ILUSTRASI Piramida, salah satu peninggalan Mesir Kuno. Pada masa itu, tukang sisir Firaun gugur sebagai syuhada. | AP

Kisah

Mengenal Masyithah, Tukang Sisir Firaun

Masyithah dan anak-anaknya gugur sebagai syuhada usai disiksa Firaun.

Saat menempuh perjalanan Isra dan Miraj, Nabi Muhammad SAW mengalami banyak kejadian luar biasa. Salah satunya adalah aroma sangat wangi yang beliau cium saat sedang mengarah ke lapis demi lapis langit.

Karena penasaran, Rasulullah SAW pun bertanya kepada Malaikat Jibril, yang terus mendampinginya sejak masih di Makkah dan Baitul Makdis.

"Wahai Jibril, dari manakah aroma semerbak ini berasal?" tanya Nabi SAW.

"Aroma ini bersumber dari Masyithah. Dia dahulu adalah penyisir rambut keluarga Firaun," jawab sang malaikat.

"Bagaimana ceritanya?" tanya beliau lagi.

Kemudian, Jibril pun mengisahkan riwayat wanita salehah tersebut kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Masyithah tidak memiliki kedudukan di lingkungan istana Mesir kecuali sebagai tukang sisir semata. Sehari-hari, perempuan ini bertugas menyisir dan merapikan penampilan anak-anak Firaun.

Hingga suatu ketika, Masyithah tidak sengaja menjatuhkan sisir yang sedang dipegangnya. Dengan spontan, ia pun mengucapkan basmalah kala mengambil benda itu. "Dengan menyebut nama Allah, Tuhan semesta alam," katanya.

Perkataan Masyithah mengherankan seorang anak Firaun. "Apa yang baru saja kamu ucapkan?" tanyanya.

"Itu kalimat yang mulia," jawab Masyithah singkat.

"Apakah tadi kamu menyebut 'Tuhan', tetapi bukan ayahku, Firaun?" selidik si anak lagi.

"Tidak ada Tuhan selain Allah. Dia (Allah) adalah Tuhanku. Dia menciptakan setiap makhluk, termasuk engkau dan ayahmu," jelas Masyithah.

Putri Firaun ini melongo. Amat terkejut karena ada seorang yang meragukan "ketuhanan" bapaknya. Langsung saja si gadis berlari keluar kamar untuk melaporkan perihal Masyithah kepada Firaun.

Si putri berkata, “Saya akan laporkan kamu kepada ayah!”

"Silakan.”

Tanpa waktu lama, datanglah Firaun. "Wahai kamu budak perempuan! Benarkah kamu mengatakan bahwa ada Tuhan selain aku!?" bentak raja Mesir ini.

"Ya. Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah.”

Mendengar jawaban Masyithah, Firaun pun amat murka. Ia segera memerintahkan sejumlah prajuritnya agar memanaskan sebuah patung sapi dari tembaga hingga meleleh. Kemudian, tukang sisirnya itu beserta anak-anaknya hendak dilemparkan ke dalam kobaran api yang melumatkan patung tersebut.

 
Mendengar jawaban Masyithah, Firaun pun amat murka. Ia segera memerintahkan sejumlah prajuritnya agar memanaskan sebuah patung sapi dari tembaga hingga meleleh.
 
 

Satu per satu buah hatinya dimasukkan prajurit Firaun ke dalam nyala api. Hingga tiba gilirannya, Masyithah berkata kepada raja yang lalim itu, "Sebelum saya meninggal, saya ingin mengajukan permintaan kepadamu.”

“Apa permohonanmu?” tanya Firaun.

"Saya ingin agar Tuan nanti mengumpulkan tulangku dan tulang anak-anakku dalam satu kafan. Lalu, kuburkanlah jenazah kami.”

Sambil tertawa, Firaun menjawab, “Itu adalah perkara yang sangat mudah bagiku.”

