Spanduk Tuyul terpasang di Kampung Barujul, Tasikmalaya, Jawa Barat | Rep-Bayu Adjie

Kabar Utama

Spanduk Tuyul Jelang Pemilu, Politik atau Sebatas Klenik?

Praktik tuyul bisa sampai pada batas kemusyrikan.

Oleh SHELBI ASRIANTI, MABRUROH

Warga Kampung Burujul 1, Kelurahan Nagarasari, Kecamatan Cipedes, Tasikmalaya, Jawa Barat, dibuat heboh dengan adanya spanduk berisi pesan kecaman terhadap pemelihara tuyul. Pesan tersebut juga bernada melarang tuyul beraksi di wilayah itu. 

Salah satu warga Kampung Burujul yang memasang spanduk beralasan kesal, sebab uangnya kerap hilang secara gaib. Padahal, dia menyimpan uang dalam laci yang terkunci.

Setelah spanduk dipasang, sejumlah warga bercerita pernah mengalami hal serupa. Masyarakat yang resah juga mengaku sudah pergi ke dukun untuk mengetahui akar permasalahan itu. "Orang pintar" yang disambangi menyebut penyebabnya adalah tuyul.

Dilansir dari laman KBBI, tuyul merupakan makhluk halus yang konon berupa bocah berkepala gundul, dapat diperintah oleh orang yang memeliharanya untuk mencuri uang dan sebagainya. Tuyul masih dipercaya sebagian masyarakat Indonesia karena sifatnya yang klenik (berbau perdukunan yang tidak masuk akal).

photo
Spanduk Tuyul terpasang di Kampung Barujul, Tasikmalaya, Jawa Barat - (Rep-Bayu Adjie)

Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof Koentjoro, mengaitkannya dengan latar ketimuran yang memengaruhi bangsa Indonesia. Koentjoro mengatakan, dunia timur dan dunia barat berbeda, di mana barat banyak mengutamakan rasio, sementara di dunia timur ada unsur rasa.

Itu membuat cara belajar masyarakatnya berbeda pula. Dunia barat belajar dengan konsep tulisan, sedangkan bangsa-bangsa timur belajar dengan cara lisan atau tutur. Alhasil, pengetahuan mengenai hal-hal yang mungkin dianggap di luar nalar, juga dapat dibagikan.

"Dengan cara belajar lisan, kalau belum mengerti sungguh-sungguh, mudah diombang-ambingkan. Maklum jika masyarakat kita masih seperti itu," kata Koentjoro saat dihubungi Republika.id, Senin (5/6/2023).

Terkait kemunculan isu tuyul di Tasikmalaya, Koentjoro menganalisisnya dalam beberapa aspek. Dari segi wilayah, daerah tersebut didominasi banyak santri, yang umumnya belajar secara lisan. Dari sudut pandang lain di ranah psikologis, Koentjoro juga menyoroti soal teror.

Koentjoro menyebutkan ada sebuah buku berjudul Terror Factory, mengulas "pabrik teror" yang dibuat Biro Investigasi Federal Amerika Serikat (FBI). Artinya, ada sebuah upaya terselubung untuk menciptakan dan menyebarkan teror di masyarakat.

Tidak menutup kemungkinan, teror serupa terjadi di sejumlah tempat, termasuk Indonesia. Salah satu pabrik teror yang disebut Koentjoro berhasi,l yakni saat terjadinya konflik di Maluku, padahal penduduk di sana punya slogan "kitorang basudara" (kita semua bersaudara).

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

Menurut Koentjoro, perlu ditelaah lebih jauh apakah "spanduk tuyul" di Tasikmalaya memang dibuat untuk mengecam pihak tertentu yang dituding memelihara tuyul atau sebenarnya isu yang sengaja dibuat. Hal itu karena wilayah terjadinya, yakni Tasikmalaya, amat berpotensi membuat isu tersebut cepat merebak.

Sebelum ini, ada juga sejumlah isu di tempat lain, seperti babi ngepet atau kasus penculikan anak. Menurut Koentjoro, perlu didalami apakah hal-hal demikian merupakan upaya dan cara yang disengaja untuk membuat kekacauan di tengah masyarakat. "Kenapa? Karena ini jelang 2024, tahun politik.

Secara psikologis, dengan adanya isu-isu tuyul dan macam-macam, orang menjadi bingung dan butuh pegangan. Saat butuh pegangan, bisa ada ajakan untuk mengikuti kelompok tertentu," kata Koentjoro.

 
Karena ini jelang 2024, tahun politik. Secara psikologis, dengan adanya isu-isu tuyul dan macam-macam, orang menjadi bingung dan butuh pegangan. Saat butuh pegangan, bisa ada ajakan untuk mengikuti kelompok tertentu
PROF KOENTJORO
 

Untuk menyikapinya, Koentjoro menyarankan agar masyarakat bersikap kritis mengenai kebenaran sejumlah isu yang beredar. Tidak hanya kritis secara pikir, tetapi juga terkait rasa. Bagi penganut agama Islam pun perlu kembali kepada apa yang diajarkan oleh syariat.

