Bahaya obesitas pada anak (ilustrasi) | Freepik/Jcomp

Medika

Ancaman Obesitas Sudah Sampai pada Balita

Prevalensi obesitas anak 12,7 persen di antara anak usia dua hingga lima tahun.

Dulu, kondisi obesitas biasa ditemui pada orang dewasa atau usia yang beranjak tua. Hal ini biasanya dikaitkan dengan melambatnya metabolisme seiring bertambahnya usia. 

Namun, kini obesitas tak lagi hanya milik manusia dewasa. Anak-anak juga mulai banyak ditemui mengalami kondisi obesitas, bahkan sejak usia balita. 

Konsultan endokrinologi anak, Eka Hospital Cibubur, dr Dana Nur Prihadi, SpA (K) mengungkapkan, salah satu kondisi yang sering dikeluhkan pada anak usia muda adalah obesitas. Ini adalah kondisi di mana jumlah lemak yang didapatkan tidak sebanding dengan jumlahnya yang dibakar sehingga menyebabkan penumpukan lemak dan membuat anak menjadi kelebihan berat badan.

"Meski bisa menyerang siapa saja, ini tidak menutup bahwa banyak kasus obesitas juga berasal dari anak-anak, bahkan beberapanya masih berumur di bawah lima tahun," ujarnya dalam siaran pers yang diterima Republika.id, Jumat (2/6/2023).

Berdasarkan data WHO, prevalensi dalam obesitas anak telah mencapai 12,7 persen di antara anak usia dua hingga lima tahun, 20,7 persen di antara anak usia enam hingga 11 tahun dan 22,2 persen di antara anak usia 12 hingga 19 tahun. Hal tersebut, menurut Dana, membuat obesitas kerap menjadi permasalahan yang serius untuk anak-anak.

Ditambah, kondisi ini sering kali dibiarkan tanda-tandanya karena kebanyakan dari anak-anak belum memahami apa itu obesitas sepenuhnya dan merasa tidak ada yang salah dari tubuhnya. Itulah mengapa peran orang tua sangat penting sebagai pendeteksi pertama, apakah mereka menunjukan tanda-tanda yang bisa mengacu ke obesitas?

"Karena meski tidak terlihat, obesitas dapat menyebabkan banyak masalah kesehatan pada kemudian hari," ujar Dana.

Ciri dan gejala

photo
Bahaya kesehatan akibat obesitas (ilustrasi) - (Freepik )

Obesitas memiliki ciri-ciri yang bervariasi dan tidak menentu, karena tidak semua anak yang kelebihan berat badan dikategorikan sebagai obesitas. Kondisi tersebut baru bisa didiagnosis oleh dokter dengan menghitung body mass index atau indeks massa tubuh menggunakan rumus serta melihat usia dan kesehatan fisik anak.

Akan tetapi, sebaiknya Anda tidak mendiagnosis obesitas dengan menghitung indeks massa tubuh sendiri. Karena massa otot yang tinggi juga bisa menghasilkan indeks massa tubuh yang tinggi dan butuh pemeriksaan lanjut dengan dokter terkait.

Namun, anak-anak yang memiliki obesitas mungkin akan menunjukkan beberapa gejala yang bisa Anda waspadai, yaitu sesak napas, postur tubuh yang buruk, mendengkur saat tidur, sakit punggung, gampang lelah, dan mudah berkeringat.

Penyebab Obesitas 

 

Ada banyak faktor yang dapat meningkatkan risiko anak dalam obesitas, yaitu genetik. "Jika Anda atau keluarga Anda memiliki riwayat obesitas, ada kemungkinan bahwa anak Anda juga akan mengalami obesitas, terutama jika keluarga Anda terbiasa dengan gaya hidup yang tidak sehat," kata Dana menjelaskan. 

Selain itu, pola makan yang tidak teratur. Anak akan memiliki risiko yang lebih besar untuk mengalami obesitas jika mereka memiliki pola makan yang tak teratur sejak dini. Makanan tinggi akan kalori, gula, hingga lemak dapat meningkatkan risiko anak dalam mengidap obesitas.

Faktor lainnya adalah kurangnya aktivitas fisik. Cara yang paling efektif untuk membakar kalori berlebih adalah dengan melakukan aktivitas fisik. Sehingga jika anak tidak terbiasa untuk melakukan aktivitas fisik, ini dapat meningkatkan risiko mereka untuk mengidap obesitas

Faktor selanjutnya adalah pengaruh psikologis. Anak dengan kondisi psikologis yang terganggu bisa saja mengembangkan kebiasaan yang bisa menyebabkan obesitas. Penelitian mengungkap anak yang memiliki tingkat stres dan kecemasan tinggi bisa saja membuat mekanisme menenangkan diri dengan mengkonsumsi makanan berlebih yang dapat meningkatkan risiko obesitas.

