ILUSTRASI Menurut catatan sejarah, ada sejumlah gempa dahsyat yang pernah terjadi. | DOK REP EDWIN PUTRANTO

Dunia Islam

Sejumlah Gempa Dahsyat Dalam Catatan Sejarah

Sejarah mencatat, sejumlah gempa dahsyat pernah menghantam pelbagai belahan dunia.

Salah satu bencana alam yang beberapa kali terjadi di Indonesia adalah gempa bumi. Fenomena ini terjadi ketika tanah berguncang akibat pergeseran yang tiba-tiba dari lapisan di bawah permukaan bumi. Berbeda dengan, umpamanya, banjir atau longsor.

Goncangan gempa tidak bisa diprediksi oleh sains sekalipun. Karena itu, waktu dan lokasinya baru bisa diketahui sesaat sesudah musibah demikian terjadi. Umumnya, otoritas dan institusi terkait mewanti-wanti masyarakat, khususnya yang menetap di kawasan dekat lempeng, agar bisa melakukan langkah-langkah preventif ketika dan setelah mala tersebut berlangsung.

Dalam perspektif Islam, gempa bumi tentunya berkaitan dengan tanda-tanda kekuasaan Allah SWT. Dalam sebuah hadis, Nabi Muhammad SAW pun menghubungkan goncangan bumi dengan tanda-tanda kiamat besar.

Beliau bersabda, “Tidak akan terjadi hari kiamat kecuali setelah hilangnya ilmu, banyak terjadi gempa, waktu seakan berjalan dengan cepat, timbul berbagai macam fitnah, al-Haraj—yaitu pembunuhan-pembunuhan—dan harta melimpah ruah kepada kalian” (HR Bukhari No 978).

Dalam surah al-Hajj ayat 1 Allah SWT berfirman yang artinya, “Wahai sekalian manusia, takutlah kepada Tuhanmu; sesungguhnya gempa kiamat merupakan sesuatu yang sangat dahsyat.

Sepuluh terbesar

Gempa masif pertama yang tercatat dalam sejarah, seperti dirangkum Encyclopedia of Earthquakes and Volcanoes (2007), mengguncang wilayah Sparta di Yunani Kuno pada tahun 464 sebelum Masehi (SM). Intensitasnya diperkirakan mencapai 7,2 skala Richter (SR). Jumlah korban tewas diprediksi sebanyak 20 ribu jiwa.

Musibah ini ikut mengubah jalannya sejarah Yunani Kuno yang diwarnai rivalitas antara dua negara-kota, Sparta dan Athena. Sendi-sendi kehidupan masyarakat militeristik Sparta runtuh seketika.

Oleh karena itu, Athena dapat dengan leluasa mendudukinya. Bahkan, bangsa Helot yang sebelumnya menjadi budak Sparta memberontak terhadap tuannya. Sparta dan sekutu-sekutunya baru bisa bangkit sesudah Perang Peloponnesos pada 431–404 SM.

Dua gempa besar lainnya diketahui secara historis sebelum abad pertama. Pada 373 SM, musibah tersebut mengguncang Kota Helike, sekitar Teluk Corinth, Yunani. Intensitasnya diprediksi 6,8 SR. Kerusakan yang ditimbulkannya amat besar. Belum lagi gelombang tsunami yang datang sesudahnya, sehingga menenggelamkan seluruh kota tersebut.

Peristiwa kedua terdapat di Afrika Utara pada 217 SM. Lebih dari 100 kota yang berdiri di wilayah tersebut hancur seketika akibat disapu gempa bumi. Tak kurang dari 50 ribu orang menjadi korban tewas.

Dalam periode 1000 tahun Masehi, daerah seputar Laut Tengah—Eropa Selatan, Afrika Utara, dan Asia Barat—dibayang-bayangi ancaman gempa masif.

Sebagai contoh, pada tahun 19, daerah pesisir timur Laut Tengah, utamanya Suriah, diguncang gempa yang menewaskan sekitar 100 ribu orang.

Kemudian, pada 21 Juli 365 musibah serupa terjadi di Mesir dan meluluhlantakkan Iskandariah. Di antara bangunan yang rusak berat adalah salah satu keajaiban dunia kuno, Mercusuar Pharos Alexandria. Di kota budaya Hellenistik itu, kira-kira 50 ribu orang menjadi korban tewas.

