Perceraian (ilustrasi) | Unsplash/Kelly Sikkema

Tuntunan

Misi Besar Iblis di Balik Perceraian

Setiap keluarga berkewajiban memperkuat ketahanan keluarganya dengan iman dan takwa

Oleh ZAHROTUL OKTAVIANI, FUJI EP

Tren gugatan cerai di kalangan para pesohor kembali menuai kontroversi publik. Ragam penyebab gugatan cerai tersebut pun menyeruak yang utamanya adalah soal perselingkuhan. Perceraian merupakan salah satu ujian terbesar dari lembaga bernama keluarga.

Pisahnya pasangan suami-istri ini merupakan misi terbesar dari setan. Imam Muslim meriwayatkan dari Jabir bahwa Nabi Muhammad SAW pernah besabda, "Sesungguhnya, setan membangun singgasana di atas air lalu mengirim para prajurit ke tengah manusia. Yang memiliki kedudukan paling dekat kepada Iblis di antara mereka adalah yang paling besar menimbulkan godaan. Salah seorang dari mereka mengatakan: 'Aku selalu menggoda si Fulan sampai aku tinggalkan sementara ia mengatakan ini dan itu.' Iblis menyahut: 'Demi Allah, engkau tidak berbuatu sesuatu pun.' Lalu salah seorang pasukan datang dan berkata: 'Aku tidaklah meninggalkannya sebelum aku membuatnya bercerai dari istrinya.' Iblis pun mendekatkan prajurit tersebut dan berkata: 'Sungguh hebat (setan) seperti engkau'."

photo
Warga menunggu antrean pengurusan surat administrasi di Pengadilan Agama Bandung, Jawa Barat, Rabu (25/10). Menurut data Pengadilan Agama Kota Bandung, sedikitnya 250 berkas kasus perceraian pasangan suami istri ditangani masuk ke Kantor Pengadilan Agama Bandung dengan 40 berkas kasus perceraian terjadi di kalangan Aparatur Sipil Negara sepanjang tahun 2017 hingga Oktober - (ANTARA FOTO)

Perceraian sangat disukai oleh iblis dan mereka bersukacita karenanya. Iblis atau setan akan merasa sangat bangga dengan keberhasilan anak buahnya yang telah menyebabkan terjadinya perceraian.

Dalam kitab tafsir Taisiir Al-Kariim Ar-Rahmaan I/61, Syaikh As-Sa’di berkata, “Padahal kecintaan yang terjalin di antara pasangan suami istri (sangatlah kuat) tidak bisa disamakan dengan rasa cinta yang ada pada selain keduanya, karena Allah telah berfirman tentang pasangan suami istri ((Dan Allah menjadikan di antara kalian rasa cinta dan kasih sayang)).”

Di sisi lain, Syekh Abdullah Ali Bassaam dalam Taudhihul Ahkaam min Bulughil Maram IV/445 pernah berkata, perumpamaan cerai dengan pecahnya tulang rusuk merupakan perumpamaan yang sangat baik.

Dari keduanya ada banyak kesamaan jika ditinjau dari sisi keduanya sangat menyakitkan dan sulitnya untuk menyambung kembali dan penyembuhannya. Bahkan, terkadang hal ini bisa kembali menyambung, tetapi tulang tersebut tidak kembali sebagaimana sediakala.

photo
Apologi Iblis - (Daan Yahya/Republika)

Pisahnya pasangan suami-istri juga berhubungan dengan sihir yang dilakukan oleh setan. Dalam QS al-Baqarah ayat 102 Allah SWT berkata, "....Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan istrinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorang pun, kecuali dengan izin Allah. ..."

Sihir memiliki pengaruh pada hubungan-hubungan yang terjadi di antara manusia, termasuk mereka yang terikat dalam hubungan pernikahan. Jika cinta yang kuat antara pasangan yang diikat dengan perjanjian suci ini bisa dirusak karenanya, bentuk kecintaan yang lain akan lebih mudah lagi untuk dihancurkan.

photo
Tingkat Perceraian :Sejumlah warga mengurus proses perceraian di Pengadilan Agama Jakarta Selatan, Senin (3/10). Angka perceraian di Indonesia dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Berbagai faktor turut melatarbelakangi meningkatnya jumlah angka perceraian tersebut salah satunya faktor ekonomi .? - (Republika/Prayogi)

Al-Munaawi pernah berkata, tujuan terbesar iblis adalah memutus keturunan dengan perceraian. Dengan keturunan Nabi Adan yang sendirian, mereka bisa dijerumuskan ke perbuatan zina yang termasuk dosa paling besar, serta menimbulkan kerusakan dan paling menyulitkan.

Mengingat tujuan besar dari iblis ini, banyak ulama dan cendekiawan lantas meminta suami dan istri untuk tidak mengajukan talak atau cerai dengan sesuka hati. Az-Zamakhsyari Al-Mu'tazili pun memberi nasihat ahar jangan bercerai hanya karena jiwa tidak menyukainya.

