ILUSTRASI Bangunan Madrasah Ulugh Beg di Samarkand. Dalam sejarah Islam, Kota Samarkand termasuk mercusuar peradaban yang gemilang. | DOK WIKIPEDIA

Dunia Islam

Samarkand, Sang Permata dari Timur

Samarkand adalah salah satu kota pusat peradaban Islam yang gemilang dalam sejarah.

Keindahannya masyhur hingga ke pelbagai penjuru dunia. Orang Arab, seperti terekam dalam manuskrip-manuskrip kuno, menyebutnya “Permata dari timur.” Orang-orang Eropa menamakannya “Tanah para saintis.” Kota yang dimaksud adalah Samarkand, yang kini termasuk wilayah negara Uzbekistan.

Kota dengan sejarah yang panjang itu sama tuanya dengan Babilonia, Athena, dan Romawi. Kawasan yang kini berusia 2.772 tahun itu indah memesona. Iskandar yang Agung dari Makedonia termasuk yang menaruh hati padanya.

Tatkala menginjakkan kakinya untuk pertama kali di Samarkand, Iskandar pun berseru, ‘’Aku telah lama mendengar keindahan kota ini, tetapi tak pernah mengira ia ternyata benar-benar cantik dan megah!’’ Selain kesohor dengan pesona eloknya, Samarkand pun dikenal sebagai kota yang strategis.

 
Pada era kejayaan Islam, Samarkand menjadi pusat studi para ilmuwan.
   

Kota legenda itu berada di tengah “bayangan Asia” yang menghubungkan Jalur Sutra, yakni antara Cina dan Barat. Pada era kejayaan Islam, Samarkand menjadi pusat studi para ilmuwan. Itulah mengapa, orang-orang Eropa mendaulatnya sebagai kampung halamannya para sarjana kenamaan.

Samarkand merupakan salah satu kota tertua di dunia. Awalnya, kota itu bernama Maracanda. Pada 329 SM, kota itu ditaklukkan Iskandar Agung. Dua abad kemudian, ia menjadi bagian dari wilayah kekuasaan Kerajaan Himyar (115 SM-33 M).

Saat itu, kota tersebut menjadi tempat bertemunya tiga kebudayaan yakni Barat, Cina, dan Arab. Pada abad keenam, Samarkand jauh ke dalam kekuasaan Kerajaan Turki.

photo
Observatorium Ulugh Beg kini menjadi Museum Ulugh Beg di Samarkand, Uzbekistan. - (DOK Islamic Architecture Heritage)

Samarkand memasuki babak baru ketika Muslimin menaklukkan wilayah tersebut pada abad kedelapan. Dinasti Umayyah yang saat itu dipimpin Khalifah Abdul Malik (685-705 M) menugaskan Qutaibah bin Muslim sebagai gubernur wilayah Khurasan. Ketika itu, Samarkand dengan dipimpin Tarkhum telah melepaskan diri dari kuasa dinasti Cina.

Qutaibah dan Tarkhum pun menjalin kesepakatan damai. Namun, pengganti Tarkhum memaksa pasukan Muslim untuk menaklukkannya. Pemerintahan Umayyah lalu menempatkan tentaranya di wilayah itu.

Perlahan namun pasti ajaran Islam mulai diterima penduduk Samarkand. Bahkan, wilayah itu bersama dengan Bukhara sempat menjadi pusat Islamisasi penting di Asia tengah. Setelah Dinasti Umayyah digulingkan Abbasiyah, pasukan Islam dan Cina terlibat pertempuran yang dikenal sebagai Perang Talas pada 751 M.

Pertempuran ini dimenangkan Abbasiyah. Sejak itu, Muslimin mulai mendapatkan transfer ilmu dan pengetahuan dari negeri Asia tersebut. Termasuk di antaranya, kepandaian membuat kertas, yang diajarkan dua tawanan perang asal Cina.

photo
Tsai Lun seorang pejabat Cina pada awal abad kedua Masehi merevolusi teknik pembuatan kertas menjadi lebih presisi. - (DOK Wikipedia)
 
Samarkand dijuluki sebagai kota tonggak revolusi budaya dunia.
   

Tak salah bila Samarkand dijuluki sebagai kota tonggak revolusi budaya dunia. Sebab, di kota itulah pertama kali industri kertas pertama muncul. Industri kertas pun akhirnya menyebar ke seluruh dunia Islam hingga Eropa. Khalifah Al-Ma’mun dari Dinasti Abbasiyah memberikan jabatan gubernur kepada putra-putra Asad bin Saman untuk memerintah Transoksania dari Samarkand.

