
Internasional
Kembali ke Akar Islam, Cara Erdogan Merebut Rakyat Turki
Erdogan bakal diambil sumpahnya sebagai presiden hari ini.
ANKARA -- Sebagai salah satu bekas kekhalifahan besar dalam sejarah Islam, tak mengherankan jika Islam punya tempat tersendiri di hati rakyat Turki. Associated Press mencatat, sikap Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan yang mengembalikan akar Islam itu turut membantunya memenangkan pemilihan presiden tahun ini.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dijadwalkan mengambil sumpah jabatan dan memulai masa jabatan presiden ketiganya pada Sabtu (3/6/2023). Erdogan telah memimpin Turki selama 20 tahun. Dia memenangkan pemilu putaran kedua pada akhir pekan lalu.
Di kalangan pendukungnya, Erdogan dikenal sebagai reis atau 'sang pemimpin'. Kemenangan Erdogan (69 tahun) dalam pemilu mengukuhkan dirinya sebagai pemimpin terlama dalam sejarah republik Turki.
Erdogan akan memerintah Turki untuk lima tahun mendatang hingga 2028 dan memperpanjang masa pemerintahannya hingga ke dekade ketiga. Tidak menutup kemungkinan Erdogan bisa menjabat lebih lama dengan bantuan parlemen yang ramah.
Berikut adalah sekilas tentang karier Erdogan dan beberapa alasan politiknya berumur panjang.

Bukan karena ekonomi
Banyak ahli setuju bahwa merosotnya ekonomi Turki diakibatkan oleh kebijakan fiskal Erdogan yang tidak ortodoks. Erdogan menurunkan suku bunga sehingga inflasi merajalela. Inflasi di Turki mencapai 85 persen pada Oktober sebelum turun menjadi 44 persen pada April.
Namun, mayoritas pemilih tampaknya tidak mempermasalahkan kebijakan ekonomi Erdogan. Bertahannya popularitas Erdogan di tengah krisis biaya hidup disebabkan oleh banyak orang yang lebih memilih stabilitas daripada perubahan.
Erdogan telah menunjukkan kemampuan untuk memutar perekonomian di masa lalu. Selama dua dekade terakhir, pemerintahnya telah menghabiskan banyak uang untuk infrastruktur. Menjelang pemilihan parlemen dan presiden pada Mei lalu, dia menaikkan gaji dan pensiun untuk meredam pukulan inflasi serta mencairkan subsidi listrik dan gas.
Satu hal yang membanggakan bagi banyak pemilih adalah sektor industri militer Turki yang membengkak. Sepanjang kampanye, Erdogan sering mengutip drone, pesawat terbang, dan kapal perang buatan dalam negeri yang disebut-sebut sebagai pengangkut drone pertama di dunia.

Peran Erdogan di kancah dunia
Erdogan telah memengaruhi banyak orang Turki dengan cara dia menavigasi panggung dunia. Pendukung Erdogan menilai bahwa dia adalah seorang pemimpin yang telah menunjukkan bahwa Turki dapat menjadi pemain utama dalam geopolitik serta menunjukkan sikap independen saat terlibat dengan Timur dan Barat.
Turki adalah anggota kunci NATO karena lokasinya yang strategis di persimpangan Eropa dan Asia. Selama masa jabatan Erdogan, negara itu telah terbukti menjadi sekutu NATO yang sangat diperlukan, tapi kadang-kadang menyusahkan.
Pemerintah Turki telah menahan masuknya Swedia ke NATO dan membeli sistem pertahanan rudal Rusia, yang mendorong Amerika Serikat untuk mengusir Turki dari proyek jet tempur yang dipimpin AS.
Namun, bersama dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa, Turki menjadi perantara kesepakatan masa perang penting yang memungkinkan Ukraina untuk melanjutkan pengiriman biji-bijian melalui Laut Hitam ke negara yang berjuang melawan kelaparan.

Kembali ke akar Islam
Erdogan telah menumbuhkan loyalitas yang mendalam dari para pendukung konservatif dan religius dengan mengangkat nilai-nilai Islam di negara yang dipimpin oleh sekularisme selama hampir satu abad.
Dia mengekang kekuatan militer yang sering ikut campur dalam politik sipil setiap kali negara mulai menyimpang dari sekularisme. Dia mencabut aturan yang melarang perempuan konservatif mengenakan jilbab di sekolah dan kantor pemerintah.
Erdogan juga mengubah Hagia Sofia menjadi masjid untuk memenuhi permintaan lama dari Islamis Turki. Hagia Sophia merupakan katedral era Bizantium. Katedral itu pertama kali menjadi masjid setelah penaklukan Konstantinopel. Namun, Hagia Sophia telah berfungsi sebagai museum selama beberapa dekade.
Baru-baru ini, Erdogan mengecam hak-hak LGBT. Dia menyatakan, LGBT mengancam gagasan tradisional dan konservatif.

Kontrol ketat atas media
Selama beberapa dekade berkuasa, Erdogan mengonsolidasikan kendali atas media. Mayoritas outlet berita Turki kini dimiliki oleh konglomerat yang setia kepadanya. Dia telah menggunakan posisinya untuk membungkam kritik dan meremehkan oposisi.
Pemantau pemilu internasional mengamati, putaran pertama pemilihan presiden pada 14 Mei dan putaran kedua pada 28 Mei memang bersifat bebas, tetapi tidak adil.
"Para pemilih di putaran kedua memiliki pilihan antara alternatif politik yang sebenarnya, liputan media yang bias, dan kurangnya permainan yang adil memberikan keuntungan yang tidak dapat dibenarkan bagi pejawat,” kata Koordinator Organisasi untuk Keamanan dan Kerja Sama di Eropa, Farah Karimi.
Lawan politik Erdogan dalam pemilihan putaran kedua, Kemal Kilicdaroglu, telah berjanji untuk membatalkan kebijakan ekonomi presiden dan mengembalikan Turki ke jalur demokrasi dengan mengakhiri tindakan keras terhadap kebebasan berbicara.
KPU Turki: Erdogan Terpilih Kembali sebagai Presiden Turki
Erdogan meraih 52,14 persen, sementara Kilicdaroglu mendapatkan 47,86 persen suara pada Pilpres Putaran Kedua.
SELENGKAPNYAKemenangan Erdogan dan Penaklukan Konstantinopel
Tanggal pengumuman kemenangan Erdogan bertepatan dengan penaklukan Konstantinopel.
SELENGKAPNYA