Melalui karyanya ini, Buya Hamka menjawab pelbagai masalah-masalah yang dilihat dari perspektif Islam. | DOK Perpustakaan Univ Muhammadiyah Makassar

Kitab

Jawaban Buya Hamka atas '1001 Soal'

Melalui karyanya ini, Buya Hamka menyajikan pengetahuan komprehensif ihwal banyak soal.

Salah seorang ulama besar dalam sejarah Indonesia adalah Prof Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau yang akrab disapa Buya Hamka. Dai dari ranah Minangkabau itu tidak hanya berkiprah di dunia dakwah dan pendidikan Islam.

Tokoh Muhammadiyah tersebut pun dikenang luas sebagai seorang ahli sejarah, sastrawan, dan filsuf Muslim. Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) pertama itu wafat pada 24 Juli 1981.

Sebagai cendekiawan yang prolifik, Buya Hamka telah menghasilkan banyak karya tulis di sepanjang hayatnya. Beberapa buah penanya yang fenomenal adalah Tafsir al-Azhar, Sejarah Umat Islam, Tasawuf Modern, serta novel-novel seperti Tenggelamnya Kapal Van der Wijck dan Di Bawah Lindungan Ka’bah. Tentunya, ada pula buku-buku karyanya yang lain dari itu.

 
Sebagai cendekiawan yang prolifik, Buya Hamka telah menghasilkan banyak karya tulis di sepanjang hayatnya.
 
 

Salah satunya adalah 1001 Soal Kehidupan. Buku ini berisi kompilasi jawaban-jawaban Hamka atas pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan di majalah Gema Islam dan Panji Masyarakat. Penghimpun tulisan-tulisan itu adalah Haji Rusydi Hamka dan Afifi Hamka.

Pertama kali terbit dalam bentuk buku yang berjudul Hamka Membahas Soal-soal Islam dan diedarkan Penerbit Bulan Bintang, Jakarta. Karena laku keras, karya itu terus dicetak dan bahkan diluncurkan oleh penerbit-penerbit masa kini, termasuk Gema Insani. Edisi demikian diberi judul 1001 Soal Kehidupan.

Buku ini terdiri atas enam bab: “Perihal Iman dan Ma’rifatullah”; “Islam dan Sains Modern”; “Talak, Poligami, Zihar, dan Perempuan”; “Perihal Islam dan Pengurusan Jenazah”; “Perihal Haji dan Gelaran Haji”; serta “Khurafat, Dukun dan Penyimpangan Agama".

Seperti tampak pada tema-tema itu, perhatian Hamka pada masalah-masalah syariat dan keumatan cukup besar. Demikian pula, pengetahuannya luas sehingga mampu menjawab pertanyaan demi pertanyaan yang diajukan publik dengan komprehensif.

Sebagai contoh, jawaban Hamka atas pertanyaan berikut. “Mungkinkah ada wahyu Illahi yang tidak masuk akal?” (halaman 26).

Sang penanya menyajikan contoh yang dalam perspektifnya dikaitkan dengan Isra Miraj Nabi Muhammad SAW. Sang buya menjawab bahwa Isra Miraj bukanlah peristiwa yang tidak masuk akal.

Itu hanya dipandang mustahil menurut adat kebiasaan pada saat itu. Lebih lagi, banyak perkara yang belum terterima pada mulanya oleh akal suatu masyarakat karena mereka memang belum mengetahui rahasia di baliknya.

“Misalnya, pada 150 tahun yang telah lalu kalau dikatakan manusia bisa terbang cepat dari Jakarta ke Makkah dalam tempo satu malam saja, orag akan berkata bahwa itu belum dapat dicerna oleh akalnya, meskipun bisa terkhayal dalam pikirannya. Dan, sekarang itu tidak ganjil lagi,” tulis Hamka.

Setelah menguraikan beberapa contoh lainnya, Hamka mengambil kesimpulan. “Oleh sebab itu, pertanyaan Saudara, ‘Adakah wahyu Illahi itu yang tidak ma’qul?’, kita jawab dengan tegas, ‘Tidak ada wahyu Illahi yang tidak ma’qul.’”

