
Uswah
Suraidah: Bangun Sekolah Gratis di Perbatasan
Banyak sekolah dasar di wilayah itu yang mayoritas gurunya adalah non-Muslim.
Oleh IMAS DAMAYANTI
Masih banyak daerah perbatasan yang belum tersentuh pendidikan. Padahal, pendidikan mampu membangun kapasitas sumber daya manusia di daerah tapal batas yang notabene merupakan etalase Indonesia di mata negara tetangga.
Sadar akan hal tersebut, Suraidah mengabdikan dirinya lewat sebuah sekolah pendidikan anak usia dini (PAUD) di perbatasan Indonesia-Malaysia. Meski sudah tidak muda, Suraidah masih bersemangat untuk mendidik generasi belia.

Suraidah mendirikan sekolah dengan segala keterbatasan. Berawal dari dorongan keluarga, pada 2012 Suraidah mendirikan sekolah tersebutdi Sebatik, Kalimantan Utara. Wilayah Sebatik terbagi menjadi dua, yakni Sebatik di wilayah Indonesia (di Provinsi Kalimantan Utara) dan Sebatik yang masuk ke dalam negara bagian Sabah Malaysia. "Mendirikan sekolah ini sebetulnya atas keinginan keluarga, kemudian bermuaralah di Sebatik," kata Suraidah saat dihubungi Republika.id, belum lama ini.
Bermodalkan jaringan dan relasi, Suraidah mengabarkan kepada salah satu kawan alumni kampusnya yang menjadi camat untuk mengabarkan warga yang berkeinginan menghibahkan tanah. Tanah tersebut nantinya akan dikelola Suraidah untuk kepentingan belajar-mengajar dan membangun sekolah. "Jadi, waktu itu saya kabarkan ke kawan, kalau ada orang yang mau hibahkan tanahnya, insya Allah saya bersedia ke Sebatik untuk mengabdikan diri," kata dia.
View this post on Instagram
Gayung pun bersambut. Suraidah hijrah ke Sebatik dan mendirikan sekolah di sana. Seiring berjalannya waktu, Suraidah mengamati banyak sekolah dasar di wilayah itu yang mayoritas itu gurunya adalah non-Muslim. Suraidah pun merasa terpanggil untuk mengajar siswa-siswa Muslim agar mendapatkan pendidikan Islam. Dia berhasil mengumpulkan 15 anak berusia SD untuk belajar di madrasah diniyah besutannya.
"Sementara itu, saya buka madrasah ibtidaiyah, branding-nya Sekolah Tapal Batas, jaraknya 10 kilometer dari Malaysia. Selesai shalat Subuh berjalan pergi sekolah, ada anak-anak TKI yang berkeinginan ke sini, tapi mereka khawatir soal biaya," kata dia.
Selesai shalat Subuh berjalan pergi sekolah, ada anak-anak TKI yang berkeinginan ke sini, tapi mereka khawatir soal biaya.SURAIDAH
Anak-anak tersebut bercerita kepada Suraidah dalam bahasa Malaysia tentang kondisi ekonomi keluarga mereka yang sulit. Di sisi lain, keinginan untuk bersekolah tetap ada. Melihat tekad anak-anak tersebut, Suraidah kemudian mencari cara agar Sekolah Tapal Batas itu dapat digratiskan.
Suraidah menemui banyak tantangan untuk menggratiskan sekolah tersebut. "Akhirnya kami dipertemukan dan dibantu oleh lembaga-lembaga filantropi. Lalu, kami sosialisasi ke Pemerintah Malaysia, mereka menanggapi baik, dan mereka tanya bagaimana anak Malaysia sekolah di situ, bayar tidak? Saya bilang tidak, berdasarkan musyawarah dengan yayasan, sekolahnya digratiskan," ujar dia.
Pendidikan dan pengabdian
Suraidah menyadari bahwa bukti menjadi seorang insan dan hamba Allah adalah dengan memberikan pengabdian terbaik. Melalui pendidikan, ia ingin memajukan bangsa Indonesia dan anak-anak Muslim.
"Dalam agama, umat Islam perlu menyimak wahyu pertama, yaitu 'Iqra', membaca, menyimak, mempelajar. Kalau dia (manusia) tidak belajar, bagaimana dia bisa tahu? Berangkat dari situ lah kami bersama keluarga lillahi ta'ala mendirikan sekolah," kata dia.
Suraidah memahami beragam rintangan yang dilaluinya dalam mendirikan sekolah di tapal batas adalah tuntunan Allah. Menurut dia, setiap pengabdian terhadap pendidikan bukanlah perkara yang tidak mungkin diemban bagi hamba-hamba-Nya yang mengerti dan percaya bantuan Allah akan datang dari segala arah.
Prestasi CWLS Mendunia
Inovasi melalui CWLS diakui dunia dan terbukti menjadi solusi mengatasi persoalan sosial ekonomi.
SELENGKAPNYAMadinah Bersolek demi Jamaah
Jamaah pun akan menikmati Madinah yang berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.
SELENGKAPNYAEmpat Ribu Jamaah Indonesia Menggunakan Kursi Roda
Di Madinah, jamaah akan ditempatkan pada 91 hotel yang tersebar di lima sektor sekitar Masjid Nabawi (Markaziyah).
SELENGKAPNYA