Penggemar musik metal menyaksikan penampilan band metal Burgerkill pada gelaran Hammersonic 2023 di Pantai Karnaval Ancol, Jakarta Utara, Sabtu (18/3/2023) malam. | Republika/Edwin Dwi Putranto

Kronik

Hidup Rock, Hidup Metal!

Naik turun musik cadas di Tanah Air.

Oleh FITRIYAN ZAMZAMI

Festival Hammersonic yang digelar di Ancol, Jakarta Utara, dua hari ini disebut sebagai festival musik metal dan rock terbesar di Asia Tenggara. Puluhan ribu manusia menyesaki lokasi acara tersebut. Raungan distorsi gitar, besetan bass, dan dentuman drum diiringi vokal yang mengaum-aum, menguar di udara.

Pemerintah secara resmi mendukung juga acara itu, menilainya bisa jadi jualan wisata karena yang datang tak sedikit dari mancanegara. Ada masanya,musik cadas tak sebebas itu di Indonesia. Berikut kisahnya.

Republika merekam, sepanjang 17-19 Oktober 1996 ada hajatan di Surabaya, Jawa Timur. Panggung konser di Stadion Gelora 10 Nopember kala itu ditata mirip sebuah goa angker penuh dengan bebatuan cadas. Bak siraman air hujan yang membasahi lahan kerontang, sekitar 5.000 penonton berteriak seperti dapat siraman hujan. "Hidup rock, hidup metal!". 

Saat itu, bertahun pentas musik rock benar-benar berhenti mencabik fans beratnya. Panggung rock sejak itu sempat haram digelar di stadion olahraga terbesar di Jatim tersebut. Tak heran, penonton tersedot menyaksikan Festival Musik Rock VIII se-Indonesia tersebut.

Kalaupun ada pergelaran rock di Surabaya, biasa dipentaskan di gedung tertutup seperti di gedung Go Skate. Itulah sebabnya, festival rock kali ini tak berlebihan kalau diibaratkan sebagai siraman air hujan yang menyejukkan bagi kebangkitan musik cadas tersebut. 

photo
Penggemar musik metal menyaksikan penampilan band metal Burgerkill pada gelaran Hammersonic 2023 di Pantai Karnaval Ancol, Jakarta Utara, Sabtu (18/3/2023) malam. - (Republika/Edwin Dwi Putranto)

Agaknya yang mendasari mengapa panggung rock tidak lagi dipentaskan di lapangan terbuka, adalah soal 'trauma' yang terkait dengan ketertiban penonton. Panggung rock memang tak pernah digelar menyusul kericuhan yang terjadi saat pentas Metallica tahun 1993 di Stadion Lebak Bulus Jakarta.

Tapi bukan sejak konser itu saja musik metal dan rock sudah coba dijauhkan dari anak-anak muda.

Pada Januari 1993, diumumkan tamatnya riwayat musik heavy metal dan segala aksesorisnya di televisi. Mulai Februari itu, para penggemar musik bising itu, tak akan bisa lagi menikmati tayangan idola mereka, yang biasanya beridentitas rambut gondrong, celana sobek, kalung bergelantungan, anting-anting dan semacamnya, di layar RCTI maupun TPI. Tak peduli rocker dari Indonesia maupun asing. 

photo
Sejumlah anggota koloni dari Jawa Barat dan Jakarta berkumpul di Festival Hammersonic di Ancol, Jakarta Utara, Sabtu (18/3/2023). - (Republika/Fitriyan Zamzami)

Aturan untuk 'mencekal' dan tidak menayangkan penyanyi rock berambut gondrong ini, justru dimulai oleh televisi swasta, RCTI. Padahal, semula boleh dikata RCTI yang paling getol menyiarkan video klip para penyanyi dan pemusik rock itu.

Tata tertib dari RCTi yang amat mengejutkan itu, diedarkan ke seluruh pemilik rekaman kaset, produser rekaman dan yang mau bikin rekaman untuk paket Pentas Musik serta Sekilas Musik.

Isinya, berbunyi antara lain: "Kami tegaskan sekali lagi, bahwa musik-musik 'heavy metal' dan sejenisnya (termasuk 'thrash rock' dan 'punk-rock') harap tidak menjadi bagian paket musik RCTI/SCTV, maupun ditampilkan dalam Sekilas Musik. Hal ini berlaku baik untuk paket musik lokal maupun impor."

Dijelaskan pula dalam surat edaran 'pencekalan' itu, visualisasi paket-paket musik yang mesti dihindari oleh RCTI./SCTV, antara lain, visualisasi yang berkesan sadisme dan pemakaian baju robek yang berlebihan. Kriteria pencekalan tersebut, kemudian dijabarkan lebih lanjut untuk jajaran RCTI/SCTV termasuk yang berambut gondrong.

"Sebenarnya pengertiannya bukan pencekalan seperti yang dimuat di beberapa surat kabar. Melainkan hanya mengarahkan agar lebih etis dan lebih normatif, sesuai dengan kondisi bangsa kita," ucap koordinator Humas RCTI Bobby Sael yang dihubungi Republika kala itu.

photo
Pemain bas Burgerkill Ramdan Agustiana tampil pada gelaran Hammersonic 2023 di Pantai Karnaval Ancol, Jakarta Utara, Sabtu (18/3/2023) malam. - (Republika/Edwin Dwi Putranto)

Akhirnya, TVRI mengikuti langkah RCTI dan TPI. "Mulai bulan puasa ini musik rock akan dilarang," ujar Azis Husein, direktur TVRI, saat itu, akhir Januari 1993.

"Lebih baik menayangkan musik yang berkepribadian bangsa," kata dia tanpa menjelaskan apa yang dimaksud dengan musik yang berkepribadian bangsa itu.