Dalam bab berikutnya, suami Ny Sitti Raham itu menjawab sejumlah pertanyaan terkait perspektif Islam perihal sains. Misalnya, bagaimana pandangannya atas teori Charles Darwin?

Dalam menjawab, Hamka ternyata tidak langsung menjurus pada “ya” atau “tidak”, melainkan terlebih dahulu mengelaborasi sejarah teori itu sendiri.

Ia menuturkan, jauh sebelum Darwin hidup, seorang ilmuwan Muslim sudah mengajukan teori evolusi, yakni “kemajuan hidup dari nabati, sampai pada ikan, binatang dan insan.” Sarjana yang dimaksud adalah Ibnu Maskawaih (wafat 1030 M).

“Ibnu Maskawaih lebih dahulu 800 tahun daripada Darwin,” tulis Hamka (halaman 83).

Tidak hanya itu, Ibnu Khaldun pun diketahui mengajukan pemikiran yang sama. Maka dari itu, lanjut dia, teori Darwin sesungguhnya bisa dianggap menyempurnakan teori yang telah dimulai ulama-ulama Islam. Lantas, di mana masalahnya?

“Perbedaan teorikus-teorikus Muslim itu dengan Darwin hanyalah dalam hal pandangan hidup, bukan dalam objek yang dibicarakan. Jika Ibnu Maskawaih dan Ibnu Khaldun mengesankan dalam mengemukakan teorinya dengan ayat (Alquran) Yasin (ayat) 38. Namun, Darwin tidak menyebut-nyebut takdir Allah. Tidak menyebut bahwasannya semuanya demikianlah diatur oleh Allah,” tulis Hamka.

Pada bab berikutnya, Hamka menjawab soal yang cukup menarik: benarkah Hawa diciptakan oleh Allah SWT dari tulang rusuk Adam?

Ternyata, itu hanyalah “cerita” yang dinukil sebagian mufasir dari Perjanjian Lama, khususnya Kitab Kejadian, yang dianggap suci oleh kaum Yahudi dan Kristen. Sang dai menerangkan, memang dalam Kejadian (2:21) tersebut bahwa Tuhan mencabut tulang rusuk Adam untuk dijadikan jodohnya.

Sementara itu, Alquran dengan jelas memaparkan ihwal penciptaan Adam dan istrinya tersebut. Misal, dalam surah an-Nisa ayat pertama. Artinya, “Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri)-nya; dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta, dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu.

Hamka mengungkapkan, seorang pembaru Islam yakni Syekh Muhammad Abduh termasuk yang membantah penafsiran “tulang rusuk” itu. Kontan saja, Abduh mendapatkan kecaman dari sejumlah mufasir yang taklid.

Padahal, jauh sebelumnya seorang ahli tafsir kenamaan, Syekh Fakhruddin ar-Razi, pun menolak penafsiran “tulang rusuk.” “Ar-Razi meninggal pada tahun 1209 M. Artinya, ia 700 tahun sebelum Abduh,” kata Hamka.

Buku 1001 Soal Kehidupan mengajak Anda untuk lebih dalam mengenal Islam dan memahami seluk-beluk dunia ini dalam perspektif Alquran dan Sunnah. Buku ini memuat berbagai tanya-jawab yang tidak hanya menyangkut syariat, tetapi juga soal-soal kemasyarakatan, sejarah, kebudayaan, dan lain-lain. Karena itu, inilah bacaan yang dapat menjadi rujukan bagi setiap Muslim, khususnya mereka yang ingin mempunyai khazanah pengetahuan yang luas.


DATA BUKU
Judul : 1001 Soal Kehidupan
Penulis : Prof Buya Hamka
Penerbit : Gema Insani
Tebal : 480 Halaman

Ustaz Abdul Somad: Maksimalkan Amal Saat Ramadhan

Ustaz Abdul Somad mengimbau Muslimin agar memaksimalkan amal di Ramadhan.

SELENGKAPNYA

Ramadhan dan Hilal

Mengapa Rasulullah SAW mengajarkan agar melihat hilal dalam memulai puasa Ramadhan?

SELENGKAPNYA

Solusi Islam untuk Gangguan Mental 

Melalui karyanya ini, al-Balkhi membahas solusi untuk gangguan mental.

SELENGKAPNYA

Ikuti Berita Republika Lainnya