ILUSTRASI Dalam kisah Talut versus Jalut, sang raksasa itu berhasil dibunuh Daud. | DOK WIKIPEDIA

Kisah

Kisah Talut Melawan Jalut, Momen Krusial Bani Israil

Pasukan Talut berhasil melawan Jalut sehingga Bani Israil pun kembali berkuasa.

Bani Israil sempat kehilangan arah sesudah wafatnya Nabi Musa AS. Allah SWT kemudian menetapkan Yusya bin Nun alias Yosua sebagai nabi-Nya. Di bawah pimpinan lelaki tersebut, kaum ini akhirnya berjuang dan berhasil merebut tanah Filistin.

Kemudian, Yosua meninggal dunia. Lagi-lagi, Bani Israil mengalami kekosongan kepemimpinan. Sekian lama berselang, belum ada lagi nabi diutus. Mereka pun terlunta-lunta, bagai domba yang tanpa pengembala.

Perlahan namun kian jelas, masyarakat Israil mulai lalai terhadap agama tauhid. Tak sedikit dari mereka yang melakukan dosa tanpa malu-malu. Bahkan, pembunuhan atas orang-orang saleh dilakukan.

Allah menjatuhkan azab kepada mereka. Akhirnya, Bani Israil kehilangan tanah Filistin. Wilayah itu kemudian dicaplok oleh musuh mereka, yakni kaum Amaliqah atau Balthata. Para penyerbu Filistin ini dapat menawan sejumlah pembesar Bani Israil, menculik anak-anak, serta menarik upeti semena-mena.

 
Kaum Balthata dipimpin seorang lelaki bernama Goliath alias Jalut. Keturunan Dinasti Bukhtanashar ini berperawakan tinggi dan besar. Wujudnya bahkan menyerupai raksasa.
 
 

Kaum Balthata dipimpin seorang lelaki bernama Goliath alias Jalut. Keturunan Dinasti Bukhtanashar ini berperawakan tinggi dan besar. Wujudnya bahkan menyerupai raksasa.

Di tengah penindasan yang dilakukan kaum Balthata, Bani Israil pun mengharapkan pertolongan Allah. Harapannya, Dia mengutus seorang nabi yang akan menyelamatkan mereka. Padahal, sebelumnya mereka pun membunuh para nabi atau orang-orang saleh.

Bagaimanapun, di tengah mereka masih terdapat kabilah yang terkenal bijaksana. Tetuanya memiliki seorang putri bernama Hubla. Bani Israil pun berharap, dari Hubla dapat lahir seorang putra yang kelak bisa memimpin mereka sebagai nabiyullah.

Lahirlah dari rahim wanita mulia itu, seorang anak laki-laki yang kemudian diberi nama Shammil atau Samuel. Secara kebahasaan, nama itu berarti
'Allah telah mendengar permohonan hamba-Nya'.

Singkat cerita, Samuel pun diangkat oleh Allah menjadi nabi-Nya. Bani Israil amat berharap bahwa sang nabi dapat membimbing mereka guna mengakhiri penindasan kaum penjajah. Hingga saat itu, belum ada pemimpin yang mempersatukan mereka.

 
Angkatlah untuk kami seorang raja supaya kami dapat berperang di bawah pimpinannya di jalan Allah.
 
 

Suatu hari, Bani Israil mendatangi Samuel. "Angkatlah untuk kami seorang raja supaya kami dapat berperang di bawah pimpinannya di jalan Allah," kata mereka.

Mendengarnya, Samuel tak lantas percaya. Ia meragukan Bani Israil yang memang gemar membangkang, dapat mematuhi perintah.

"Bisa jadi saat kalian nanti diwajibkan berperang di jalan Allah, kalian justru tidak mau berperang," ujar sang nabi.

Namun Bani Israil ngotot, "Bagaimana mungkin kami enggan berperang di jalan Allah, padahal kami telah terusir?!"

Keesokan harinya, Samuel berdoa kepada Allah. Akhirnya, Allah menetapkan bahwa pemimpin untuk Bani Israil ialah seseorang dengan tanda-tanda.

Pagi hari esoknya, seorang pemuda tampan, gagah perkasa, saleh, dan cerdas sedang mencari keledainya di depan rumah Samuel. Sang nabi mendapati adanya tanda, sebagaimana yang diwahyukan dari sisi Allah, pada diri lelaki itu.

Pria tersebut bernama Saul alias Talut. Samuel lalu mengundangnya ke dalam rumah. Kemudian, tinggi badan sang tamu diukurnya. Yakinlah Samuel bahwa orang ini yang akan memimpin Bani Israil.

 
Saat Samuel mengumumkan Talut akan menjadi pemimpin Bani Israil, sejumlah tokoh Yahudi menolak. Bagi mereka, Talut hanyalah seorang pengembala miskin, bukan keturunan orang mulia, semisal anak cucu Nabi Ya'qub.
 
 

Namun, saat Samuel mengumumkan Talut akan menjadi pemimpin Bani Israil, serta merta sejumlah tokoh Yahudi menolak. Bagi mereka, Talut hanyalah seorang pengembala miskin, bukan keturunan orang-orang mulia, semisal anak cucu Nabi Ya'qub.

