
Medika
Mengenali Risiko dan Bahaya Obesitas
Obesitas membuat Anda berisiko mengalami penyakit tidak menular (PTM).
Media sosial kini sedang banyak membicarakan tentang seorang pria bernama Muhammad Fajri (27 tahun) yang memiliki berat badan 300 kilogram. Dengan berat badan melampaui batas wajar itu, Fajri tentu saja mengalami banyak kendala dan masalah kesehatan. Apakah berat badan Fajri bisa kembali normal?
Dokter spesialis gizi klinik, konsultan, Dr dr Inge Permadhi MS SpGK (K) mengungkapkan, berdasarkan pengalamannya sebagai dokter gizi klinis, kasus seperti Fajri ini tergolong jarang terjadi. Namun, kasus obesitas banyak terjadi di tengah masyakarat. "Extremely obese tidak begitu banyak, tapi kasus obesitas banyak," ujar Inge kepada Republika, Jumat (9/6/2023).
Menurut Inge, Fajri bisa saja menurunkan berat badannya. Namun, memerlukan waktu yang lama bahkan bisa lebih dari setahun. "Kegemukan butuh waktu, menurunkannya juga butuh waktu," ujarnya.
Inge mengatakan, berat badan 300 kilogram bisa turun cukup banyak pada awal terapi, tapi harus dengan banyak usaha. "Orang gemuk penyebabnya adalah lemak dalam tubuh, bukan otot. Otot sedikit dibanding lemak," ujarnya.
Oleh karena itu, menurut Inge, diperlukan kompor cukup banyak di dalam tubuh untuk membakar lemak. Kompor yang dimaksud adalah kompor otot untuk membakar lemak. "Otot tidak boleh kecil untuk membakar cukup banyak, pembakaran lemak bisa berjalan di dalam otot."
Perubahan Gaya Hidup

Inge menjelaskan, jika penyebabnya adalah pola hidup yang salah, harus dilakukan perubahan pola hidup. "Kurangi asupan, lalu tingkatkan olahraga," katanya.
Inge mengatakan, kondisi seperti Fajri ini termasuk kategori sulit jika tidak didukung dengan tenaga ahli dan obat-obatan. Selain itu, juga dibutuhkan tindakan pembedahan atau operasi, seperti laparoscopic gastric banding dan bedah bariatrik.
Dilansir dari laman Medline Plus, laparoscopic gastric banding adalah operasi untuk membantu menurunkan berat badan. Dalam prosesnya, dokter bedah memasang pita di sekitar bagian atas perut Anda untuk membuat kantong kecil untuk menampung makanan.
Band ini membatasi jumlah makanan yang bisa Anda makan dengan membuat Anda merasa kenyang setelah makan makanan dalam jumlah kecil. Setelah operasi, dokter Anda dapat menyesuaikan pita untuk membuat makanan melewati perut Anda lebih lambat atau lebih cepat.
Operasi lainnya, menurut Inge, adalah gastric sleeve surgery. Dilansir dari laman Ohsu, ini adalah operasi bariatrik yang paling umum. Ini juga disebut gastrektomi lengan. Dokter bedah akan mengangkat sekitar 80 persen perut Anda, menyisakan kantong seukuran pisang. Pembedahan jenis ini hampir selalu menggunakan laparoskop invasif minimal dan sayatan kecil.
Cegah Obesitas

Berat badan berlebih bahkan obesitas membuat Anda berisiko mengalami penyakit tidak menular (PTM). Untuk itu, Anda harus bisa mencegahnya. Bagaimana caranya?
Dokter spesialis gizi klinik, konsultan, Dr dr Inge Permadhi, MS, SpGK (K) menjelaskan, obesitas memicu berbagai macam penyakit tidak menular seperti diabetes atau kencing manis, hipertensi atau tekanan darah tinggi, dan sakit jantung. Obesitas juga bisa menyebabkan obstructive sleep apnea (OSA).
Dikutip dari laman resmi Kementerian Kesehatan RI, OSA adalah kelainan yang merupakan bagian dari sleep disorder breathing syndrome yang kompleks. Sebenarnya gejala OSA sering terjadi namun sulit untuk dideteksi. Penyakit ini dapat terjadi tiga sampai tujuh persen pria dan dua sampai lima persen wanita pada populasi umum.
OSA merupakan gangguan tidur yang ditandai oleh gangguan pola napas selama tidur di mana terjadi henti napas selama tidur yang berlangsung selama lebih dari 10 detik. Episode berhenti bernapas disebabkan oleh obstruksi parsial maupun menyeluruh pada saluran napas bagian atas.
Inge menambahkan, penyakit lain yang disebabkan oleh obesitas adalah sakit pada bagian kaki karena beban yang berat. Hal ini sesuai dengan apa yang dijelaskan ahli dari Departments of Orthopaedic Surgery and Rheumatology, Virginia Commonwealth University, Amerika Serikat (AS), yang menjelaskan, semakin banyak seseorang kelebihan berat badan, semakin tinggi juga risiko terserang masalah kaki ini.
Tak hanya itu, beban yang berat juga memicu sakit atau nyeri lutut, fatty liver, batu empedu bahkan yang paling fatal adalah kematian.
Faktor Keluarga
Untuk menghindari penyakit tersebut, Inge menyarankan untuk melakukan pencegahan. Menurut Inge, jika ada keluarga baik ayah, ibu, kakek, maupun nenek yang memiliki badan gemuk, sebaiknya kita sadar diri. Karena keluarga yang obesitas kemungkinan memiliki kebiasaan makan banyak. "Di rumah biasanya disediakan makan yang bikin gemuk seperti makanan manis," ujarnya.
Selain itu, keluarga yang obesitas biasanya kurang melakukan aktivitas fisik. Hanya dua jempolnya saja yang aktif bermain telepon genggam. "Oleh karena itu, kita juga harus sadar diri," kata Inge.
Inge mengingatkan, Anda harus bisa mengendalikan jumlah asupan dengan mengonsumsi makanan sehat dengan jumlah yang cukup tidak berlebihan. Begitu pula dengan aktivitas fisik atau olahraga sebaiknya disesuaikan dengan asupan tubuh Anda.
"Kendalikan jumlah asupan dengan makan sehat dan olahraga cukup, niscaya tidak jadi gemuk," ujar Inge.
Beban yang berat juga memicu sakit atau nyeri lutut, fatty liver, hingga kematian.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Kapan Kita Harus Waspada Berat Badan Berlebih?
Orang menjadi kegemukan itu membutuhkan waktu lama.
SELENGKAPNYADeretan Cara Sederhana untuk Merasa Lebih Bahagia
Senyum terbukti untuk membuat Anda merasa bahagia.
SELENGKAPNYA