Keluarga Saman pada 875 M memproklamirkan berdirinya Dinasti Samanid dan menguasai Samarkand. Setelah itu, Samarkand pun secara bergantian dikuasai dinasti-dinasti Islam. Pada 999 M, kota itu di bawah kekuasaan Dinasti Qarakhanid. Setelah itu, Samarkand dikuasai Dinasti Seljuk (1073 M), Dinasti Qarakhitai (1141 M) dan Dinasti Khawarizmian (1210 M). Saat dikuasai dinasti-dinasti itu, Samarkand belum mencapai masa kejayaannya.

Pada abad ke-10 M, populasi penduduk di kota itu lebih dari setengah juta jiwa. Samarkand mencapai masa keemasannya di era Islam, ketika Dinasti Timurid (1370 M - 1506 M) berkuasa. Dinasti itu menundukkan Samarkand dari tangan Shah Sultan Muhammad - penguasa Dinasti Khawarizmia. Di bawah kepemimpinan Timur Lenk, dua penjelajah terkemuka Marco Polo dan Ibnu Batutta sudah melihat geliat kemajuan yang dicapai Samarkand.

‘’Samarkand merupakan salah satu kota terbesar dan paling cantik dan indah di dunia,’’ ungkap Ibnu Batutta berdecak kagum.

photo
ILUSTRASI Kawasan registan atau alun-alun di Samarkand. Kota ini sudah menjadi rebutan para kaisar dunia sejak abad ketiga sebelum Masehi. - (DOK WIKIPEDIA)

Saat Timur Lenk berkuasa, Samarkand menjelma menjadi kota yang berkembang pesat. Hampir separuh dari aktivitas perdagangan di Asia berputar di kota Samarkand. Pada masa itu, di pasar Samarkand sudah bisa ditemukan beragam produk seperti kulit, linen, rempah-rempah, sutera, batu mulia, melon, apel, dan beragam barang lainnya.

Di era itu, Samarkand sudah memiliki monumen-monumen arsitektur yang megah. Kota itupun sudah memiliki banyak seniman dan sarjana. Pengganti Timur Lenk, Syahrukh memindahkan ibu kota Timurid dari Samarkand ke Heart. Meski begitu, hingga masa pemerintahan Ulugh Beg, masyarakat Samarkand hidup dalam kemakmuran. Pada masa kekuasaan Ulugh Beg, Samarkand menjadi pusat studi ilmu pengetahuan.

Ia adalah seorang raja yang gandrung dengan ilmu, khususnya astronomi. Salah satu bukti sejarah yang menunjuk kan Samarkand menjadi pusat ilmu pengetahuan dan kebudayaan adalah didirikannya Observatorium Ulugh Beg. Selain itu, di kota itu juga banyak berdiri madrasah atau perguruan tinggi.

photo
Patung-diri Ulugh Beg di Samarkand, Uzbekistan. Penguasa yang hidup pada abad ke-15 itu juga merupakan ilmuwan yang cemerlang. - (dok pixahive)

Selama satu abad Dinasti Timurid berkuasa, Samarkand mencapai puncak kejayaannya. Sekitar tahun 1500 M, kekuasaan Dinasti Timurid mulai rapuh. Kota itu ahirnya jatuh ke tangan bangsa Uzbek di bawah pimpinan Ozbeg Khan Shaibani.

Setelah itu, Samarkand berada di bawah Keemiran Bukhara. Pada 1868 M, Samarkand ditaklukan Rusia dan menjadi bagian dari Uni Soviet hingga 1991. Sejak Adidaya Uni Soviet pecah, Samarkand pun menjadi bagian dari negara Uzbekistan.

Secara geografis, Samarkand merupakan salah satu kota tua dan utama di wilayah Transoksania, yakni daerah antara Sungai Amudarya (Oxus) dan Syrdarya di Asia Tengah. Kini Samarkand menjadi salah satu provinsi di Uzbekistan. Kota itu berada di ketinggian 702 meter. Pada 2016 lalu, populasi penduduknya mencapai 516 ribu jiwa.

Alur Penyelenggaraan Ibadah Haji 1444 H/2023 M

Mereka bagian dari sejarah karena menjalani haji dengan jumlah normal usai pandemi.

SELENGKAPNYA

Pesona Sejarah di Istana Topkapi

Istana Topkapi memiliki luas sekitar 700 ribu meter persegi, dikelilingi benteng sepanjang 5 km.

SELENGKAPNYA

Mengenal Lebih Dekat Seni Kaligrafi

Ekspresi kesenian Islam disalurkan antara lain melalui kaligrafi.

SELENGKAPNYA

Ikuti Berita Republika Lainnya