TVRI juga saat itu melakukan berbagai persyaratan yang ketat terhadap pemusik berambut gondrong. Busana tidak senonoh, celana sobek, juga tidak diperkenankan untuk dipakai. Anehnya, ketika ditanyakan perkara kejelasan rambut gondrong, Azis malah berkelit, "Gondrong boleh asal rapi. Pokoknya teratur," jawabnya tanpa penjelasan.

Langkah TVRI itu mengundang sikap pro kontra di kalangan masyarakat, terutama para pecinta dan musisi metal. Peristiwa semacam itu juga pernah terjadi tahun 1970-an silam. Kala itu, TVRI secara tegas melarang pemusik berambut gondrong untuk tampil dalam berbagai acara. Entah apa sebabnya, pelarangan itu dicabut kembali. Satu hal yang sering dipertanyakan oleh berbagai pihak adalah batasan-batasannya yang serta tidak jelas. 

photo
Bassis Metallica Jason Newstead beraksi di Stadion Lebak Bulus, Jakarta (10/4/1993). - (Sony Soemarsono/Republika)

Setelah larangan-larangan itu, pada April 1993, grup thrash metal, Metallica justru didatangkan ke Indonesia. Setiawan Djodi, sang promotor, menuturkan pada Republika bahwa ia tergugah dengan musik cadas grup itu saat menonton konser mereka di New York. Ia menilai, musik itu adalah genderang perubahan yang layak dibawa ke Tanah Air. 

Di Jakarta, benar saja, basis penggemar Metallica sudah meluas.  Cuplikan lirik lagu Enter Sandman yang dinyanyikan James Hetfield, vokalis Metallica, secara serempak ditirukan oleh ribuan penonton yang memadati Stadion Lebak Bulus, Jakarta 10-11 April.

"Penggemar Metallica di sini ternyata  amat memahami, menghayati musik kami lebih dari yang saya bayangkan. Itu mencengangkan saya," kata penabuh drum Metallica Lars ulrich. Metallica in Concert yang dibiayai Setiawan Djodi lebih dari Rp 1 miliar, sungguh sebuah tontonan yang menyuguhkan kenikmatan pentas rock.

Siapa sangka jika kemudian pentas itu malah menjadi kambing hitam yang memercikkan darah dalam sejarah pertunjukan rock di Indonesia. Ribuan anak muda di luar stadion yang tak mampu membeli tiket seharga Rp 30 ribu - Rp 150 ribu mengamuk bringas.

Ratusan mobil, deretan rumah mewah dan kompleks pertokoan menjadi sasaran pengrusakan, bahkan sampai banyak jatuh korban jiwa. Menhankam, Jenderal Edi Sudrajat dan Menko Polkam Soesilo Soedarman akhirnya segera mengeluarkan maklumat: "Pentas musik metal dilarang".

photo
Suasana kerusuhan di sela konser Metallica di Stadion Lebak Bulus, Jakarta (10/4/1993). - (Sony Soemarsono/Republika)

Adalah produser musik Rock, Log Zhelebour yang kemudian mencoba mendobrak larangan itu. Dalam wawancara dengan Republika pada 1994, ia mengakui bahwa trauma dari konser Metallica di Jakarta memang membekas namun harus dilupakan.

"Panggung rock segera digelar, dan bangkitkan semangat para musisi muda kita, yang ternyata banyak menyimpan bakat," kata Log yang saat itu merupakan ketua I Forum Komunikasi Kreativitas Rocker (FKKR) Jawa Timur.

Secara terus terang, Log mengakui, kala itu pihaknya merasa kelabakan setelah pergelaran musik rock tak mendapat tempat untuk tampil. Log yang dikenal sebagai pandega dalam mengorbitkan musisi rock di Indonesia, baik secara group maupun individu, mengaku cemburu bila kreativitas anak-anak muda tidak dapat disalurkan.

"Saya benar-benar sedih bakat musik yang banyak dimiliki oleh anak-anak muda ternyata tak bisa disalurkan. Ya, mau apalagi lha wong pentas musik rock masih belum bisa digelar," keluhnya.

Ia kemudian berikhtiar menggelar pentas rock besar-besaran di Surabaya. Acara itu ia rencanakan pada akhir 1994. Kendati demikian, ijin yang tak kunjung keluar dari aparat keamanan terus menunda pelaksanaannya. Baru pada 1996 itu festival rock di Surabaya bisa digelar. 

photo
Perdana Menteri Denmark Lars Lokke Rasmussen (kanan) memberi Presiden Joko Widodo cendera mata berupa piringan hitam band Metallica usai pernyataan bersama kedua negara dalam kunjungan kerja perdana menteri Denmark di Istana Bogor, Bogor, Jawa Barat, Selasa (28/11/2017). - (ANTARA FOTO)

Dan perlahan, musik rock dan metal kembali di pentas Tanah Air. Para pemuda penggemar musik cadas juga ikut memengaruhi perpolitikan nasional, terkenal saat partai PDIP menggunakan "Salam Metal" dalam kampanyenya saat pemilu.

Bertahun-tahun kemudian, Joko Widodo yang mengaku sebagai seorang metal head, terpilih jadi presiden Indonesia.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Apologi Iblis

Puisi-puisi Chris Triwarseno

SELENGKAPNYA

Istri tak Perawan, Bolehkah Dicerai?

Keperawanan tidak termasuk alasan diperbolehkannya gugat cerai dari suami atau istri.

SELENGKAPNYA

Merintis Ilmu Hadis

Pembukuan hadis mulai berkembang pesat pada masa Dinasti Umayyah.

SELENGKAPNYA