
Resonansi
Memahami Generasi Gamer
Orang tua wajib untuk mengerti berbagai gim yang beredar.
Oleh ASMA NADIA
(Parenting Digital -- Tulisan Pertama)
Setiap generasi mempunyai karakter berbeda. Generasi milenial punya karakter berbeda dengan generasi Z, dan generasi Z jauh berbeda dengan generasi Alpha, dan generasi Alpha akan memiliki karakter serta tantangan berbeda dengan generasi Beta.
Namun, secara umum, generasi muda saat ini bisa disebut sebagai generasi internet atau generasi digital. Di masa depan tantangan yang dihadapi akan lebih berat mengingat kecerdasan buatan (AI) sudah semakin berkembang pesat.
Karakter generasi yang berbeda memengaruhi pula pendekatan pola asuh yang digunakan ayah bunda serta guru mereka. Parenting zaman now jelas karenanya akan sangat berbeda dengan metode pengasuhan masa lalu.
Parenting zaman now jelas karenanya akan sangat berbeda dengan metode pengasuhan masa lalu.
Jika orang tua tidak mawas dengan perkembangan zaman dan tetap mempraktikkan gaya parenting konvensional secara kaku bisa jadi akan mengekang anak, menciptakan jarak, dan selanjutnya berpotensi merusak masa depan dan psikologi mental buah hati kita.
Pada tulisan kali ini saya akan menitikberatkan pada generasi GG, atau 'Good Game' merujuk istilah anak sekarang saat bermain. Pada tulisan berikutnya mungkin saya akan menulis parenting digital terkait media sosial, bisnis di era digital, interaksi sosial di era digital, dan lain-lain.
Sekarang saya ingin membahas lebih detail parenting digital untuk memahami dunia gaming.
Di masa lalu, orang tua barangkali akan marah jika anak menghabiskan banyak waktu untuk bermain. Namun, di masa kini justru kelihaian bermain gim bisa membuka peluang yang memberi penghasilan menjanjikan. Sesuatu yang sekilas pandang terasa sebagai dilema.
Antara peluang di satu sisi, tapi di sisi lain juga berpotensi menimbulkan masalah. Jika diarahkan dengan benar bisa jadi gim menjadi sumber penghasillan, tapi bisa juga sumber pemborosan atau mengakibatkan kecanduan dan ketergantungan.
Apa yang harus orang tua lakukan? Membuat perjanjian dengan anak sebelum memberikan gawai barang kali bisa menjadi awal. “Kamu boleh main gim tapi tidak boleh lupa waktu,” lalu bertahap buat kesepakatan lanjutan berapa jam boleh bermain gim daring setiap hari.
Jika diarahkan dengan benar bisa jadi gim menjadi sumber penghasillan, tapi bisa juga sumber pemborosan atau mengakibatkan kecanduan dan ketergantungan.
Ingat anak-anak bisa diajak membuat kesepakatan ketika masih kecil. Namun menghadapi anak yang sudah lebih besar, mereka akan semakin sulit diatur. Maka manfaatkan untuk mulai menawarkan kesepakatan ini sejak dini. Latih pula mereka untuk komit dengan janji.
Gim digital pun sebenarnya sudah banyak berubah. Dulu orang tua bisa menyelak anak- anak saat bermain, “Berhenti dulu, mainnya. Kita shalat.”
Gim daring tidak bisa di-pause karena bersifat live. Jika anak dipaksa berhenti meninggalkan gim, dia bisa merasa mengkhianati pemain lain yang sedang berjuang bersama (jika permainan digital dilakukan berkelompok).
Karena itu, buat juga perjanjian lain dengan anak sebelum memberikan mereka gawai. ”Boleh main gim asalkan tidak meninggalkan waktu shalat dan sudah menyelesaikan tugas sekolah.”
Gim sekarang juga memiliki peringkat. Dengan begitu anak-anak dipacu terus mencetak prestasi. Pendekatan ini membuat anak termotivasi, karena ada pencapaian atau target yang ingin dikejar.
Apalagi kalau sudah populer, anak-anak akan berjuang menjadi yang terbaik dibandingkan teman lain yang sedang tanding di gim yang sama. Tak mudah membuat anak-anak menjadi bosan karena perusahaan gim selalu bisa menghadirkan tantangan baru yang mengulik rasa penasaran anak.
Sekalipun kita khawatir, kadang memberi apresiasi atas pencapaian anak di gim tertentu bisa mendekatkan anak dan orang tua. Setelah itu cari cara membuat keadaan menjadi positif. “Kalau kamu juara nanti Papa belikan skin game ini.”
Buat kegemaran yang awalnya hanya hobi menjadi bargain reward yang bisa memotivasi anak. Hal lain yang menjadi catatan untuk diingat adalah kehidupan sosial di dunia gamer berbeda dengan kehidupan nyata.
