Burung kuntul terbang di atas pohon mangrove di Taman Kili-kili Taman Nasional Alas Purwo, Muncar, Banyuwangi, Jawa Timur, Selasa (11/8/2020). | BUDI CANDRA SETYA/ANTARA FOTO

Safari

Sensasi Mangrove Bedul

Beberapa kera ekor panjang tampak melompat-lompat di antara kerumunan bakau.

Matahari kian mendekati ufuk barat saat kami tiba di Pos Bedul Selatan, awal Desember lalu. Cahaya langit pun mulai meredup perlahan.

Di depan kami, Teluk Segoro Anak masih memantulkan warna kemilaunya. Sementara pohon-pohon mangrove berjejer di sepanjang pinggiran perairan payau ini. Suasana alam khas Bedul sore itu sungguh membuat saya terpesona.

Setelah menunggu beberapa menit, sebuah perahu kayu bermesin diesel --yang oleh penduduk setempat disebut gondang-gandung-- datang menghampiri kami. Dengan kendaraan itulah kami menyeberangi teluk menuju pos utara.

''Biasanya, kalau sudah jam segini tak ada lagi gondang-gandung yang beroperasi,'' ujar Paing (55 tahun), sang penarik perahu.

photo
Burung kuntul terbang di atas pohon mangrove di Taman Kili-kili Taman Nasional Alas Purwo, Muncar, Banyuwangi, Jawa Timur, Selasa (11/8/2020). - (BUDI CANDRA SETYA/ANTARA FOTO)

Kawasan Bedul terletak di Resort Grajagan, sekitar 54 km dari Banyuwangi. Lokasi ini menjadi pintu masuk kedua menuju Taman Nasional Alas Purwo, selain Pos Rawabendo. Menurut rencana, saya dan Prayogi seharusnya tiba di tempat ini pukul 15.00 WIB. Tapi apa boleh buat, mobil yang membawa kami berkeliling Alas Purwo siang harinya mengalami pecah ban di tengah hutan. Akibatnya, kedatangan kami ke Bedul menjadi tertunda hingga dua jam lebih.

Sekitar 10 menit kemudian, sampailah kami di seberang. Beberapa perahu kayu tampak bersandar di dermaga kecil ini. Karena sudah malam, kami pun terpaksa menginap di pos yang terletak tidak jauh dari gerbang masuk TN Alas Purwo sektor Bedul. Sebenarnya, pengunjung tidak diizinkan bermalam di dalam area taman nasional ini. "Kecuali mereka yang tengah melakukan penelitian," tambah Paing.

Bedul-Cungur

Bagian utara Bedul berbatasan dengan permukiman warga di Dusun Blok Solo, Desa Sumberasri, Kecamatan Purwoharjo. Mekipun demikian, jangkauan listrik PLN tidak sampai ke daerah ini.

photo
Wisatawan menaiki perahu menyusuri hutan mangrove di Pantai Bedul, Taman Nasional Alas Purwo, Banyuwangi, Jawa Timur, Kamis (18/2/2021). - (BUDI CANDRA SETYA/ANTARA FOTO)

Terdapat belasan warung makanan di sekitar pos. Beberapa di antaranya ada yang buka hingga pukul 20.00 WIB. "Listrik buat penerangan kami peroleh dari genset dan rata-rata menghabiskan empat liter bensin setiap malamnya," tutur Tukri (58), salah satu pemilik warung.

Untuk ukuran sebuah tempat wisata, harga makanan di sini relatif murah. Dengan merogoh kocek Rp 15 ribu, saya bisa menikmati satu porsi nasi pecel plus lalapan.

Keesokan paginya, kami kembali menuju dermaga Bedul. Kebetulan, badan pengelola kawasan ini menyediakan beberapa paket ekowisata. Saya dan Prayogi memilih paket Bedul-Cungur, yang menawarkan suasana unik menyusuri Teluk Segoro Anak sejauh 4 km dengan perahu gondang-gandung.

Jalur yang ditempuh mulai dari Bedul, melewati beberapa lokasi yang menjadi tempat atraksi burung-burung air, hingga berakhir di Muara Cungur.

