
Motivasi Alquran
Belajar Ikhlas
Bila amal dikerjakan murni karena Allah SWT, maka itu disebut ikhlash.
DIASUH OLEH USTAZ DR AMIR FAISHOL FATH; Pakar Tafsir Alquran, Dai Nasional, CEO Fath Institute
Kata al-ikhlash dari kata akhlasha, yukhlishu, yang artinya memurnikan. Dalam bahasa Arab dikatakan akhlashtul ‘asal (aku memurnikan madu).
Sebuah air yang murni disebut almaul khaalish. Bila dicampur sedikit benda lain, seperti teh (asysyaai) atau kopi (alqahwah), misalnya, maka dikatakan aku minum teh atau aku minum kopi (syaribtusy syai aw syaribtul qahwah).
Jadi tabiat airnya berubah. Tidak ada orang yang mengatakan aku minum air teh atau air kopi, padahal zat airnya masih ada.
Demikian juga amal. Bila dikerjakan murni karena Allah SWT tanpa campuran kepentingan, maka amal itu disebut ikhlash. Sebaliknya, amal yang dilakukan atas dasar kepentingan, misalnya, berpuasa dengan niat ingin dipuji orang lain atau ingin menurunkan berat badan, maka amal tersebut tidak ikhlash.
Amal yang dilakukan atas dasar kepentingan, misalnya, berpuasa dengan niat ingin dipuji orang lain atau ingin menurunkan berat badan, maka amal tersebut tidak ikhlash.
Itulah mengapa dalam surah al-Ikhlash tidak ada kata ikhlash. Padahal dalam Alquran, setiap nama surah biasanya diambil dari satu kata yang terdapat dalam surah tersebut.
Para ulama tafsir setiap kali menjelaskan tentang rahasia penamaan surah biasanya mengatakan karena di dalam surah itu ada kata tersebut. Misalnya, surah al-Baqarah, Dr Wahbah Az Zuhali menjelaskan karena di dalamnya ada kisah al-Baqarah yang sangat menakjubkan.
Ketika menjelaskan nama surah al-kautsar, dikatakan karena ia dibuka dengan ayat yang ada kata al-kautsar. Tetapi ketika menerangkan rahasia nama surah al-ikhlash dikatakan karena tema besarnya adalah tentang pemurnian tauhid yang membebaskan seorang hamba dari kemusyrikan.
Ketika menerangkan rahasia nama surah al-ikhlash dikatakan karena tema besarnya adalah tentang pemurnian tauhid yang membebaskan seorang hamba dari kemusyrikan.
Memang kata Allahu ahad menunjukkan makin tunggalnya Allah sebagai Tuhan satu-satu-Nya, tidak ada selain-Nya yang pantas dituhankan. Sebab, semua wujud selain-Nya adalah makhluk.
Tabiat makhluk akan selalu bergantung kepada yang lain. Karena itu, tidak bisa makhluk menjadi Tuhan. Bila ada makhluk yang dituhankan, itu artinya perbuatan syirik.
Allah SWT sangat benci terhadap segala kemusyrikan (innallah laa yaghfiru ay yausyraka wa yaghfiru maa duuna dzaalika limay yasya’) (QS an-Nisa [4]: 48).
Orang yang melakukan amal dengan niat ingin dipuji orang lain otomatis di dalamnya ada unsur kemusyrikan. Nabi SAW menegaskan asy syirkul ashghar, ar riya’ (syirik kecil adalah riya) (HR Ahmad).
Jadi jangan heran jika Nabi SAW menjelaskan bahwa surah al-Ikhlash sama dengan sepertiga Alquran (Walladzii nafsii bayadihii innahaa la ta’dulu tsulutsal quraan) (HR Bukhari).
Hal ini tidak lain untuk menunjukkan bahwa tema penting Alquran membangun kesadaran tauhid dalam diri seorang hamba yang darinya akan tumbuh kaikhlasan.
Nabi SAW pernah mendemonstrasikan di hadapan para sahabat tentang bagaimana mengkhatamkan Alquran dalam sekejap atau semalam.
Dalam kesempatan lain, Nabi SAW pernah mendemonstrasikan di hadapan para sahabat tentang bagaimana mengkhatamkan Alquran dalam sekejap atau semalam. Seketika para sahabat terkagum-kagum mengatakan, "Ayyunaa ythiiqu dzaalika" (Siapa di antara kita yang mampu melakukan itu?).
Nabi SAW menjelsakan cukuplah hanya dengan membaca surah al-Ikhlash tiga kali. Karena sekali membacanya sama dengan sepertiga Alquran (HR Bukhari-Muslim).
Imam At-Turmidzi meriwayatakan tentang seorang sahabat dari kalangan Anshar yang menjadi imam di Masjid Quba’. Sahabat tersebut selalu membaca surah al-Ikhlash setiap kali selesai membaca surah al-Fatihah.
Sebagian sahabat protes karena itu tidak wajar. "Kalau memang ingin membaca surah al-Ikhlash cukupkan dengannya tanpa menambah surah yang lain.” kata sebagian mereka.
Namun imam masjid itu menjawab, “Ya terserah aku. Jika kamu tidak mau bermakmum kepadaku silakan ganti imam yang lain.”
Sedangkan, masyarakat senang dengan bacaan imam tersebut. Akhirnya, mereka melaporkan kepada Rasulullah SAW.
Lalu Nabi SAW bertanya, “Apa alasannya?” Imam menjawab, “Aku mencintai surah al-Ikhlash" (inni uhibbuhaa).
Nabi SAW menjelaskan, “Cintamu kepadanya mengantarkanmu ke surga.”
Berbuka dengan Gulai Kambing Spesial di Masjid Gedhe Kauman
Tradisi ini sudah mengakar sejak masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono VIII
SELENGKAPNYAFatimah binti Al Mudzir, Ulama Hadis yang Jadi Guru Suami
Hadis yang diriwayatkan Abu Al Mundzir sebagian besar merupakan hadis dari Fatimah
SELENGKAPNYATetap Berpuasa Ketika Menstruasi, Apa Hukumnya?
Haramnya wanita yang haid untuk berpuasa telah menjadi ijma' para ulama sejak 14 abad yang lalu.
SELENGKAPNYA