
Kisah Mancanegara
Saat TikTok Disidang di Amerika
TikTok dituding membahayakan mental para remaja.
Oleh M FAUZI RIDWAN, MEILIZA LAVEDA
Pada Rabu (22/3) sore, kamera ATCS Bandung menangkap kejadian yang belakangan kian marak. Rekaman yang juga viral di internet itu menunjukkan seorang perempuan tengah joget di median simpang jalan Merdeka-Jalan Aceh.
Kabid Lalu Lintas dan Perlengkapan Jalan Dinas Perhubungan Kota Bandung Khairur Rijal mengatakan petugas yang tengah memantau kondisi arus lalu lintas juga melihat seorang perempuan joget median jalan. Petugas sudah mengimbau agar perempuan tersebut tidak melakukan kegiatannya di median jalan karena membahayakan.
"Pada saat di simpang Jalan Merdeka- Jalan Aceh dekat balai kota, ada satu median dari arah utara ke selatan termonitor orang joget-joget sepertinya bikin konten TikTok. Diimbau tapi tidak mendengar dan dihiraukan," ujarnya saat dikonfirmasi, Kamis (23/3).
Ia menuturkan para pengendara motor pun sudah mengimbau yang bersangkutan untuk berhenti. Namun, tetap dihiraukan oleh yang bersangkutan padahal sangat membahayakan.

"Itu berbahaya, pertama mengalihkan perhatian pengendara di jalan dan membahayakan keselamatan diri sendiri apalagi kondisi Bandung hujan dan licin," katanya.
Ia mengatakan petugas mengaku sempat tidak akan mengunggah video tersebut. Namun, yang bersangkutan tetap membuat konten tanpa menghiraukan peringatan dari petugas. "Kalau mau membuat konten di tempat aman, atau jangan berbahaya," ungkapnya.
Rijal mengaku belum mengetahui identitas perempuan yang membuat konten di median jalan. Namun, ia mengungkapkan warganet sudah banyak yang mempublikasikan identitas perempuan tersebut.
Ia mengatakan perilaku warga yang membuat konten di median jalan beberapa kali sempat diketahui. Namun, petugas langsung mengingatkan dan untuk pindah ke lokasi yang lebih aman. "Kita bukan untuk mempermalukan tapi sudah diimbau tidak mendengarkan," katanya.

Fenomena tersebut, bukan hanya terjadi di Bandung atau di Indonesia saja. Di banyak penjuru dunia, konten-konten untuk media berbagi video pendek, TikTok, jadi kekhawatiran berbagai pihak.
Selang sehari dari kejadian itu, ribuan kilometer jaraknya dari Bandung, anggota parlemen Amerika Serikat mencecar CEO Tiktok Shou Chew soal fenomena tersebut.
Salah satu yang ditanyakan anggota parlemen adalah dampak platform Chew terhadap kesehatan mental, terutama bagi pengguna mudanya. Anggota Kongres dari Partai Republik Gus Bilirakis berbagi cerita tentang Chase Nasca, seorang anak laki-laki berusia 16 tahun yang meninggal karena bunuh diri setahun yang lalu dengan melangkah di depan sebuah kereta api.
Orang tua Nasca, yang telah menggugat ByteDance, perusahaan pemilik Tiktok, mengklaim Chase "ditargetkan" dengan konten terkait bunuh diri yang muncul tiba-tiba, muncul di persidangan dan menjadi emosional saat Bilirakis menceritakan kisah putra mereka. “Saya ingin berterima kasih kepada orang tuanya karena berada di sini hari ini, dan mengizinkan kami menunjukkan ini,” kata Bilirakis dilansir the Guardian. "Tuan Chew, perusahaan Anda menghancurkan hidup mereka."
Mengemukakan kekhawatiran tentang pengguna muda, Anggota Kongres Nanette Barragán bertanya kepada Chew tentang laporan bahwa dia tidak mengizinkan anak-anaknya sendiri menggunakan aplikasi tersebut. “Menurut Anda, pada usia berapa anak muda yang pantas menggunakan TikTok?” dia bertanya.
Chew justru menjawab, bahwa anak-anaknya sendiri tidak menggunakan TikTok. Hal itu karena di Singapura, tempat mereka tinggal, tidak ada versi platform untuk pengguna di bawah usia 13 tahun. Di AS ada versi TikTok yang berisi konten dikurasi untuk pengguna di bawah 13 tahun.
“Pendekatan kami adalah memberikan pengalaman yang berbeda untuk kelompok usia yang berbeda, dan membiarkan orang tua berbicara dengan anak-anak mereka untuk memutuskan apa yang terbaik untuk keluarga mereka,” katanya.
Saat ini, mayoritas remaja di AS mengatakan bahwa mereka menggunakan TikTok – dengan 67 persen orang berusia 13 hingga 17 tahun mengatakan bahwa mereka telah menggunakan aplikasi tersebut. Sedangkan 16 persen dari kelompok usia tersebut mengatakan bahwa mereka menggunakannya “hampir terus-menerus,” menurut Pew Research.

