat habis suku lainnya, agama menjelma alat menumpahkan darah atas nama Tuhan, serta kekerabatan antargolongan yang mengakibatkan maraknya tindakan saling tuding, saling injak, saling serang, saling bunuh, saling bakar dan saling memusnahkan antarmereka, segeralah berhijrah! Sedang hijrah dalam spektrum ruhani lebih mendalam, sungguh transenden, amat tremendum-mysterium, karena amat berpengaruh terhadap kesehatan tingkah laku, kekuatan mental dan ketahanan jiwa.
Dalam diri kita, telanjur banyak anasir negatif, gerombolan tentara hawa nafsu, jiwa serigala, semangat ingin selalu menang, tak mau mengalah, angkuh, bernafsu menguasai dan keinginan-keinginan buruk lainnya.
Inilah saatnya kita melakukan hijrah ruhani. Sepanjang hari kita cuma disajikan fragmen bagaimana kaum terhormat menjelma serigala, menempatkan rakyat di ujung tombak untuk sebuah perburuan kursi dan kekuasaan, menebar janji yang selalu diingkari, berkata-kata manis-retoris padahal isinya cuma dusta. Duhai yang mengaku terhormat!
Segeralah berhijrah secara ruhani. Berhijrahlah dari kursi empuk yang Anda duduki karena hati rakyat sudah lama menangis. Berhijrahlah dari menara gading, karena mata hati rakyat tak pernah lelap. Berhijrahlah dari segala keinginan jahat karena hati rakyat tak pernah lupa mendoakan tuan-tuan agar dapat berhati sejuk.
Hijrah dan turunlah! Sebab hati rakyat cuma dapat diselami di dasar lautan jiwa yang amat luas. Berhijrahlah karena sudah lama nama tuan-tuan menempati ruang hati kami, tergurat kuat dalam bola mata kami. Sadarlah segera bahwa setiap kami memohon perlindungan Allah SWT untuk tuan-tuan, hati kami menjerit karena setiap kali itu juga tuan-tuan merusak hati kami sebagai tempat tuan-tuan bersemayam.
Berhijrahlah! Karena setiap kali nama tuan-tuan muncul di lidah kami, bukan kedamaian yang datang menjelang tetapi justru kelebatan sosok tuan-tuan yang menakutkan. Sadarkah tuan-tuan bahwa kami tak pernah lelah berdoa, tak pernah jera memohon, dan tak pernah lelap tidur sebelum memohonkan keselamatan tuan-tuan.
Segeralah berhijrah secara ruhani. Berhijrahlah dari kursi empuk yang Anda duduki karena hati rakyat sudah lama menangis.
Tetapi, kenapa tuan-tuan selalu menipu kami, tak bosan-bosan membawa-bawa hati kami untuk diperjualbelikan, memeras atas nama kami, membantai atas nama kami, menumpahkan darah atas nama kami, membakar rumah atas nama kami, menyembelih saudara kami atas nama kami, menjatuhkan lawan tuan-tuan atas nama kami? Ke mana sebenarnya tuan-tuan membawa kami?
Tuan-tuan, segeralah berhijrah. Kami tahu ini haram, tetapi kenapa tuan-tuan halalkan. Kami sadar ini salah, kenapa tuan-tuan benarkan. Kenapa tidak segera berhijrah.
Ketika tuan-tuan tahu darah kami mengalir setinggi tumit, nyawa ratusan saudara kami terbantai, harta kami dirampas, tuan-tuan hanya menghitung berapa liter darah kami yang tumpah, berapa jumlah saudara kami yang meninggal, berapa kerugian harta yang kami berita.
Lalu membuat kalkulasi, menghitung sejumlah dana, me-mark-up proyek evakuasi, proyek resettlement, proyek rekonsiliasi, lantas darah kami, nyawa kami, harta kami, tuan-tuan lipat dalam sebuah kertas di kantong safari tuan-tuan. Segeralah berhijrah.
Duhai bangsaku! Marilah berhijrah secara ruhani sebelum terpaksa hijrah secara fisik. Marilah kembali menghadirkan Allah SWT ke dalam nurani kita, mengalirkan Asma-Nya Yang Agung dalam darah kita, menjadikan sifat-Nya menyelimuti tingkah laku kita, menghadirkan keagungan Allah di ujung lidah-lidah kita. Semoga hijrah kita bersamaan dengan taufik Allah SWT. Wallaahu A'lamu Bisshowaab.
Disadur dari Harian Republika edisi 27 Februari 2005. KH Hasyim Muzadi (1943-2017) adalah ketua umum PBNU periode 2000-2010.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Sahabat Nabi Wafat Saat Berhijrah
Dhamrah bin Ishaq akhirnya menyusul Nabi SAW hijrah ke Madinah, tetapi lebih dahulu wafat sebelum tiba di tujuan.
SELENGKAPNYAHijrah dan Momentum Perbaikan
Semangat hijrah harus menjadi momentumi untuk membangun kehidupan yang lebih baik.
SELENGKAPNYAHijrah, Titik Penentu Sejarah Islam (I)
Mengapa peristiwa hijrah jadi tonggak penanggalan Islam?
SELENGKAPNYA