ILUSTRASI Sa'ad bin Abi Waqash, seorang sahabat yang juga paman Nabi SAW, dikaruniai bahwa doa-doanya makbul. | DOK AP Dar Yasin

Kisah

Keistimewaan Sa'ad bin Abi Waqash

Sa'ad bin Abi Waqash pernah didoakan Nabi Muhammad SAW sehingga doa-doanya makbul.

Sa'ad bin Abi Waqash adalah salah seorang sahabat Nabi Muhammad SAW yang dijamin masuk surga. Ia memeluk Islam ketika berumur 17 tahun. Keislamannya terjadi melalui perantaraan Abu Bakar ash-Shiddiq.

Suatu kali, Abu Bakar mengajaknya untuk menemui Rasulullah SAW di sebuah perbukitan sekitar Makkah. Pertemuan itu amat mengesankan Sa'ad. Ia pun segera menerima ajakan Nabi SAW sehingga menjadi yang mula-mula masuk Islam.

Di samping itu, ia memang memiliki hubungan kekerabatan dengan Rasulullah SAW. Ibunda beliau, Aminah binti Wahhab, berasal dari suku yang sama dengan Sa'ad, yaitu dari Bani Zuhrah. Karena itu, Sa'ad juga sering disebut sebagai Sa'ad Zuhrah.

Rasulullah SAW dalam pelbagai kesempatan menyatakan kegembiraannya pada sosok Sa’ad.

Rasulullah SAW dalam pelbagai kesempatan menyatakan kegembiraannya pada sosok Sa’ad. Beliau pernah bersabda, “Inilah pamanku. Siapa orang yang punya paman seperti pamanku ini?”

Sejarah mencatat heroisme Sa’ad. Dialah Muslim pertama yang melepas anak panah demi membela agama Allah. Ia pula yang mula-mula terkena anak panah yang dilontarkan musuh Allah.

Sa'ad juga mendapat keutamaan sebagai satu-satunya orang yang dijamin oleh Rasulullah dengan jaminan kedua orang tua beliau. Rasulullah SAW bersabda di tengah kecamuk Perang Uhud, “Panahlah, wahai Sa'ad! Ibu bapakku menjadi jaminan bagimu!”

Ali bin Abi Thalib menanggapi, “Tidak pernah saya dengar Rasulullah mengatakan ibu bapak beliau sebagai jaminan bagi seseorang kecuali untuk Sa'ad!”

Sa'ad adalah seorang ksatria Muslim. Ia mempunyai dua kekuatan yang sangat ampuh, yakni panah dan doanya. Jika ia memanah, pasti tepat sasaran. Jika ia berdoa, akan dikabulkan Allah Ta’ala. Hal ini tak lepas dari munajat Rasulullah SAW untuk Sa'ad.

Suatu hari, Rasulullah menyaksikan sesuatu dari Sa'ad yang menyenangkan hati beliau. Maka, Nabi SAW berdoa, “Ya Allah, tepatkanlah bidikan panahnya dan kabulkanlah doanya.”

Ya Allah, tepatkanlah bidikan panahnya dan kabulkanlah doanya (Sa'ad bin Abi Waqash).

Menjadi masyhur bahwa doanya makbul. Suatu hari, jauh setelah Rasul SAW wafat, umat Islam dilanda masa penuh cobaan. Perpecahan politik mengemuka.

Tidak sedikit orang yang menjelek-jelekkan Khalifah Ali bin Abi Thalib. Di suatu tempat, Sa’ad mendengar seorang lelaki memaki-maki Ali, Thalhah, dan Zubair. Ketika dinasihati, orang itu justru menolak.

Maka, Sa'ad berkata, “Kalau begitu, akan saya doakan kamu kepada Allah.”

“Rupanya kamu hendak menakutiku, seolah-olah kamu seorang nabi!” hardik lelaki itu.

Sa'ad pun pergi wudhu dan melakukan shalat dua rakaat kemudian berdoa, “Ya Allah, kiranya menurut ilmu-Mu, laki-laki ini telah memaki segolongan orang yang telah memperoleh kebaikan-Mu dan tindakan mereka mengundang amarah murka-Mu, maka mohonlah dijadikan hal ini sebagai pertanda dan pelajaran.”

Tidak lama kemudian, tiba-tiba dari salah satu pekarangan rumah muncul seekor unta liar. Lelaki tadi ditabrak hewan itu hingga meninggal.

Sa'ad adalah teladan istiqamah dalam iman. Betapa mahalnya hidayah Illahi. Maka, dipertahankannya walau mesti dengan susah payah. Sang sahabat Nabi SAW merasakan betapa luar biasa tantangan yang diterimanya usai menyatakan Islam.

Bahkan, ibundanya sendiri sempat melakukan mogok makan selama berhari-hari demi menentang keislaman anaknya itu. Semakin hari semakin parahlah kondisi ibu Sa'ad.

Dalam ujian keimanan yang berat seperti ini, keimanan sang sahabat kokoh menghujam. Ia pun berkata, “Demi Allah, ketahuilah wahai ibunda, seandainya bunda memiliki seratus nyawa, lalu itu keluar satu per satu, tidaklah anakmu ini akan meninggalkan agama ini walau ditebus dengan apa pun.”

Demi Allah, ketahuilah wahai ibunda, seandainya bunda memiliki seratus nyawa, lalu itu keluar satu per satu, tidaklah anakmu ini akan meninggalkan agama ini walau ditebus dengan apa pun.

Akhirnya, ibundanya mengalah. Maka, turunlah ayat tentang kisah Sa'ad ini kepada Rasul SAW. “Dan jika keduanya (orang tua) memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau menaati keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian hanya kepada-Ku tempat kembalimu, maka akan Aku beritahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan” (QS Luqman: 15).

Di antara cerita kepahlawanan Sa'ad yang lainnya adalah ketika dirinya sukses memimpin pasukan Muslimin yang sempat teradang Sungai Tigris. Kala itu, daerah aliran sungai tersebut belum begitu dikenali Muslimin-Arab. Bukannya mundur, Sa'ad memerintahkan pasukannya untuk terus maju dan menyeberangi sungai.

Berkatalah ia kepada pasukan, “Bacalah Hasbunallahu wa ni'mal wakiil.” Kemudian, ia kerahkan kudanya menerjuni sungai. Maka, berduyunlah pasukan Muslim menyeberangi sungai. Gentarlah bala tentara musuh melihat pemandangan ini.

Salman al-Farisi yang berada dalam pasukan Sa'ad pun takjub dan berkata, “Agama Islam masih baru, tetapi lautan telah dapat mereka taklukkan, sebagai halnya daratan telah mereka kuasai. Demi Allah nyawa Salman berada di tangan-Nya, pastilah mereka akan dapat keluar dengan selamat dengan berbondong-bondong, sebagaimana mereka memasukinya berbondong-bondong.”

Sifat Warak Sahabat Nabi, Abu Dujanah

Abu Dujanah khawatir bila anaknya memakan buah kurma yang bukan haknya.

SELENGKAPNYA

Keberhasilan Misi Abdullah bin Unais

Abdullah bin Unais sukses menjalankan sebuah misi penting yang diinstruksikan Rasulullah SAW.

SELENGKAPNYA

Abdurrahman bin Abu Bakar, Mujahid Hingga Ujung Usia

Putra Abu Bakar ash-Shiddiq ini semula memusuhi Islam, baik di kancah Badar hingga Uhud.

SELENGKAPNYA

Ikuti Berita Republika Lainnya