
Kisah
Sosok Asisten Rumah Tangga di Kediaman Rasulullah
Safinah menginginkan tetap menjadi asisten rumah tangga yang bekerja untuk keluarga Nabi SAW.
Pada zaman dahulu, perbudakan masih marak dijumpai. Begitu pula dengan masa ketika Nabi Muhammad SAW hidup. Bagaimanapun, beliau senantiasa mengimbau dan melakukan sendiri pembebasan orang-orang dari status hamba sahaya.
Salah seorang sosok yang diangkat dari level perbudakan adalah Safinah. Mulanya, wanita ini merupakan budak dari Ummu Salamah, istri Rasulullah SAW. Kemudian, ia diberi status merdeka.
Setelah menjadi orang biasa, Safinah ternyata menyatakan ingin terus mengabdi kepada keluarga Nabi SAW. Demikianlah, ia terus bekerja sebagai asisten rumah tangga di kediaman Rasulullah SAW. Dengan perkataan lain, perempuan itu menjadi salah satu shahabiyah yang dekat dengan keluarga beliau (Ahl al-Bait).
Sahabat Rasul SAW itu lahir di Tanah Arab. Akan tetapi, nasab asalnya dari Persia. Dalam sebuah riwayat, ia pernah bercerita. Nama aslinya adalah Qoys. Sejak menjadi pembantu Nabi SAW, dirinya mendapatkan nama baru, yakni Safinah.
Dalam bahasa Arab, safinah berarti kapal. Maka mengapa namanya demikian? Dalam kitab Mustadrak, disampaikan kisah berikut. Pada suatu hari, Rasulullah SAW bepergian bersama dengan beberapa sahabat.
Mereka ternyata lelah membawa sejumlah barang. Punggung dan bahu para lelaki itu tidak kuat lagi menanggung beban. Lantas, Nabi SAW berkata kepada Qoys yang turut serta dalam perjalanan ini.
“Bentangkanlah kainmu,” sabda beliau.
Maka sang pembantu segera melakukan apa yang diperintahkan tuannya. Kain yang sedari tadi digenggamnya lantas dihamparkan. Kemudian, beliau menaruh barang-barang para sahabat itu di atas kain tersebut, dan mengikatnya jadi satu buntalan.
“Bawalah! Sesungguhnya engkau (bagaikan) sebuah kapal,” sabda Nabi SAW.
Dengan patuh, Qoys melaksanakan instruksi itu. Ajaib! Barang-barang itu tidak terasa berat di atas pundaknya. Para sahabat yang kelelahan itu terkejut menyaksikan pemandangan ini.
Keajaiban itu semata-mata berkat mukjizat Rasulullah SAW. Itulah cara beliau menolong umatnya. “Maka sejak saat itu, apabila aku memikul (barang bawaan seberat) seekor unta, dua ekor unta, atau bahkan lima unta, tidaklah kurasakan semua itu sebagai beban yang berat!” ungkapnya. Maka mulai saat itu pula, dirinya sering disapa sebagai Safinah.
Kisah lain yang juga menarik berkaitan dengan sosok sederhana ini. Dan, masih berkaitan dengan alat transportasi di atas air. Berikut penuturannya seperti dinukil dari Al-Isti’ab.
“Suatu ketika,” kata Safinah menuturkan, “aku menaiki sebuah perahu. Tak kusangka, perahu itu tiba-tiba pecah.”
Dalam kondisi demikian, Safinah berupaya menyelamatkan diri. Dengan susah payah, dirinya mengambang di atas lautan dengan mengandalkan sebidang papan, pecahan bekas perahu tersebut. Untuk beberapa lama, ia terombang-ambing dipermainkan ombak. Lantas, angin kencang semakin menghempaskannya.
“Akhirnya, aku terseret hingga ke sebuah pulau. Dengan sisa-sisa kekuatan dalam diriku, aku berjalan menyusuri pulau tersebut, hingga sampailah ke kawasan hutan belantara,” tuturnya.
Tanpa disadari, seekor singa sedari mula membuntutinya. Saat berbalik, Safinah terkejut bukan kepalang. Hewan liar itu mengaum kencang. Kemudian, binatang pemakan daging itu mendekatinya.
Safinah berusaha tetap tenang. “Singa itu terus berputar-putar di dekatku. Maka aku katakan kepadanya, ‘Wahai Abu Haris (sebutan singa dalam bahasa Arab), aku ini bekas pembantunya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,’” katanya mengenang.
Setelah Safinah mengucapkan kalimat itu, singa tersebut tampak lebih jinak. Hewan tersebut tidak lagi menunjukkan taringnya. “Dia mendekatiku lalu mendorong-dorongku dengan bahunya, seolah-olah menuntunku hingga ke luar hutan. Aku diantarkan sampai ke pinggir sebuah jalan. Setelah itu, singa tersebut mengaum, seperti mengucapkan selamat tinggal.”
Safinah berpulang ke rahmatullah pada masa pemerintahan gubernur Madinah Hajjaj bin Yusuf. Tidak hanya masyhur karena kekuatan fisiknya—yang bisa mengangkut beban lebih dari orang biasa. Sahabat ini juga meriwayatkan sejumlah hadis dari Rasul SAW.
Dalam Belantara Menemukan Pencipta
Pada abad ke-12 M, Ibnu Thufail menulis sebuah novel perenungan filosofis.
SELENGKAPNYAMuadzah Binti Abdullah, Mengganti Malam Pengantin dengan Ibadah
Ketaatannya itu mengalahkan malam pengantin yang lazimnya diisi dengan bermesraan.
SELENGKAPNYA