Fuji E Permana | Daan Yahya/Republika

Kabar Tanah Suci

Merenungkan Pesan Kesehatan dari Nabi Saat Tawaf dan Sai

Tawaf dan sai menggunakan kekuatan fisik sementara kekuatan fisik didapat dari tubuh yang sehat

Oleh FUJI EKA PERMANA dari MAKKAH, ARAB SAUDI

Setelah sembilan jam berada di dalam pesawat dari Jakarta ke Jeddah, sekitar pukul 01.00 waktu Arab Saudi saya menuju Makkah. Usai melaksanakan shalat Subuh langsung melaksanakan umrah di Masjidil Haram, di antaranya melakukan tawaf dan sai.

Tawaf artinya mengitari atau mengelilingi. Secara istilah, tawaf berarti mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali putaran, dimulai dan diakhiri di Hajar Aswad. Sai merupakan ritual berjalan kaki dan berlari-lari kecil dari bukit Safa ke bukit Marwah sebanyak tujuh kali.

Saya pikir, dua aktivitas ibadah tersebut, yakni tawaf dan sai menggunakan kekuatan fisik. Sementara kekuatan fisik didapat dari tubuh yang sehat. Usai melakukan tawaf dan sai sekitar pukul 07.00 waktu Arab Saudi, saya masih merenungkan ada pesan apa di balik ritual tawaf dan sai. Tentu semua sudah tahu, ibadah tawaf dan sai berkaitan dengan kisah keluarga Nabi Ibrahim Alaihissalam, yakni Nabi Ismail Alaihissalam dan ibunya, Hajar.

 
Banyak riwayat mengatakan bahwa Nabi Muhammad SAW memiliki tubuh yang sehat dan fisik yang kuat
 
 

Kemudian saya teringat banyak riwayat mengatakan bahwa Nabi Muhammad SAW memiliki tubuh yang sehat dan fisik yang kuat. Ada ulama menyampaikan bahwa perut Nabi Muhammad SAW mirip batu bersusun, mungkin zaman sekarang kita kenal dengan sebutan perut six packs, alisan tidak buncit dan tidak obesitas.

Jika benar demikian, pikir saya, menjaga tubuh agar tetap sehat dan kuat adalah sunah Nabi Muhammad SAW. Berusaha untuk tidak memiliki perut yang buncit dan obesitas, mungkin termasuk bagian dari sunah.

photo
Umat Islam berdoa di depan Kabah saat mengikuti ibadah umroh di Masjidil Haram, Mekkah, Arab Saudi, Rabu (26/10/2022). Ibadah umroh merupakan ibadah ziarah ke kota Mekkah dengan melaksanakan beberapa amalan mulai dari niat atau ihram, tawaf, sa’i hingga diakhiri dengan memotong rambut atau tahalul. - (ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga)

Saya berjalan kaki keluar dari Masjidil Haram. Saat sinar matahari mulai terasa hangatnya, saya melewati halaman Masjidil Haram yang dihiasi oleh banyak burung merpati, sambil bertasbih mereka bebas terbang ke sana kemari.

Di halaman Masjidil Haram, batin saya masih diselimuti ketakjuban, ketenangan, dan kenyamanan. Mungkin ini sebabnya Makkah disebut kota yang diberkahi dan disebut Makkah al-Mukarramah yang artinya kota yang mulia.

"Sesungguhnya, rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadah) manusia adalah Baitullah yang di Bakkah (Makkah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia." (QS Ali Imran Ayat 96).

Sambil berjalan di pelataran halaman Masjidil Haram, saya renungkan lagi dan teringat bahwa tubuh ini adalah pemberian dari Allah SWT. Jika Allah SWT menitipkan tubuh atau jasad ini kepada saya, sebagai bentuk rasa syukur hamba kepada Allah Yang Maha Pengasih nan Penyayang, hamba harus menjaga tubuh ini agar tetap sehat.

Dengan tubuh yang sehat, insya Allah dapat lebih mampu menjalankan perintah Allah SWT. Termasuk melaksanakan tawaf dan sai. Imam Al Bukhari pernah meriwayatkan bahwa Anas bin Malik berkata, "Rasulullah SAW berpostur sedang, tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu pendek. Bentuk tubuh beliau bagus, rambutnya tidak keriting merica dan tidak pula lurus. Rambut beliau berwarna kecoklatan. Jika beliau berjalan, tubuhnya condong ke depan."

Banyak ulama mengatakan bahwa Rasulullah SAW menganjurkan agar mengajari anak-anak memanah, menunggang kuda, dan berenang. Tiga jenis aktivitas ini juga membutuhkan tubuh yang sehat, kuat, dan fokus.