Di dunia permainan digital semua setara, tidak ada tua atau muda. Anak-anak santai dan leluasa berbicara kasar bahkan jorok pada orang yang jauh lebih tua dari mereka karena tidak tahu siapa di balik akun para pemain.
Di dunia permainan digital semua setara, tidak ada tua atau muda. Anak-anak santai dan leluasa berbicara kasar bahkan jorok pada orang yang jauh lebih tua dari mereka karena tidak tahu siapa di balik akun para pemain.
Di dunia gim, yang dituakan dan dihormati adalah mereka yang lebih tinggi peringkatnya atau lebih jago. Jangan kaget jika mahasiswa bisa memanggil kakak ke anak SD, sebab si anak SD itu sangat lihai di gim tertentu.
Setelah berteman di dunia daring, bisa jadi anak SD berteman dengan mahasiswa atau orang yang sudah menikah karena mereka tidak tahu identitas di balik tiap akun.
Membangun kesadaran anak untuk menjaga sopan santun dan akhlak di dunia gim selalu menjadi isu yang sensitif. Atas alasan itu, beberapa produsen gim memfilter kata-kata kasar dan penuh ujaran kebencian.
Yang kita khawatirkan tentu jika sikap-sikap itu berpengaruh dan terbawa di dunia nyata. Apalagi jika mereka tumbuh dan memasuki dunia profesi. Anak tidak bisa membedakan bagaimana harus berbicara pada teman sebaya atau yang lebih tua.
Membangun kesadaran anak untuk menjaga sopan santun dan akhlak di dunia gim selalu menjadi isu yang sensitif. Atas alasan itu, beberapa produsen gim memfilter kata-kata kasar dan penuh ujaran kebencian.
Anak perlu lebih kuat lagi ditanamkan soal budi pekerti sedini mungkin. Ancaman lain dari permainan digital online adalah beberapa gim mengarah pada pornografi, kekerasan, dan kerusakan moral.
Karena itu, orang tua harus mengawal antara lain memberi rekomendasi dan alasan gim apa yang boleh dimainkan anak dan mana yang tidak. Buat juga persyaratan lain, misalnya, “Kamu boleh main gim tapi tidak boleh yang mengajak pada kekerasan…”
Segala sesuatu tentu bisa memiliki dua sisi. Gim pun begitu, tidak melulu dipenuhi hal buruk. Contoh gim kadang bisa mendekatkan saudara jauh yang dulu jarang berkomunikasi. Anak-anak yang minim bertukar sapa kini lebih sering berkomunikasi untuk mabar (main bareng).
Gim juga bisa menjadi sarana orang tua dekat dengan anak. Jika orang tua tidak hanya memainkan gim yang sama melainkan turut bermain di gim yang sama dengan anak-anaknya maka mereka bisa berbicara dengan bahasa yang sama dan menjadi teman.
Di dunia digital, orang tua jadi seperti wajib untuk mengerti berbagai gim yang beredar. Dengan begitu orang tua bisa memberi batasan atau melarang jauh-jauh dari gim yang lebih banyak unfaedah.
Satu hal penting lainnya, dari pilihan gim, dari cara bermain gim, dan sikap ketika menang atau kalah, orang tua bisa melihat kepribadian anak yang lalu menjadi pertimbangan menerapkan pola parenting mana yang paling tepat pada anak tersebut.
Karena itu, di dunia digital, orang tua jadi seperti wajib untuk mengerti berbagai gim yang beredar. Dengan begitu orang tua bisa memberi batasan atau melarang jauh-jauh dari gim yang lebih banyak unfaedah.
Jika anak masih bayi, lakukan riset kecil-kecilan untuk menemukan gim yang menarik sebagai media edukasi anak sesuai usianya. Saat mereka sudah aman bermain digital, kita bisa menggunakan gim sebagai materi edukasi.
Orang tua yang bijak di dunia digital bisa melihat peluang menjadikan gim sebagai fasilitas mendekatkan diri pada anak, mengevaluasi perilaku mereka dan memotivasi, termasuk menghadirkan iklim kompetisi sangat keras di dunia nyata, pada keseharian anak-anak kita.
Libur Sabtu-Ahad Bid'ah karena Menyerupai Yahudi-Nasrani, Benarkah?
Penetapan hari libur nasional dilakukan oleh otoritas berwenang dalam hal ini pemerintah.
SELENGKAPNYABeramal tanpa Terlihat Orang
Beramal dengan ikhlas semata-mata demi mengharap pahala dan ridha-Nya.
SELENGKAPNYAKegalauan Para Sahabat Nabi yang Miskin
Mereka merasa kalah saing dari para sahabat Nabi SAW yang lebih berada, yakni dalam hal beramal saleh.
SELENGKAPNYA