 
Pada 26 Mei 526, penduduk Antiokhia (Turki Selatan) dikejutkan gempa. Sebanyak 250 ribu orang di sana menemui ajalnya seketika.
 
 

Pada 26 Mei 526, penduduk Antiokhia (Turki Selatan) dikejutkan gempa. Sebanyak 250 ribu orang di sana menemui ajalnya seketika. Dalam kurun waktu 162 tahun kemudian, kota kuno Smyrna (Turki Barat) dilibas gempa besar yang memusnahkan 20 ribu jiwa. Bencana serupa kembali muncul pada Desember 856 di Teluk Corinth, Yunani. Kekuatannya menyapu bersih sebanyak 45 ribu penduduk setempat.

Menjelang tutup abad pertama Masehi, tiga gempa dahsyat menggegerkan Persia (Iran) dan Pakistan. Pada 22 Desember 856, sebanyak 200 ribu warga Damghan di Iran Utara tewas akibat tertimbun reruntuhan.

Pada 893, gempa menggoyang Ardabil dan membunuh sekira 180 ribu orang. Guncangan yang sama bahkan merembet hingga ke Debal, Pakistan, sehingga menewaskan 150 ribu penduduk setempat.

Pada 9 Januari 1038, untuk pertama kalinya sejarah mencatat gempa besar di Cina—tepatnya sekitar Beijing kini. Wilayah Shansi merasakan nestapa bencana itu dan kehilangan lebih dari 23 ribu penduduk.

Tempat lainnya adalah Chihli yang pada 1057 diguncang gempa bumi. Tidak kurang dari 25 ribu warga setempat tewas. Selang beberapa abad kemudian, pada 27 September 1290, kota yang sama digoyang gempa. Total 100 ribu orang kehilangan nyawa.

 
Shansi bahkan menempati urutan teratas sebagai lokasi gempa paling mematikan sepanjang sejarah umat manusia.
 
 

Shansi bahkan menempati urutan teratas sebagai lokasi gempa paling mematikan sepanjang sejarah umat manusia. Pada 23 Januari (sumber lain menyebut: 3 Januari) 1556, gempa bumi memporak-porandakan daerah di sebelah barat-daya Beijing ini. Tidak kurang dari 830 ribu orang meninggal dunia.

Urutan kedua gempa terkuat sedunia ada di Tangshan, Cina, tepatnya pada 27 Juli 1976. Guncangan sebesar 8,2 SR itu menghancurkan daerah yang berlokasi sebelah timur Beijing tersebut. Sebanyak 655 ribu orang di sana menjadi korban tewas.

Gempa terparah ketiga dalam sejarah terjadi selang belum lama ini, yaitu musibah nasional gempa Aceh pada 26 Desember 2004 silam. Guncangannya terekam 9 SR. Getaran tersebut diikuti gelombang tsunami yang ketinggiannya mencapai 30 meter di daratan.

Merujuk beragam sumber, jumlah korban tewas merentang antara 283.106 orang dan 227.898 orang. Semua itu tersebar di 14 negara. Indonesia, khususnya Aceh dan sekitarnya, menjadi wilayah yang terdampak paling besar.

Negara-negara berikutnya, antara lain, adalah Sri Lanka, India, dan Thailand. Sapuan tsunami Aceh bahkan terasa hingga pesisir Afrika Timur, Afrika Selatan, dan Antartika.

Urutan keempat gempa paling mematikan adalah di Halab (Aleppo), Suriah, yang terjadi pada abad ke-12, tepatnya 8 September 1138. Besaran guncangannya diperkirakan mencapai XI skala Mercalli.

Bencana ini menyebabkan hampir seluruh bangunan rata dengan tanah. Jumlah korban jiwa tercatat antara 100 ribu hingga 230 ribu orang. Angka itu belakangan diragukan para peneliti modern karena Halab saat itu baru dihuni sekira puluhan ribu warga.

Bagaimanapun, gempa bumi itu bukan yang terakhir. Aleppo pada era modern juga digoyang gempa yang kira-kira sama dahsyatnya pada 5 September 1822. Total penduduk setempat yang tewas sebanyak 22 ribu orang.