Detik-detik menjelang dirinya dilempar, Masyithah sempat gentar. Sebab, kedua tangannya menggendong bayi yang masih disusuinya. Respons atau naluri seorang ibu yang menginginkan keselamatan bagi sang buah hati.

Allah SWT berkehendak, bayi itu dapat berbicara. Katanya, "Wahai Ibu, masuklah! Sungguh, rasa sakit di dunia ini lebih ringan daripada siksa akhirat.”

Maka terjunlah kedua insan ini ke dalam api.

Dalam sebuah riwayat, Ibnu Abbas kembali mengutip sabda Rasulullah SAW. Menurut Nabi SAW, lanjutnya, ada empat bayi yang ditakdirkan Allah dapat berbicara. Keempatnya adalah Isa bin Maryam, Shahib Juraij, saksi Yusuf, dan anak Masyithah --tukang sisir Firaun.

Sosok Firaun yang diazab

Dalam Alquran, sejumlah ayat menyebut perihal Firaun, terutama sebagai sosok yang dinasihati Nabi Musa dan Nabi Harun agar bertobat kepada Allah. Belum dapat dipastikan, apakah itu figur yang sama dengan yang menyiksa Masyithah.

Bagaimanapun, berbagai riset telah berupaya mengungkapkan, siapakah Firaun yang ditelan Laut Merah kala mengejar Bani Israil yang dipimpin Nabi Musa.

Menurut Ali Akbar dalam Arkeologi Al-Qur'an (2020), Mesir Kuno pernah dikuasai bangsa Hyksos yang datang dari dataran Asia. Dalam Alquran, kata yang digunakan untuk menyebut penguasa Mesir pada masa itu ialah raja (malik), bukan firaun. Ini menjadi salah satu dasar untuk menafsirkan, dinasti apakah yang menguasai Mesir pada saat para nabiyullah diutus.

Pada zaman Nabi Musa AS, Mesir dikuasai pemimpin yang bergelar firaun. Kerajaan Mesir diperintah selama sekitar 3.000 tahun oleh puluhan dinasti. Satu dinasti terdiri atas sejumlah firaun.

Lantas, Firaun manakah yang mengejar Nabi Musa AS dan akhirnya tenggelam di Laut Merah?

Ali mengatakan, para peneliti sejauh ini telah mengerucutkan kesimpulan pada dua nama, yakni Firaun Ramses II dan anaknya, Firaun Merneptah. Yang pertama memerintah hingga tahun 1212 SM. Mumi atau jasadnya telah diteliti banyak ahli, termasuk Dr Maurice Bucaille, seorang ahli bedah asal Prancis, pada 1975-1976.

Ali meneruskan, Nabi Musa AS diperkirakan hidup sekitar tahun 1212 SM. Dugaannya, firaun yang memelihara dan membesarkan Nabi Musa di istana Mesir ialah Ramses II.

Setelah dewasa dan berdakwah, Nabi Musa dikejar firaun penerus Ramses II, yaitu Merneptah. Kini, jasad kedua Firaun tersebut dapat disaksikan di museum di Kairo. Hal ini mengingatkan pada Alquran surat Yunus ayat 92:

Maka pada hari ini, Kami selamatkan jasadmu agar engkau dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang setelahmu, tetapi kebanyakan manusia tidak mengindahkan tanda-tanda (kekuasaan) Kami.”

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Riwayat Kerajaan Saba

Punahnya Kerajaan Saba menjadi awal babak atau pendahulu bagi terbentuknya Makkah.

SELENGKAPNYA

Dahaga Abu Hurairah dan Keberkahan Segelas Susu

Abu Hurairah menyaksikan mukjizat Nabi SAW yang terwujud dalam keberkahan segelas susu.

SELENGKAPNYA

Dr Said Tuhuleley, Sang Pembela Kaum Miskin-Dhuafa

Tokoh Muhammadiyah ini berjuang dalam pemberdayaan kaum miskin-dhuafa.

SELENGKAPNYA