Hikmah
Zikir, Doa, dan Tafakur
Ketiga perintah Allah SWT, yaitu zikir, doa, dan tafakur terangkum dalam firman Allah.
Oleh NAWAWI EFENDI
Allah SWT tidak hanya memerintahkan kita untuk beribadah pada-Nya, tetapi juga memberikan kita petunjuk tentang tata cara ibadah yang benar. Dengan petunjuk itulah, kita dapat mendekatkan diri pada-Nya dan mempersembahkan ibadah terbaik yang Dia kehendaki.
Ibadah yang kita lakukan, baik itu berupa kewajiban maupun anjuran, pada hakikatnya adalah kebutuhan kita. Itulah jalan kebahagiaan dan keselamatan di dunia dan akhirat.
Di antara ibadah yang berupa perintah Allah SWT di dalam Alquran adalah zikir, yaitu mengingat Allah SWT sebagaimana firman-Nya, “Wahai orang-orang yang beriman, ingatlah Allah dengan zikir sebanyak-banyaknya dan bertasbihlah kepada-Nya pada waktu pagi dan petang.” (QS al-Ahzab [33]: 41-42).
Ibadah berupa zikir ini seakan sangat mudah dilakukan, padahal tantangannya begitu besar, yaitu segala sesuatu selain Allah SWT. Orang yang senantiasa berzikir berarti ia sudah mencapai derajat kedekatan pada Allah SWT.
Ia sudah mampu berzikir saat bahagia atau sedih. Segala sesuatu yang ia rasakan membuatnya semakin mengingat Allah SWT.
Orang yang tidak berzikir, hatinya akan selalu gelisah. Saat bahagia ia akan lupa diri, saat sedih ia putus asa.
Sebaliknya, orang yang tidak berzikir, hatinya akan selalu gelisah. Saat bahagia ia akan lupa diri, saat sedih ia putus asa.
Selain zikir, ibadah yang juga diperintahkan oleh Allah SWT adalah doa. Sebenarnya Allah SWT sudah mengetahui kebutuhan kita dan Dia mampu memenuhinya, tetapi Dia memerintahkan kita untuk berdoa agar kita tetap sadar bahwa Dialah Tuhan Yang Maha Berkuasa dan Maha Pemberi Rezeki.
Dalam Alquran, Allah SWT berfirman, “Tidak satu pun hewan yang bergerak di atas bumi melainkan dijamin rezekinya oleh Allah. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuz)." (QS Hud [11]: 6).
Jika hewan saja --yang ditanggung rezekinya oleh Allah SWT-- masih berusaha untuk bertahan hidup, apalagi manusia yang diberi akal. Itulah pentingnya doa. Dengan doa itulah, kita akan semakin dekat dengan Allah SWT.
Jika usaha kita berhasil, maka kita bersyukur dan tidak lupa diri karena keberhasilan itu adalah dari Allah SWT. Jika pun gagal, maka kita tidak akan putus asa, karena sebelumnya kita sudah siap menerima segalanya, yaitu dalam doa dan tawakal.
Semua kisah teladan para nabi dan rasul yang ada dalam Alquran banyak mengandung perintah untuk berdoa. Melalui doa itulah --setelah usaha yang sungguh-sungguh-- Allah SWT memberikan pertolongan-Nya. Apapun permasalahan hidup yang mereka hadapi, mereka iringi dengan doa sehingga mereka pun mampu melewatinya dengan izin Allah SWT.
Nabi Adam AS diampuni setelah melakukan kekhilafan. Nabi Nuh AS diselamatkan dengan perahu di tengah terjangan ombak. Nabi Ya’qub AS diberi kesembuhan sehingga penglihatannya kembali seperti semula.
Semua itu hanya karena pertolongan Allah SWT, sementara pertolongan-Nya datang setelah doa yang mereka panjatkan.
Nabi Zakaria AS dikaruniai seorang anak setelah sekian lama menanti dalam kesabaran. Semua itu hanya karena pertolongan Allah SWT, sementara pertolongan-Nya datang setelah doa yang mereka panjatkan.
Selain zikir dan doa, ibadah yang Allah SWT perintahkan adalah tafakur, yaitu memikirkan segala sesuatu yang Allah SWT ciptakan. Langit, bumi, dan apa yang ada di antara keduanya. Begitu juga yang jauh di ufuk atau dekat di dalam diri.
Semua itu adalah tanda tentang adanya Allah SWT. Hanya saja tanda itu hanya dapat dipahami oleh orang yang senantiasa bertafakur tentang ciptaan Allah SWT dan beriman pada-Nya.
Ketiga perintah Allah SWT tersebut, yaitu zikir, doa, dan tafakur terangkum dalam firman Allah SWT, "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi serta pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), 'Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia. Mahasuci Engkau. Lindungilah kami dari azab neraka'.” (QS Ali Imran [3]: 190-191).
Ekonomi Pilpres
Efek persepsi tentang ekonomi lebih tinggi daripada efek faktor lain termasuk agama.
SELENGKAPNYAPenjual Roti Bagel di Puncak Kekuasaan Turki
Dilantiklah Erdogan si penjual roti bagel, lulusan sekolah para imam dan khatib, sarjana ekonomi, dan striker sepak bola.
SELENGKAPNYASepertiga Malam Terakhir
Sungguh, sepertiga malam terakhir begitu agung untuk dilewatkan.
SELENGKAPNYA