Urutan kelima adalah gempa bumi yang melanda Xining, Cina Tengah, pada pagi 23 Mei 1927. Kekuatannya menanjak hingga 8,3 SR. Alat pendeteksi yang tersebar di pos-pos separuh Bumi ikut bergetar selama 2,5 menit karenanya.

 
Alat pendeteksi yang tersebar di pos-pos separuh Bumi ikut bergetar selama 2,5 menit karenanya.
 
 

Dampak gempa ini, 90 persen bangunan setempat hancur dan menyisakan puing-puing. Longsor juga terjadi pada banyak titik di daerah tersebut.

Beberapa laporan menyebut, sungai yang melalui Xining tergenang lantaran alirannya terhambat batu-batu besar yang meluncur dari dataran tinggi. Data badan geologi Amerika Serikat menyebut, sebanyak 200 ribu orang di sana menjadi korban tewas.

Tempat keenam diduduki musibah gempa yang mengguncang Damghan, Iran Utara. Seperti disinggung sebelumnya, bencana besar ini terjadi pada 22 Desember 856 dan menyebabkan 200 ribu warga setempat tewas. Getarannya terasa sampai ke Suriah dan Yaman.

Urutan ketujuh jatuh pada gempa bumi di Gansu, Cina Tengah. Kekuatan bencana yang terjadi pada 16 Desember 1920 ini mencapai 8,6 SR. Sekitar 180 ribu orang kehilangan nyawa.

Jumlahnya kian meningkat karena 20 ribu orang pengungsi setempat tewas. Penyebabnya, mereka tidak sanggup bertahan tanpa hunian yang layak selama berbulan-bulan, di bawah terpaan cuaca dingin.

Iran menjadi lokasi gempa paling dahsyat pada urutan kedelapan dalam sejarah dunia. Pusat gempa berada di Ardabil, kini sebuah provinsi Iran Utara, sebelah barat Laut Kaspia. Seperti telah disebut sebelumnya, tidak kurang dari 180 jiwa menjadi korban tewas dalam kejadian pada 894 itu.

Getarannya merambat dengan cepat ke Pakistan, meruntuhkan banyak bangunan di sana, serta menyebabkan 150 ribu orang tewas.

 
Getarannya merambat dengan cepat ke Pakistan, meruntuhkan banyak bangunan di sana, serta menyebabkan 150 ribu orang tewas.
 
 

Posisi kesembilan merupakan gempa bumi dahsyat yang menggoyang Kanto, Jepang, pada 1 September 1923. Daerah tersebut meliputi ibu kota Jepang saat ini, Tokyo. Magnitudonya berkisar antara 7,9 dan 8,3 SR.

Kejadian itu disusul gelombang pasang tsunami dengan tinggi sembilan meter di daratan serta amukan api kebakaran besar. Total korban jiwa adalah 140 ribu orang. Usai gempa utama, tercatat 1.700 gempa susulan. Sebanyak 237 guncangan di antaranya cukup kuat untuk dirasakan.

Posisi ke-10 diduduki musibah gempa yang melanda Ashgabat, Uni Soviet (kini ibu kota negara Turkmenistan). Bencana alam yang terjadi pada 6 Oktober 1948 ini menimbulkan guncangan yang kuat 7,3 SR.

Jumlah korban sempat menjadi perdebatan karena adanya rezim otoritarian yang tertutup saat itu, penguasa Soviet, Joseph Stalin. Pemerintah setempat mengklaim total korban tewas lantaran musibah tersebut adalah 19.800 jiwa.

Belakangan, berdasarkan data paling mutakhir, sebanyak 70 ribu orang Ashgabat dan sekitarnya kehilangan nyawa akibat gempa itu.

Inikah Pondok Pesantren Pertama di Indonesia?

Terdapat diskusi mengenai manakah pondok pesantren pertama di Indonesia.

SELENGKAPNYA

Teladan Memuliakan Tamu Sejak Zaman Nabi

Para nabi Allah telah memberikan teladan perihal memuliakan tamu.

SELENGKAPNYA

Israel Renggut Kebahagiaan Ramadhan Anak-Anak Palestina

Puluhan anak-anak dan remaja ditangkap pasukan Israel Ramadhan ini.

SELENGKAPNYA

Ikuti Berita Republika Lainnya