Dalam kitab Al-Kassyaaf I/522, ia berkata, terkadang jiwa itu membenci sesuatu yang lebih baik bagi agamanya dan lebih terpuji, serta lebih dekat kepada kebaikan, sementara terkadang jiwa itu menyukai sebaliknya. Oleh karena itu, hendaknya yang diperhatikan adalah sebab-sebab kebaikan.

Ketahanan keluarga

Penghulu Ahli Muda dan Kepala KUA Kecamatan Susoh di Kabupaten Aceh Barat Daya, Ustaz Roni Haldi Lc menjelaskan, keluarga merupakan lembaga paling efektif menanamkan nilai awal pada generasi penerus bangsa.

Ia menerangkan, jika sebuah generasi sejak awal terbiasa melakukan hal-hal baik berdasarkan pemahaman yang benar, akan terbentuklah sebuah ketahanan yang kuat dalam dirinya. Ketahanan individu inilah yang nantinya menjadi bekal untuk siap menghadapi setiap tantangan dalam kehidupannya di mana pun dia berada.

"Ketahanan yang lahir dari penanaman pendidikan dan nilai-nilai mulia, ditanam dirawat dan dijaga dalam sebuah lembaga bernama keluarga," kata Roni kepada Republika, Ahad (21/5/2023).

Ia menyampaikan, dalam perspektif Islam, memandang keluarga sebagai tumpuan utama dan pertama dalam mempersiapkan generasi penerus peradaban. Setiap keluarga berkewajiban memperkuat ketahanan keluarganya dengan landasan keimanan dan ketakwaan, serta kepatuhan dalam menjalankan nilai-nilai ajaran agamanya. Jauh dari penyimpangan nilai, baik nilai ilahiyah maupun nilai insaniyah.

photo
KELUARGA SAKINAH - (Republika/Agung)

Nilai ilahiyah tecermin pada kuatnya keyakinan diri yang merasa selalu diawasi oleh Allah. Sehingga komitmen untuk membina ikatan suci semakin kuat terjaga, karena sebuah keluarga diikat dalam mitsaqan ghaliza. Sedangkan nilai insaniyah akan menenggangkan rasa menghormati kedudukan wanita sebagai pendamping hidup dan menyemangati jiwa untuk menata kehidupan meniti surga.

Allah berfirman, "Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (QS At-Tahrim: 6).

Ustaz Roni menyampaikan, rekonstruksi fondasi ketahanan melalui perwujudan ketahanan keluarga sangat penting dilakukan. Ia mengatakan, jika komitmen individu terhadap nilai-nilai ajaran agama lemah dan pengetahuan akan nilai-nilai agama rendah. Maka itu, membuat komitmen terhadap implementasi nilai-nilai keagamaan menjadi rendah. Akibatnya, ketahanan keluarga akan mudah rapuh dan goyah. "Padahal, nilai-nilai keagamaan adalah fondasi dalam membangun ketahanan keluarga," ujar Ustaz Roni.

Ia menerangkan, jika gaya hidup hedonis dan materialistis, dan kehidupan yang lebih mementingkan materi membuat orang tua hanya berpikir untuk mencari uang yang banyak, serta anak hanya dicukupi secara materi, tetapi mengabaikan aspek kasih sayang dan perhatian. Akibatnya, anak-anak banyak mencari perhatian di luar rumah. Sehingga cenderung melakukan perilaku menyimpang, seperti ikut paham radikal, pelaku kekerasan, narkoba, dan sebagainya.

 
Kesibukan dalam bekerja sering kali membuat komunikasi antaranggota keluarga menjadi terhambat
RONI HALDI Kepala KUA Kecamatan Susoh di Kabupaten Aceh Barat Daya
 

 

"Minimnya komunikasi antaranggota keluarga, tuntutan ekonomi terkadang membuat kedua orang tua harus bekerja, kesibukan dalam bekerja sering kali membuat komunikasi antaranggota keluarga menjadi terhambat, komunikasi yang terjadi justru lebih banyak melalui alat-alat komunikasi seperti smartphone. Padahal, komunikasi primer antaranggota keluarga akan lebih meningkatkan keharmonisan keluarga," kata Ustaz Roni.

Menurut dia, pembinaan keluarga yang dimaksud adalah memperhatikan setiap hal yang terjadi pada anak, dan memahami arahan apa saja yang harus diberikan kepada mereka sesuai kapasitasnya. Jika pembinaan keluarga ini lemah bahkan tidak berjalan, ketahanan keluarga mustahil akan tercapai.

Raffles dan Kegigihan Ulama

Raffles meminta organisasi orang-orang Nasrani agar mencari jalan keluar mengimbangi para mubaligh Islam.

SELENGKAPNYA

Usul Tokoh Masyumi dan PRRI yang 'tak Perlu Terjadi'

PRRI menunjukkan ketidakpuasan daerah terhadap pusat saat era presiden Sukarno.

SELENGKAPNYA

Ikuti Berita Republika Lainnya