Tepat pukul 09.00 WIB, kami mulai mengarungi teluk. Selama berada di atas perahu kayu itu, mata saya tak henti-hentinya mengamati pemandangan di sekeliling. Beberapa kera ekor panjang tampak melompat-lompat di antara kerumunan bakau yang menghijau. Sementara di salah satu tepian segara ini, seekor biawak dengan panjang kira-kira dua meter merayap-rayap di atas lumpur.

photo
Foto udara panorama pantai Plengkung (G-Land) di TN Alas Purwo, Banyuwangi, Jawa Timur, Sabtu (21/5/2022). - (ANTARA FOTO/Budi Candra Setya)

Saya sempat pula melihat sejumlah nelayan tradisional sedang berburu kerang dan rajungan (sejenis kepiting) di perairan payau ini. Mereka mencari hasil tangkapan tersebut dengan cara menyelam, sambil bertumpu pada sebilah kayu panjang yang ditancapkan hingga ke dasar teluk.

Pada beberapa titik, kami menjumpai bermacam-macam spesies burung air. Ada trinil pantai (Tringa hypoleucos), trinil kaki merah (Tringa totanus), bangau tong-tong (Leptoptilos javanicus), gajahan timur (Numenius madagascariensis), dan cerek kernyut (Pluvialis fulva).

"Burung-burung ini biasanya mencari makan di saat pagi dan sore hari," terang Riadi (30), pemandu yang ikut menemani kami.

Kecuali bangau tong-tong, kata dia, unggas-unggas tersebut umumnya adalah jenis burung migran. Yaitu, burung yang bergerak secara terus-menerus dari satu tempat ke tempat lain, kemudian kembali lagi ke tempat asalnya. Perpindahan ini biasanya dilakukan secara musiman.

photo
Pengunjung berjalan di pasir pantai Parang Ireng TN Alas Purwo, Banyuwangi, Jawa Timur, Sabtu (19/2/2022). Pada situs Geologi Parang Ireng tersebut terdapat butiran pasir putih berukuran besar yang merupakan fosil foraminifera Schlumbergerella florensis serta batuan andesit basal berwarna hitam yang berasal dari lava gunung api di selatan Jawa. - (ANTARA FOTO/Budi Candra Setya/aww.)

Burung migran

Setengah jam berlalu. Di arah barat sana, sekumpulan bangunan mulai terlihat samar-samar. Itu adalah Desa Grajagan, salah satu perkampungan nelayan di selatan Banyuwangi.

Perahu yang kami tumpangi akhirnya berhenti di pinggir Muara Cungur. Kali ini, ratusan burung dara laut jambul (Sterna berghii) tampak tengah berjemur di atas sebuah area berpasir.

Riadi mengungkapkan, burung migran ini termasuk spesies yang punya daya jelajah tinggi. Mereka mampu terbang berjam-jam tanpa henti, menempuh jarak ratusan kilometer jauhnya. Bahkan, menurut seorang peneliti dari Inggris, Max Grantham, dara laut jambul yang terdapat di Blok Cungur ini ternyata berasal dari Australia.

Sempat terlintas di benak saya, gerombolan burung ini tak ubahnya imigran gelap yang bebas keluar masuk ke negara manapun.

Setelah puas mengamati burung-burung tersebut, kami kembali ke dermaga. Sensasi yang disajikan hutan bakau ini benar-benar menghipnotis saya hari itu.

24 jenis mangrove

Sumber dari Balai TN Alas Purwo menyebutkan, luas hutan mangrove Bedul mencapai 1.350 hektare, namun yang masuk dalam kawasan taman nasional tersebut hanya 866 hektare. Formasi tumbuhan ini membentang sejauh 16 km di sepanjang pinggir Teluk Segoro Anak.

Tercatat, ada 24 jenis mangrove sejati yang bisa ditemukan di sini. Dua di antaranya termasuk spesies langka secara global, yakni Ceriops decandra dan Scyphiphora hydrophyllacea.

photo
Panorama batuan di pantai Parang Ireng TN Alas Purwo, Banyuwangi, Jawa Timur, Sabtu (19/2/2022). - (ANTARA FOTO/Budi Candra Setya/aww.)

