
Inovasi
Perlukah Esport Masuk Kurikulum Sekolah?
Sekolah untuk generasi saat ini berbeda dengan generasi sebelumnya.
Esport alias olahraga elektronik dinilai perlu masuk dalam kurikulum sekolah, guna mengajarkan keterampilan digital yang vital untuk anak. Hal itu disampaikan oleh pakar generasi dan sejarawan nilai-nilai kontemporer, Eliza Filby.
Dikutip dari laman Express, Senin (12/6/2023), Filby menyoroti, esport mempromosikan komunikasi dan keterampilan teknis yang akan semakin berharga di pasar pekerjaan digital. Menurut Filby, sekolah saat ini perlu menyiapkan anak-anak untuk pekerjaan modern.
Terlebih, revolusi digital telah terjadi dalam beberapa dekade terakhir sehingga amat penting bagi murid sekolah untuk menguasai keterampilan teknis. Ia juga mengomentari sebuah penelitian terkait kurikulum berbasis teknologi yang digagas oleh dua raksasa teknologi, Dell dan Intel.
Penelitian terhadap 700 anak berusia 11 hingga 17 tahun itu menemukan lebih dari setengah responden ingin ada lebih banyak mata pelajaran berbasis teknologi dalam kurikulum sekolah. Selain itu, sebanyak 41 persen responden mengaku berminat pada esport.
Begitu pula minat pada pembuatan konten, coding, dan pembuatan siniar. Minat untuk mempelajari dua hal ini juga tercatat cukup besar pada anak sekolah masa kini. Sejumlah 56 persen responden menganggap kualifikasi dalam esport bersama orang lain akan meningkatkan peluang mereka untuk masuk ke universitas.
Filby mengatakan, sekolah untuk generasi saat ini berbeda dengan generasi sebelumnya. Pengalaman belajar yang signifikan terjadi di luar kelas dan salah satu area tersebut adalah gim atau esport.
Gim bukanlah bentuk hiburan pasif seperti menonton TV, tetapi butuh keterlibatan proaktif. Dalam pandangan Filby, terlibat dalam pertandingan atau kompetisi esport dapat meningkatkan keterampilan seperti pemecahan masalah, pemikiran strategis, dan kolaborasi.
Selain itu, ada keuntungan lain seperti meningkatkan keterampilan digital, termasuk pengembangan perangkat lunak dan grafis visual. "Jelas ada kesalahpahaman bahwa bermain gim dan esport tidak memiliki nilai nyata bagi kaum muda, ketika sebenarnya keterampilan bisa dikembangkan, yang akan mempersiapkan mereka untuk masa depan metaverse dan AI yang tak terelakkan," ujar Filby.

Dia menyadari ada hal-hal lain yang dibutuhkan Gen Alpha, seperti interaksi dengan alam dan komunikasi tatap muka. Namun, pendidik perlu memahami bahwa bermain gim juga merupakan salah satu pengalaman inti.
Kurikulum yang memungkinkan anak-anak untuk fokus pada esport dan keterampilan digital akan sangat bermanfaat. Dalam studi yang sama, 53 persen siswa berpikir kualifikasi esport akan berguna selayaknya mata pelajaran inti seperti matematika dan bahasa Inggris.
Sejumlah 45 persen menyebutnya relevan dengan beberapa mata pelajaran pendidikan tinggi. Sejumlah 40 persen responden percaya kurikulum yang memasukkan esport memberi kesempatan kepada mereka yang secara tradisional aspek akademisnya tidak seperti orang lain.
Sementara, 44 persen responden mengatakan kualifikasi seperti itu akan meningkatkan literasi digital, juga kemampuan komunikasi dan kolaborasi. Studi merupakan evolusi dari penelitian "Elevating esports in Education" Dell dan Intel pada 2022.
Brian Horsburgh dari Dell Technologies menyebut, temuan studi itu cukup signifikan. Dia mendorong institusi pendidikan memanfaatkan minat siswa, seperti esport, untuk menjadi kunci mengembangkan potensi anak.
Menurut Horsburgh, esport dapat membantu mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk peluang kerja di masa depan, jadi batu loncatan ke pendidikan tinggi, magang, dan karier. Termasuk juga, menjembatani kesenjangan keterampilan digital yang terus melebar.
Jelas ada kesalahpahaman bahwa bermain gim dan esport tidak memiliki nilai nyata bagi kaum muda.ELIZA FILBY, Pakar generasi dan sejarawan nilai-nilai kontemporer.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Teman Kegemukan, Perlukah Kita Ingatkan?
Obesitas dapat memicu pandangan dan komentar komentar yang bermacam macam dari orang lain.
SELENGKAPNYARisiko Kegemukan Sejak dalam Kandungan
Anak yang terpapar bahan kimia dalam jumlah besar saat di kandungan, cenderung obesitas.
SELENGKAPNYAStres dan Risiko Sakit Jantung
Stres merupakan faktor yang sangat penting dalam menyebabkan penyakit jantung.
SELENGKAPNYA