ILUSTRASI Reruntuhan bekas situs Imperium Sasaniyah, Iran. Rasulullah SAW pernah meramalkan hancurnya kerajaan ini. | DOK WIKIPEDIA

Kisah

Ramalan Rasulullah dan Akhir Imperium Persia

Ramalan Rasulullah SAW tentang kehancuran Imperium Persia terbukti benar adanya.

Pada zaman Nabi Muhammad SAW, ada dua kerajaan besar yang mendominasi dinamika politik dunia. Di sisi barat, terdapat Kekaisaran Romawi Timur alias Bizantium yang beribu kota di Konstantinopel. Di sisi timur, Imperium Eranshahr alias Sasaniyah berpusat di Persia—wilayah Iran kini.

Pada pertengahan fase dakwah Rasulullah SAW di Makkah, terjadi peristiwa geopolitik luar Jazirah Arab yang penting. Yakni, Persia melancarkan perang terhadap Konstantinopel. Bahkan, pada 614 M Sasaniyah dapat menguasai Syam, wilayah Bizantium di selatan Anatolia. Begitu pula dengan Baitul Makdis, yang dapat dicaplok balatentara imperium dari timur itu.

Nyatalah bahwa Romawi Timur kalah. Begitu mendengar kabar tersebut, Nabi SAW dan kaum Muslimin bersedih. Sebab, orang-orang Romawi termasuk kalangan Ahli Kitab, sedangkan Persia adalah pihak paganis atau majusi. Berbalikan dengan keadaan umat Rasul SAW, kaum musyrik di Makkah bersuka cita. Mereka mengelu-elukan kemenangan Sasaniyah sebagai kejayaan penyembah berhala.

Pada tahun itu, turunlah awal dari surah ar-Ruum. Isi ayat Alquran itu, Allah menegaskan bahwa Bizantium akan kembali mengungguli musuhnya dalam beberapa tahun ke depan. Kondisi ketika itu Persia sedang jaya-jayanya sehingga wahyu Allah itu diremehkan oleh orang-orang kafir Makkah. “Bagaimana mungkin Alquran memastikan kemenangan itu?” demikian pikir mereka.

Bagaimanapun, kaum Muslimin meyakini seutuhnya nubuat Alquran itu. Dan, sungguh Allah Maha berkehendak.

Firman-Nya terbukti menjadi kenyataan. Sekitar tujuh tahun setelah diturunkannya ayat pertama surah ar-Ruum tersebut, pada Desember 627 M, perang terjadi antara Bizantium dan Persia di Nineveh. Kali ini, pasukan Konstantinopel sukses mengalahkan musuhnya. Bahkan, beberapa bulan kemudian Persia terpaksa membuat perjanjian dengan Bizantium. Kaisar yang pro-Majusi itu mesti mengembalikan wilayah yang sebelumnya dicaplok dari Bizantium.

Di ujung tanduk

Wahyu Allah SWT tidak hanya membuktikan kekalahan Persia. Melalui lisan Rasulullah SAW, terungkap nubuat tentang nasib kerajaan tersebut yang di ujung tanduk. Bahkan, beliau meramalkan kehancuran negeri Sasaniyah.

Ceritanya bermula dari kabar datangnya rombongan utusan dari Yaman, salah satu daerah kekuasaan Persia kala itu, ke Madinah. Berita ihwal kedatangan mereka membuat girang orang-orang kafir dan munafik. Sebab, delegasi yang diutus gubernur Yaman, Badzan bin Sasan, itu dikabarkan hendak menangkap Nabi Muhammad SAW; membawa beliau ke hadapan raja Persia, Khosrow II alias Kisra.

Sebelumnya, Rasulullah SAW telah bersurat kepada sejumlah penguasa non-Arab, termasuk Bizantium dan Persia. Dalam suratnya, beliau mengajak para raja untuk memeluk Islam. Elite Bizantium, Heraklius, menerima surat tersebut dengan penghormatan meskipun dirinya enggan memeluk Islam.

