
Mujahidah
Ratu Iffat al-Thunayan, Pelopor Pendidikan Perempuan Arab Saudi
Perjuangan Ratu Iffat mendirikan sekolah perempuan pertama di Arab Saudi tak mudah.
Muslimah di Arab Saudi tak lagi terhalang untuk berkiprah dalam amal sosial. Banyak dari mereka yang terjun menjadi pendidik, beberapa yang lain terlibat dalam kerja dakwah. Muslimah di Tanah Haramain juga mulai mendapat hak politik. Beberapa waktu lalu untuk pertama kalinya, perempuan Arab Saudi memiliki hak suara dalam pemilu. Baca juga: Sayyidah Syaghab, Perintis Lembaga Wakaf Pertama
Era baru bagi Muslimah Arab Saudi itu tak bisa dilepaskan dari perjuangan Sang Ratu kala itu, Iffat al-Thunayan. Istri Raja Faisal ini sejak 1950-an sudah mendorong agar perempuan Arab Saudi mengenyam pendidikan.
Ratu Iffat mendirikan sekolah khusus wanita yang diberi nama Darr al-Hannan. Atas perjuangan dialah, kini banyak kantor swasta dan pemerintahan dipenuhi Muslimah Arab Saudi yang memiliki pengetahuan luas.
Meski berstatus sebagai istri pemimpin negara, ia harus 'melawan' stigma di masyarakat.
Perjuangan Ratu Iffat mendirikan sekolah perempuan pertama di Arab Saudi tak mudah. Meski berstatus sebagai istri pemimpin negara, ia harus 'melawan' stigma di masyarakat. Waktu itu, ada ketakutan jika perempuan mendapat pendidikan, mereka akan menjadi ancaman bagi dominasi laki-laki. Baca juga: Ummu Fadhl, Tak Gentar Melawan Abu Lahab
Stigma ini yang ingin diubah oleh Ratu Iffat. Berdiri pada 1956, sekolah perempuan ini sulit sekali mendapat murid. Para orang tua menolak menyekolahkan putrinya. Mereka melihat belum ada kemaslahatan waktu itu bagi perempuan mengenyam pendidikan.
Ratu Iffat tak tinggal diam. Ia mengerahkan segala cara agar mimpinya bisa terwujud. Ia sangat yakin, Arab Saudi pada masa depan akan membutuhkan bantuan para Muslimah yang terampil dan cerdas. Ia pun meminta bantuan dari pasukan kerajaan.
Jika generasi perempuan tetap bodoh, kematian generasi tinggal menunggu waktu.
Pasukan kerajaan ditugaskan untuk mengawal dan menjaga sekolah-sekolah perempuan. Namun, kehadiran pasukan ini hanya menjaga sekolah. Tidak sampai memaksa para orang tua agar mau menyekolahkan anak-anaknya. Ratu Iffat yakin pendidikan harus dilakukan secara sukarela. Namun, jika sudah ada yang berkeinginan kuat untuk maju, tidak boleh ada satu pihak pun yang mengganggunya.

Ancaman kultural tidak menghentikan langkah Ratu Iffat. Ia menganggap, jika generasi perempuan tetap bodoh, kematian generasi tinggal menunggu waktu. Sebabnya, para Muslimah adalah gerbang pengetahuan pertama bagi anak-anaknya kelak. Baca juga: Zubaida Binti Jafar, Bangun Saluran Baghdad-Makkah
Ikhtiar itu terus ia lakukan secara berkelanjutan mulai dari murid yang sedikit. Lulusan pertama Darr al-Hanan hanya berjumlah 15 orang. Itu pun berasal dari anak-anak perempuan kalangan atas. Selain masalah kultur masyarakat, Ratu Iffat juga kesulitan mencari para pengajar perempuan yang kompeten. Guna memenuhi standar pendidikan yang baik, sekolah mendatangkan guru-guru dari Mesir, Pakistan, dan India.

Kesabaran dan keuletan Ratu Iffat dalam berusaha akhirnya membuahkan hasil. Setiap tahun, muridnya terus meningkat. Berdasarkan data statistik setempat, anak perempuan yang belajar di sekolah pada akhir 1970 mencapai 246.559 orang. Angka ini meningkat menjadi 649.509 orang pada 1989.
Untuk sekolah lanjutan telah menamatkan 185.902 siswi pada 1982 dan tahun 1986 meningkat hingga 225.766 orang. Sekolah tinggi kejuruan pertama mulai dibuka pada 1970 di Riyadh. Puncaknya, Universitas King Saud khusus perempuan diresmikan pada 1979.
Kenakan Behel demi Penampilan, Apa Hukumnya?
Bagaimanakah pandangan fikih Islam tentang pemakaian behel?
SELENGKAPNYAGejolak Rindu dengan Backsound Musik Bimbo
Kerinduan kepada Rasulullah jangan sampai membuat jamaah lupa dengan kondisi fisik.
SELENGKAPNYAUmmu Hakim, Menantu Abu Jahal yang Jadi Pembela Islam
Ummu Hakim dan Ikrimah sempat menjadi salah satu musuh dari kaum Muslimin.
SELENGKAPNYA