Sebabkan Asma Hingga Gangguan Mental

photo
Berbagai masalah kesehatan akibat obesitas (ilustrasi) - (Freepik/Vector juice)

Obesitas banyak terjadi pada anak-anak dari berbagai rentang usia. Yang lebih memprihatinkan, beberapa di antaranya berusia di bawah lima tahun. Jika dibiarkan, apa dampak obesitas yang terjadi sejak masa anak-anak dan bagaimana mencegahnya?

Konsultan endokrinologi anak Eka Hospital Cibubur, dr Dana Nur Prihadi, SpA (K) menegaskan, obesitas sudah pasti dapat berisiko menyebabkan masalah kesehatan fisik pada anak. Beberapa gangguan kesehatan tersebut bahkan bisa mereka idap hingga mereka dewasa nanti, beberapa diantaranya asma, apnea tidur, diabetes tipe dua, darah tinggi (hipertensi), kolesterol tinggi, dan penyakit jantung.

"Selain itu, obesitas juga memiliki risiko dalam terkena gangguan kesehatan mental, seperti bullying, rasa percaya diri yang rendah, hingga depresi," ujarnya.

Lalu, kapan harus pergi ke dokter? Menurut Dana, tidak semua anak yang kelebihan berat badan bisa dianggap obesitas. Tapi, sebagai orang tua, ada baiknya jika Anda terus memantau pertumbuhan berat badan si kecil.

Jika Anda merasa buah hati sudah mulai kelebihan berat badan dan berat badannya sudah mulai mengganggu kesehatannya, segera periksakan diri mereka ke dokter anak. "Semakin cepat bertindak, akan semakin mudah untuk buah hati memulai program penurunan berat badan," ujar Dana.

Mencegah Obesitas pada Anak

photo
Obesitas dan dampaknya terhadap kesehatan (ilustrasi) - (Freepik/macrovector)

Dokter Dana mengajak masyarakat mencegah pemicu obesitas dari sekarang. Ada hal-hal yang bisa Anda lakukan untuk menurunkan risiko Anak dari obesitas:

1. Berikan contoh yang baik

Anak biasanya meniru apa yang orang tuanya lakukan sehingga dengan memberikan mereka contoh gaya hidup yang baik, anak mungkin akan meniru apa yang Anda lakukan.

2. Memastikan jadwal tidur teratur

Jadwal tidur yang tidak teratur diketahui dapat mengganggu hormon dan meningkatkan rasa lapar. Pastikan anak mendapatkan tidur cukup untuk mengurangi rasa lapar yang berlebihan dan menyebabkan kelebihan berat badan.

3. Kenalkan dengan makanan baru

Kebanyakan anak memiliki masalah dalam makanan karena mereka tidak terbiasa dengan makanan baru. Perkenalkan mereka pada makanan lain untuk membiasakan indra pengecap mereka terbiasa dengan makanan lain.

4. Memperhatikan asupan kalori

Pastikan Anda untuk selalu memperhatikan asupan kalori yang mereka dapatkan dalam sehari untuk mengontrol berat badan mereka. Anda bisa mengonsultasikan hal ini dengan dokter anak Anda untuk hasil yang maksimal.

"Mari sama-sama cegah obesitas pada anak dari sekarang. Obesitas merupakan kondisi yang dapat berlangsung hingga jangka panjang, dan jika tidak segera ditangani, akan sangat mengganggu kesehatan sang buah hati," ujar Dana.

 

 

 

Gejala obesitas antara lain, sesak napas, postur tubuh yang buruk, dan mendengkur saat tidur.

 

 

Hati-Hati, Berikut Tayangan Animasi dengan Karakter LGBT

Tetap dampingi anak ketika menonton tayangan animasi.

SELENGKAPNYA

Konsumsi Makan tak Tepat dan Terganggunya Kesehatan Mental

Makanan bisa berdampak buruk pada kesehatan mental.

SELENGKAPNYA

Sukses Promosi Digital Dagangan Elektronik

Sebelum membuat konten video, kita harus menguasai dulu produk dan fungsinya.

SELENGKAPNYA

Ikuti Berita Republika Lainnya