Pada zaman dulu, seseorang yang memiliki kemampuan memanah, menunggang kuda, dan berenang memiliki nilai manfaat yang lebih besar ketimbang orang yang tidak punya kemampuan. Saya pikir, mungkin jika ditarik ke zaman sekarang, orang zaman dulu yang memiliki keahlian memanah bisa disejajarkan dengan orang zaman sekarang, yang memiliki kemampuan menggunakan dan memanfaatkan teknologi modern untuk kebaikan.

photo
MEKKAH, 2/12 - IBADAH SAI. Sejumlah umat muslim melakukan ibadah Sai berlari kecil tujuh kali dari Bukit Safa ke Marwa saat umroh di Masjidil Haram, Mekkah, Arab Saudi, Kamis (1/12). Ibadah Sai merupakan salah satu rukun umroh dan haji sebagai bentuk napak tilas pengorbanan Siti Hajar (istri Nabi Ibrahim AS) ketika mencari air untuk minum anaknya, Nabi Ismail AS. FOTO ANTARA/Prasetyo Utomo/Koz/Spt/11. - (ANTARA)

Orang yang memiliki keahlian menunggang kuda pada zaman dulu bisa disejajarkan dengan orang, yang memiliki kemampuan mengendarai sepeda motor dan mobil pada zaman sekarang. Orang yang bisa mengendarai sepeda motor atau mobil bisa mencari nafkah dengan menjadi ojek, kurir, sopir, dan lain sebagainya. Sama saja dengan orang yang bisa menunggang kuda pada zaman dulu, kemampuannya sangat dibutuhkan publik.

Kemampuan memanah dan menunggang kuda, tetap perlu didukung oleh tubuh yang sehat. Kemudian saya sampai kepada kesimpulan, mungkin ada pesan kesehatan dari Nabi Muhammad SAW lewat ibadah tawaf dan sai. Agar umat Islam menjaga kesehatan tubuhnya, supaya tidak sakit-sakitan.

Sebab, perjuangan membela kebenaran dan keadilan, perjuangan menjaga dan menegakkan syariat Islam, perjuangan mencari nafkah, dan perjuangan lainnya perlu didukung oleh tubuh yang sehat dan kuat.

Jadi teringat slogan mens sana in corpore sano, dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat."

Saya membayangkan, jika umat Islam di seluruh dunia ini menjaga tubuhnya agar tetap sehat dan menghindari gaya hidup tidak sehat yang dapat melemahkan tubuh serta keturunannya. Mungkin, perlahan tapi pasti, umat Islam akan kembali meraih masa kejayaannya di berbagai bidang.

Sebab, saya pikir, tubuh yang tidak sehat adalah sumber dari segala masalah lainnya. Seseorang bisa jatuh miskin, tidak mampu mencari nafkah, hancur rumah tangganya atau cerai akibat kondisi tubuh yang tidak sehat atau sakit-sakitan. Kemiskinan dekat dengan kekufuran, dan ketahanan keluarga syarat utama terlahirnya generasi penerus yang berkualitas.

Allah SWT juga lewat firman-Nya mengingatkan agar manusia menjaga tubuhnya tetap sehat. "Makan dan minumlah dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya, Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan." (QS al-A'raf Ayat 31).

Ditegaskan lagi oleh Nabi Muhammad SAW dalam hadis lain yang diriwayatkan Hudzaifah, "Orang yang sedikit makanannya, akan sehat perutnya dan bening hatinya. Sedangkan, orang yang banyak makannya, perutnya akan sakit dan keras hatinya."

Dalam sebuah riwayat, Ali bin Abi Thalib juga mengingatkan bahwa orang yang banyak makan akan kehilangan kecerdasan, mengalami penurunan kemampuan menalar dan daya hafalan.

Mendekati puncak musim haji ini, jika melakukan tawaf dan sai pastilah berdesak-desakan di antara lautan manusia yang juga sama-sama sedang melakukan tawaf dan sai. Kondisi seperti ini menuntut diri kita untuk lebih kuat fisiknya agar bisa melakukan tawaf dan sai.

Di samping itu, cuaca di sekitar Masjidil Haram terasa sangat panas pada musim haji tahun ini. Suhunya  bisa mencapai 43 derajat Celsius. Kondisi suhu udara yang panas dan kurang lembap ini dapat dengan mudah membuat seseorang dehidrasi.

Bahkan, jika mencoba berjalan kaki tanpa sandal atau sepatu saat terik matahari di pelataran Masjidil Haram dan di jalan aspal dekat Masjidil Haram, telapak kaki akan melepuh kepanasan.

Memang ada fasilitas kursi roda dan skuter bagi jamaah yang lanjut usia (lansia), sakit atau tidak memiliki fisik yang cukup kuat untuk melakukan tawaf dan sai dengan berjalan kaki. Sebab, agama Islam adalah agama yang bijaksana dan memberikan kemudahan.

Dalam hati saya mengatakan, mungkin untuk membangun peradaban dan kekuatan yang berkualitas tinggi, terlebih dahulu diri kita masing-masing perlu membangun tubuh yang sehat dan kuat. Itu sebabnya ibadah haji salah satu dari rukun Islam, disebut ibadah yang memerlukan kemampuan fisik dan finansial. Karena Muslim yang kuat fisik dan finansialnya yang mampu membangun peradaban, menjaga dan menegakkan syariat Islam.

Kemenag Tagih Komitmen Garuda

Irfan menyampaikan permohonan maaf atas ketidaknyamanan yang dialami.

SELENGKAPNYA

Lima Orang Jamaah Haji Wafat, 80 Lainnya Rawat Inap

Mayoritas pasien dirawat karena sakit jantung, paru-paru, dan diabetes melitus.

SELENGKAPNYA

Dam Bagi Jamaah Haji; Tinggalkan Jumrah Hingga Bersetubuh dengan Istri

Dam pun berlaku bagi jamaah yang bersetubuh. Termasuk, pada sesudah tahalul pertama.

SELENGKAPNYA

Ikuti Berita Republika Lainnya