
Arsitektur
Rona Sejarah di Masjid Kalan
Kompleks tempat ibadah ini telah terdaftar sebagai sebuah situs warisan sejarah dunia versi UNESCO.
Dalam kitab At-Tarikh, terdapat kisah yang diriwayatkan dari Sa’ad bin Ustman ar-Razi ad-Dasytaki. Ia mengaku, pernah ketika berada di Bukhara, berpapasan dengan seorang laki-laki. Warga lokal itu sedang menunggang keledai betina berwarna putih.
Yang menarik perhatian ad-Dasytaki, orang itu mengenakan sorban hitam yang ditenun dari campuran sutra dan bulu. Pria itu mengatakan, “Rasulullah SAW yang memberi sorban ini kepadaku.”
Narasi itu adalah salah satu bukti reputasi Bukhara sebagai salah satu kota peradaban Islam. Nama daerah ini berasal dari bahasa Mongol, bukhar, yang bermakna 'lautan ilmu'.
Kota penting dalam jejak perjalanan Islam itu terletak di Asia Tengah dan kini termasuk wilayah negara Uzbekistan. Manuskrip-manuskrip Islam pada abad pertengahan menyebutnya Wa Wara’ an-Nahr atau daerah-daerah yang hidup di sekitar aliran Sungai Jihun.
Letak Bukhara terbilang amat strategis karena berada di Jalur Sutra. Tak heran, bila sejak dulu kala kota ini telah menjelma menjadi pusat perdagangan, ilmu pengetahuan, budaya, dan agama. Di sinilah bertemu pedagang dari berbagai bangsa di Asia, termasuk Arab , India, dan Cina.
Salah satu jejak pencapaian peradaban Islam mewujud dalam seni arsitektur. Representasi yang kiranya unggul dalam hal ini adalah Masjid Kalan. Dalam bahasa Uzbekistan, kompleks rumah ibadah tersebut disebut Po-i-Kalan. Secara harfiah artinya adalah ‘Kaki Besar.’
Salah satu situs warisan dunia versi UNESCO ini pertama kali dibangun pada 713 M. Memasuki tahun 1121, penguasa Dinasti Karakhnaid, Arslan Khan, menambah luas kompleks ini sehingga berdekatan dengan pusat kota.
Sayang sekali, pada awal abad ke-13 balatentara Genghis Khan mencaplok Bukhara dan sekitarnya. Masjid Kalan pun tidak luput dari sasaran mereka. Hanya Menara Kalan yang selamat dari penyerbuan tersebut.

Otoritas Bukhara menyempurnakan kompleks Masjid Kalan sejak tahun 1514. Barulah pada masa pemerintahan Ubaydullah Khan, pembangunannya selesai. Masjid ini terdiri atas empat bagian (iwan) yang sangat besar. Pada setiap iwan itu terdapat gerbang-gerban terbuka. Sebuah gapura besar (pishtag) yang begitu indah menjadi pintu masuk bagi para pengunjung di bagian depan.
Keseluruhan bangunan masjid ini berbahan batu bata dari Hazarbaf. Bentuk kubah Masjid Kalan menandakan seni arsitektur Persia. Ada sekitar 288 kubah yang menaungi masjid ini. Empat buah di antaranya tampak paling besar dan berdiri di atas setiap iwan.
Ratusan kubah itu ditopang sebanyak 208 pilar. Warna biru cerah, dengan hiasan kaligrafi ayat-ayat suci Alquran dan motif-motif mosaik berbentuk floral pada kubah-kubah itu, sekali lagi, menampilkan kesan kebudayaan Persia. Sentral kompleks masjid ini merupakan sebuah lapangan luas. Sebuah pohon rindang tumbuh di tengah-tengahnya.

Kompleks Masjid Kalan dilengkapi dengan dua bangunan bersejarah, yakni Menara Kalan dan Madrasah Mir-i Arab. Menara ini menjulang di sudut kompleks tersebut. Warga setempat menyebutnya sebagai ‘menara kematian’ karena pada zaman dahulu menara ini kerap dipakai untuk eksekusi mati para kriminal. Mereka akan dilempar dari atas menara sehingga menemui ajalnya.
Tentu saja, fungsi utama Menara Kalan adalah sebagai tempat orang menyuarakan azan. Atau, bila dalam pemerintahan militer, bangunan ini difungsikan sebagai menara pantau. Menara Kalan berbentuk silindris dengan diameter enam hingga sembilan meter. Tinggi menara ini mencapai 46 meter. Pada permukaan dinding luarnya terdapat ornamen geometris yang indah. Di tengah-tengahnya, tampak guratan kaligrafi ayat-ayat Alquran, dengan warna yang selaras.
Pada 1924, sebagian dari Menara Kalan direnovasi. Beberapa dekade kemudian, atas dukungan dana tokoh setempat, Ochil Bobomurodo, bagian bawah menara ini juga diperbaiki. Dengan demikian, pondasi Menara Kalan dibuat lebih kokoh. Pada 1997 atau bertepatan dengan perayaan 25 abad Kota Tua Bukhara, keseluruhan Menara Kalan diperbaiki oleh para pakar.

Adapun Madrasah Mir-i Arab dibentuk pertama kali pada 1536. Penggagasnya adalah Syekh Abdullah Yamani. Pada periode tersebut, dia merupakan guru atau pembimbing raja Ubaydullah Khan serta anaknya. Penguasa Bukhara ini memang dikenal saleh sehingga begitu giat memajukan pendidikan agama di wilayahnya.
Madarasah Mir-i Arab merupakan yang terbesar kedua di Bukhara, yakni setelah Madrasah Kukeldash. Berdekatan dengan madrasah ini, terdapat makam Ubaydullah Khan, bersebelahan dengan kuburan gurunya tersebut.
Mengenal Sosok KH R As’ad Syamsul Arifin
Tokoh berdarah Madura ini turut mengembangkan jam’iyyah Nahdlatul Ulama.
SELENGKAPNYAPerjalanan Hayat Sang Penulis Al-Hikam
Ibnu ‘Atha’illah as-Sakandari sempat membenci tasawuf sebelum duduk di majelis Syekh al-Mursi.
SELENGKAPNYADi Masjid Al-Jin, Rasulullah Membaiat Jin
Salah satu masjid bersejarah di Makkah adalah Masjid Jin.
SELENGKAPNYA