Hal ini telah menimbulkan sejumlah kekhawatiran tentang dampak aplikasi tersebut terhadap keamanan pengguna muda, dengan konten yang terkait dengan menyakiti diri sendiri dan gangguan makan menyebar di platform tersebut. TikTok juga menghadapi tuntutan hukum atas "tantangan" mematikan yang viral di aplikasi itu. TikTok telah memperkenalkan fitur sebagai tanggapan atas kritik tersebut, termasuk batas waktu otomatis untuk pengguna di bawah 18 tahun.
Beberapa kritikus teknologi mengatakan bahwa meskipun pengumpulan data TikTok menimbulkan kekhawatiran, praktiknya tidak jauh berbeda dengan praktik perusahaan teknologi besar lainnya.
“Meminta pertanggungjawaban TikTok dan China adalah langkah ke arah yang benar, tetapi melakukannya tanpa meminta pertanggungjawaban platform lain tidaklah cukup,” kata Tech Oversight Project, sebuah organisasi advokasi kebijakan teknologi, dalam sebuah pernyataan.
“Pembuat undang-undang dan regulator harus menggunakan sidang minggu ini sebagai kesempatan untuk terlibat kembali dengan organisasi masyarakat sipil, LSM, akademisi, dan aktivis untuk menghentikan semua praktik berbahaya teknologi besar.”

Namun bukan perihal membuat remaja kecanduan saja alasan TikTok disidang di parlemen AS. TikTok juga dicecar dengan tudingannya berfungsi sebagai alat mata-mata pemerintah Cina. Hal ini terkait kepemilikan saham Bytedance yang dikuasai pengusaha yang terafiliasi dengan Partai Komunis Cina.
“Izinkan saya menyatakan ini dengan tegas bahwa ByteDance bukan agen China atau negara lain manapun,” kata Chew dalam sambutan tertulis yang dirilis oleh Komite Energi dan Perdagangan DPR menjelang sidang pada Kamis.
Tapi klaim independensi Chew itu dirusak oleh laporan Wall Street Journal yang diterbitkan hanya beberapa jam sebelum sidang. Laporan itu mengatakan Cina akan sangat menentang penjualan paksa perusahaan. Menanggapi untuk pertama kalinya ancaman larangan nasional oleh Presiden Joe Biden, Kementerian Perdagangan Cina mengatakan langkah seperti itu akan melibatkan ekspor teknologi dari China dan karenanya harus disetujui oleh pemerintah Cina.
Dilansir Engadget, Kamis (23/3), sebagian besar kesaksian tertulis Chew mirip dengan argumen yang telah dibuat TikTok selama bertahun-tahun. Dia merinci fitur keamanan aplikasi, terutama yang ditujukan untuk remaja dan Proyek Texas, upaya miliaran dolar TikTok untuk mengunci data pengguna AS.

Kesaksian tertulis Chew juga mengungkapkan empat mantan karyawan ByteDance menggunakan TikTok untuk mengakses data jurnalis AS. Insiden tersebut yang semakin memicu kekhawatiran anggota parlemen tentang TikTok, dilaporkan telah mendorong penyelidikan Departemen Kehakiman (DOJ).
“Saya mengutuk kesalahan ini dengan sekuat mungkin," tulis Chew, mencatat bahwa perusahaan sedang melakukan penyelidikan dengan firma hukum luar. Terlepas dari itu, anggota parlemen kemungkinan akan menyelidiki Chew secara mendalam tentang hubungan TikTok dengan ByteDance dan Cina dan apakah perusahaan tersebut dapat dipercaya untuk melindungi pengguna AS.
Lebih Sehat dengan Sahur Ala Nabi
Makan sahur memiliki manfaat tersendiri bagi kesehatan tubuh
SELENGKAPNYAGibraltar, Pesona Sejarah, dan Masjid Ibrahim
Di Gibraltar, masih terdapat jejak-jejak kejayaan Islam, termasuk pada masjidnya.
SELENGKAPNYAInspirasi Orang Saleh Jalani Ramadhan Penuh Berkah
Inilah sekelumit kisah orang-orang saleh yang menjalani Ramadhan penuh keberkahan.
SELENGKAPNYA