Keadaannya berbeda 180 derajat dengan Kisra. Sang raja Persia merobek-robek surat Nabi SAW. Ia murka melihat sebuah surat yang diawali dengan perkataan bismillah, “dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Pengasih.” Semestinya, pikir Kisra, segala puja dan puji tertuju hanya kepadanya seorang.

Tidak henti dengan mencaci-maki Nabi SAW. Kaisar Persia ini memerintahkan gubernurnya di Yaman untuk segera membawa beliau kepadanya.

Setelah kata-kata serta perbuatan Khosrow itu diceritakan kepadanya, Nabi SAW berdoa, “Semoga Allah merobek-robek kerajaannya.”

Maka tatkala utusan Persia dari Yaman ini tiba di Madinah, Rasul SAW menerimanya dengan sepantasnya. Tidak memuliakan. Tidak pula menghinakan.

Salah seorang dari bawahan Badzan itu berkata kepada Nabi SAW, “Jayalah sang raja dari para raja, yakni Kisra! Sungguh, Badzan telah diperintahkan Yang Mulia agar membawa Anda untuk menghadap Raja Kisra. Jika Anda bersedia, Kisra akan memenuhi segala permintaan Anda. Jika Anda menolak, Yang Mulia akan membinasakan Anda dan kaum Anda semua!”

Rasulullah SAW menghadapi mereka dengan tenang. “Maukah kalian mengenal apa itu Islam?” tanya beliau.

Mereka bersedia menyimak penjelasan belia. Namun, sesudah itu masih saja bersikeras bahwa Kisra adalah tuhan. Beliau lantas bersabda,

“Bagaimana pendapat kalian bila tadi malam Tuhanku telah membunuh orang yang kalian anggap tuhan itu?”

“Dari mana Anda tahu?”

“Tuhanku telah mengabarkannya kepadaku semalam,” jawab Nabi SAW tegas.

Rasulullah SAW lalu menyuruh para utusan itu agar kembali ke Yaman. Bila informasi kematian Kisra itu salah, mereka bisa datang lagi ke Madinah untuk menangkapnya. Namun, jika benar bahwa sang raja Persia telah tewas pada malam itu, Nabi SAW mengimbau mereka sebaiknya seluruh masyarakat Yaman merenung, betapa meruginya menyembah kepada selain Allah SWT.

Mereka setuju dan meninggalkan Madinah. Begitu tiba di Yaman, para utusan tersebut menceritakan pertemuannya dengan Rasulullah SAW, termasuk apa itu Islam dan nubuat tentang kematian Kisra. Badzan bersumpah bahwa bila perkataan Nabi SAW benar, dirinya akan memeluk Islam.

Untuk diketahui, waktu tempuh antara ibu kota Yaman, Sana’a, dan Madinah pada masa itu sekitar dua pekan. Adapun perjalanan normal antara Sana’a dan ibu kota Persia ditempuh rata-rata satu bulan. Jadi, alangkah luar biasanya bila seseorang di Madinah terlebih dahulu mendapatkan kabar penting dari Persia daripada orang-orang Yaman.

Satu setengah bulan kemudian, datanglah surat dari Persia ke Sana’a. Isinya mengabarkan kematian Kisra, tepat pada waktu yang telah diramalkan sebelumnya oleh Rasulullah SAW. Setelah menerima kabar tersebut, Badzan mengumumkan dirinya beriman kepada Allah dan Nabi Muhammad SAW. Seluruh penduduk Yaman pun mengikutinya, mengucapkan dua kalimat syahadat.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Mengenal Kaum Habib, Zuriah Nabi yang Alim

Sebutan habib biasanya disematkan pada bagian dari keturunan Rasulullah SAW.

SELENGKAPNYA

Mereka Itu tidak Sama

Agama telah mengajarkan kita suatu sikap toleran terhadap umat beragama lain.

SELENGKAPNYA

Tradisi Menyambut Bulan Suci

Menurut cerita masyarakat, kegiatan dhandhangan pertama kali dicetuskan oleh Sunan Kudus.

SELENGKAPNYA