Klaim itu sesungguhnya dusta belaka. Sebab, berdasarkan silsilah, Talut masih keturunan Ya'qub dari garis Bunyamin--adik lelaki Nabi Yusuf AS.

Yang sebenarnya ialah, para tokoh Bani Israil itu merasa iri. Mereka merasa, diri atau kabilah mereka lebih pantas untuk menjadi pemimpin daripada lelaki tersebut.

"Bagaimana mungkin seorang pengembala miskin menjadi raja kami? Padahal, kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan," desus mereka kesal.

Samuel pun menjelaskan, "Sesungguhnya tanda ia akan menjadi raja ialah kembalinya Tabut kepadamu. Di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan Harun. Sungguh itu menjadi tanda bagimu jika kamu memang beriman."

Tabut adalah peti kayu berlapis emas tempat menyimpan Taurat. Tabut yang diyakini Bani Israil membawa ketenangan dan kemakmuran tersebut telah direbut musuh yang menindas dan menguasai wilayah mereka.

Beberapa hari kemudian, terbuktilah tanda tersebut. Malaikat membawa Tabut tersebut dan menunjukkannya pada Bani Israil. Talut pun kemudian terbukti diutus sebagai raja Bani Israil.

 
Sesungguhnya tanda ia akan menjadi raja ialah kembalinya Tabut kepadamu. Di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan Harun.
 
 

Jihad dimulai

Dengan segera, Talut mengumpulkan keuatan Bani Israil untuk melawan kelompok penindas pimpinan Jalut. Talut pun memilih 80 ribu pemuda sebagai prajuritnya.

Mereka berbaris dengan perlatan lengkap dan berangkat untuk memerangi tentara Jalut. Jalanan sahara membuat pasukan begitu lelah dan sangat kehausan.

Di tengah perjalanan, Allah menguji pasukan Talut dengan sungai yang mengalir. Sebagai komandan, Talut telah mewanti-wanti prajuritnya agar tak meminum air sungai tersebut kecuali seciduk tangan saja untuk menghilangkan dahaga.

"Sungguh Allah akan menguji kalian dengan sungai. Siapapun yang meminum air dari sungai itu maka ia tidak akan menemaniku," ujar dia.

 
Sungguh Allah akan menguji kalian dengan sungai. Siapapun yang meminum air dari sungai itu maka ia tidak akan menemaniku.
 
 

Namun, nafsu keserakahan menguasai sebagian besar pasukan Talut. Mereka pun melanggar perintah pemimpin dengan meminum air sungai tersebut sepuas-puasnya. Dari total 70 ribu personel, hanya sekitar 300 orang saja yang mematuhi instruksi.

Mereka terdiri atas orang-orang saleh. Seorang di antaranya ialah Daud--yang saat itu belum diangkat sebagai seorang nabiyullah.

Dengan berat, Talut pun melanjutkan perjalanan hanya dengan 300 prajurit. Orang-orang yang telah tamak meminum air sebanyak-banyaknya itu menjadi pucat dan takut berperang. Dengan jumlah yang minim, pasukan pejuang ini maju berperang melawan bala tentara Jalut yang bertubuh besar dan perkasa.

Di bawah komando Talut, pasukan tersebut pun berdoa agar diberikan kesabaran dan kemenangan. "Ya Tuhan kami, berikanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir," begitu doa mereka.

Dengan kehendak Allah, Talut dan para pengikutnya berhasil memetik kemenangan. Jalut dan kaumnya pun binasa.

Namun, bukan Talut yang berhasil membunuh Jalut. Daud-lah yang melakukannya. Dikisahkan, Daud muda melawan Jalut dengan ketapel yang selalu ia bawa sebagai senjata. Tiga buah batu meluncur ke kepala Jalut hingga menewaskannya.

Naiknya Daud

Sebelumnya, Talut pernah berjanji barangsiapa yang berhasil membunuh Jalut maka akan dinikahkan dengan putrinya serta memberinya separuh kepemimpinan kerajaan Bani Israil. Daud pun mendapat bonus hadiah tersebut.

Hingga usia Daud mencapai 40 tahun, Talut pun menemui ajal. Daud lalu naik menggantikan posisi Talut sebagai raja Bani Israil. Tak hanya itu, Allah pun mengangkatnya sebagai nabi dan rasul. Kepadanya, diturunkan kitab suci Zabur.

Serangkaian kisah perihal Samuel, Talut, Jalut, dan Daud dikabarkan dalam Alquran surah al-Baqarah ayat ke-246 hingga 251.

Ketika Nabi Sulaiman Dituduh Berbuat Sihir

Orang-orang fasik ini menuduh Nabi Sulaiman berbuat sihir.

SELENGKAPNYA

Mahfud: Kita Cari Jalan Keluar Soal Israel

Plt Menpora menyatakan syarat Indonesia belum disepakati FIFA.

SELENGKAPNYA

Pesan Terakhir

Syuhada muda itu dididik oleh seorang janda miskin dari Raqqah.

SELENGKAPNYA

Ikuti Berita Republika Lainnya