Ajaran Islam yang tertuang dalam kitab suci Alquran telah menerangkan bahwa makhluk gaib memang ada dan merupakan ciptaan Allah SWT, tapi alamnya berbeda dengan manusia. Selain itu, sudah ada tuntunan untuk berlindung kepada Allah dari gangguan setan.

Koentjoro menganjurkan agar masyarakat tidak mudah terombang-ambing, waspada, dan tidak mudah diprovokasi atau dibodohi. Terlebih, jika spanduk sengaja dibuat untuk menciptakan ketakutan di masyarakat yang pemahamannya masih rendah. Dia pun mengingatkan bahwa ketakutan bisa menular di masyarakat.

"Seharusnya pamong desa atau ulama-ulama di sana banyak bicara, jangan sampai malah 'bermain' di situ," ujar psikolog yang menempuh studi doktoral dalam bidang social work and social policy di La Trobe University, Australia, itu.

Sekretaris Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Miftahul Huda menjelaskan, tuyul merupakan makhluk halus dari golongan jin. Jenisnya bermacam-macam, ada yang sering disebut oleh masyarakat Indonesia sebagai Nyi Roro Kidul, kuntilanak, pocong, dan tuyul.

“Jadi, tuyul termasuk sejenis jin, makhluk halus, kemampuan jin kan bermacam-macam termasuk mengambil dan memindahkan barang, bergantung (permintaan) orang yang memeliharanya,” kata Miftah dalam sambungan telepon, Ahad (4/6/2023).

 
Melarang meminta bantuan pada jin karena jin mengetahui kita secara dhohir dan batin, sementara kita tidak mengetahui apa kemauan dia
KH MIFTAHUL HUDA Sekretaris Komisi Fatwa MUI
 

Dalam kasus ini, Miftah menjelaskan, ulama berbeda pendapat. Ada yang membolehkan meminta bantuan pada jin asalkan untuk tugas dalam hal kebaikan tetapi ada juga ulama yang dengan tegas melarang karena dianggap sebagai perbuatan syirik atau menyekutukan Allah, di mana ini merupakan dosa besar.

“Melarang meminta bantuan pada jin karena jin mengetahui kita secara dhohir dan batin, sementara kita tidak mengetahui apa kemauan dia, dan biasanya memang jin tidak gratis ketika memberikan bantuan kepada kita, pasti ada imbalan-imbalan yang diminta, karena orang pesugihan itu kan ada yang mengorbankan anak, ada yang mengorbankan orang lain,” kata Miftah.

Dia menjelaskan, praktik tuyul bisa sampai pada batas kemusyrikan, karena dia meminta bantuan kepada jin. Miftah menuturkan, bahwa dalam surah al-Fatihah ayat kelima menyebutkan iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in yang artinya “hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.”

Melalui ayat tersebut ulama menegaskan bahwa setiap orang Muslim dilarang menyembah kepada selain Allah dan Muslim diperintahkan agar hanya memohon dan meminta pertolongan kepada Allah SWT. “Jadi, sebagian ulama berpendapat bahwa meminta bantuan kepada jin itu adalah hal yang syirik,” ujar Miftah.

Namun, ada cerita Nabi Sulaiman yang mempekerjakan jin untuk menerima tantangan Ratu Bilqis. Nabi Sulaiman memindahkan istana Ratu Bilqis dengan bantuan jin.

Dalam firman Allah surah al-Anbiya ayat 82 disebutkan bahwa Nabi Sulaiman bukan meminta bantuan kepada jin, melainkan memberikan perintah kepada jin dan itu salah satu mukjizat Nabi Sulaiman yang bisa memerintahkan jin dan mempekerjakan mereka sehingga mereka mengikuti perintah Nabi Sulaiman tanpa syarat.

Selain syirik, pada kasus ini juga terdapat unsur pencurian. Mencuri, kata Miftah, tentu saja perbuatan yang dilarang dalam Islam dan merupakan dosa, karena mengambil barang yang bukan haknya. Menurut Miftah, ada dua hal yang kelak dipertanggungjawabkan di akhirat terkait harta.

Pertama, asal mula harta itu atau bagaimana cara memperoleh harta tersebut (halal atau haram). Kedua, untuk apa harta itu dipergunakan (kebaikan atau kejahatan).

“Jadi, biasanya orang yang memelihara tuyul untuk mendapatkan kekayaan yang tidak wajar, sementara harta ini kan pertanggungjawabannya ada dua, untuk apa ditasarufkan (dibelanjakan), bagaimana cara mendapatkan (harta), itu ada hukumnya sendiri. (Jika) mendapatkannya dengan cara yang tidak halal ya akan memberatkan kita di hari akhir,” kata Miftah.

PSHT Vs Brajamusti Bentrok di Yogya

Tidak ada korban jiwa dalam pertikaian yang dilatarbelakangi penganiayaan tersebut.

SELENGKAPNYA

Istana Golestan, Rumah Raja-Raja Persia

Dinasti Qajar menyulap benteng di pusat kota Tehran itu menjadi kompleks istana megah nan asri.

SELENGKAPNYA

Jangan Merasa Aman dengan Fitur Sidik Jari untuk Mengunci Smartphone

Authenticator sidik jari pada ponsel pintar, ternyata tak benar-benar membutuhkan kecocokan 100 persen,

SELENGKAPNYA

Ikuti Berita Republika Lainnya