Kata Riadi, jangan sekali-kali bernaung di bawah pohon bakau. "Karena di situ sarang nyamuk," tambahnya.

Menurut Miskar (62), pemilik perahu yang membawa kami waktu itu, wisatawan yang datang ke Bedul biasanya lebih ramai saban akhir pekan. "Kalau hari-hari biasa masih bisa dihitung jari," ujarnya.

Laki-laki yang sudah menarik gondang-gandung selama 20 tahun itu menuturkan, angkutan penyeberangan ini sudah ada sejak 1970-an. Awalnya, perahu-perahu kayu tersebut digunakan untuk menyeberangkan penduduk nelayan di sekitar Bedul saja. Namun, mulai 2007 lalu, gondang-gandung menjadi sarana utama untuk membawa wisatawan berkeliling mangrove Bedul.

Kawasan ini paling ramai dikunjungi pada 2009-2010. Pada masa-masa itu, kata Miskar, ia dan para penyedia jasa perahu lainnya mampu mengangkut hingga dua ribu wisatawan setiap hari libur. "Kalau sekarang paling banyak cuma 150 orang," ujarnya.

Monster Kecil dari Segoro Anak

Rupanya aneh, perilakunya pun unik. Itulah ikan bedul, salah satu kekayaan yang dimiliki Alas Purwo. Di tempat lain, ada yang menyebutnya ikan blodok atau glodok.

Tubuhnya berwarna abu-abu dengan bintik-bintik kecil berwarna kehijauan. Matanya cembung alias menonjol ke luar, mirip kodok. Sirip tungkai kecil, sedangkan sirip punggung bisa melebar atau mengembang hingga beberapa kali tinggi tubuhnya.

photo
Ikan Gelodok (Periophthalmus gracilis). - (wikimedia commons)

"Panjang ikan ini bisa mencapai satu hasta," ujar pemandu ekowisata di Bedul, Riadi. Namun, yang saya jumpai di tepian Teluk Segoro Anak saat itu umumnya kecil-kecil. Panjang rata-ratanya sekitar 10-15 cm.

Saat air pasang, jelas dia, ikan bedul bersembunyi dalam lubang-lubang yang mereka buat di lumpur. Namun, kala air surut, mereka keluar dan berjalan-jalan di atas lumpur dengan sepasang "kaki" mininya itu.

Ikan berjalan? Ya, begitulah. Mereka memang berjalan-jalan, bahkan melompat-lompat.

Kadangkala, begitu bertemu atau berhadap-hadapan dengan sesamanya, monster kecil ini akan mengangakan mulut sambil melebarkan sirip punggungnya. Entah apa makna di balik perilaku unik tersebut. Namun, menurut penelitian yang dilakukan Budiyanto (1983), sikap ini sebagai salah satu bentuk cara ikan ini mempertahankan teritorinya.

Sejumlah literatur menyatakan, saat ini sedikitnya terdapat 35 spesies ikan blodok. Mereka mampu bertahan hingga delapan menit di darat. Habitat hewan  yang masuk dalam anak suku oxudercinae ini adalah pantai-pantai tropis, terutama di perairan dengan ekosistem hutan bakau. Wilayah persebarannya mulai dari Indo-Pasifik hingga pantai Atlantik Benua Afrika.

 

Disadur dari Harian Republika edisi 6 Januari 2013. Reportase oleh Ahmad Islamy Jamil.

Israel Serang Stadion, Mana Sanksinya FIFA?

Pasukan Israel menembakkan gas air mata ke tengah pertandingan final Piala Liga Palestina.

SELENGKAPNYA

Palestina Protes Keras FIFA

Israel disebut sebagai negara apartheid.

SELENGKAPNYA

Teladan Buya Hamka Kala Muhammadiyah (tidak) ‘Pecah’

Pada masa rezim Orde Lama, Muhammadiyah sempat terguncang akibat dinamika politik nasional.

SELENGKAPNYA

Ikuti Berita Republika Lainnya