Salah satu makam jenazah Covid-19 di TPU Pondok Ranggon, Jakarta, Kamis (2/3/2023). TPU Pondok Ranggon merupakan salah satu pemakaman yang dijadikan tempat peristirahatan terakhir bagi Jenazah Covid-19 di Jakarta. Setelah tiga tahun pandemi Covid-19 berla | Republika/Putra M. Akbar

Tuntunan

Ziarah Kubur, Penghuni Makam, dan Silaturahim Para Roh

Rasulullah SAW mensyariatkan kepada umatnya agar mengucapkan salam kepada para ahli kubur.

Salah satu tradisi yang kerap dilakukan oleh masyarakat Muslim Tanah Air menjelang Ramadhan adalah ziarah kubur. Biasanya tempat pemakaman umum (TPU) ramai oleh warga yang menyambangi makam sanak familinya.

Mereka pun melakukan ziarah kubur untuk memanjatkan doa bagi para ahli kubur yang telah mendahului ke alam barzakh.

Lantas, apakah para penghuni makam yang disambangi itu mengetahui ziarah orang yang hidup? Ibnu Qayyim Al Jauziyah dalam bukunya Roh mengutip sebuah hadis yang bersumber dari Ibnu Abdil Barr.

Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah ada di antara orang Muslim yang lewat di dekat kubur saudaranya yang dikenalnya selagi di dunia lalu dia mengucapkan salam kepadanya melainkan Allah mengembalikan rohnya kepadanya hingga dia membalas salamnya itu.”

photo
Suasana permakaman Covid-19 di TPU Pondok Ranggon, Jakarta, Kamis (2/3/2023). TPU Pondok Ranggon merupakan salah satu pemakaman yang dijadikan tempat peristirahatan terakhir bagi jenazah Covid-19 di Jakarta. Setelah tiga tahun pandemi Covid-19 berlalu tercatat lebih dari 4.000 jenazah pasien Covid-19 telah dikuburkan di TPU tersebut dengan menggunakan cara pemakaman biasa maupun sistem tumpang. - (Republika/Putra M. Akbar)

Menurut Ibnu Qayyim, ini merupakan nash yang menunjukkan orang yang sudah meninggal dunia dan terbujur di dalam kuburnya bisa mengetahuinya dan membalas salamnya.

Rasulullah SAW mensyariatkan kepada umatnya agar mengucapkan salam kepada para ahli kubur, seperti salam yang mereka ucapkan kepada lawan bicara dengan lafaz, “Salam sejahtera atas kalian, tempat tinggal orang-orang mukmin.”

Orang-orang salaf telah menyepakati hal ini dan banyak atsar yang diriwayatkan dari mereka jika orang yang meninggal dunia dapat mengetahui ziarah orang yang masih hidup di atas kuburnya. Dia merasa gembira karena kedatangannya itu.

Abu Bakar bin Abdullah bin Muhammad bin Ubaid bin Abud-Dunya mengatakan, di dalam Kitabul Qubur tentang orang yang sudah meninggal dunia dan mengetahui kedatangan orang yang masih hidup.

Dari Aisyah RA, dia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Tidakkah seseorang menziarahi kubur saudaranya dan duduk di sisinya melainkan ia mendengarnya dan menjawab perkataannya hingga dia bangkit.”

 
Tidakkah seseorang menziarahi kubur saudaranya dan duduk di sisinya melainkan ia mendengarnya dan menjawab perkataannya hingga dia bangkit.
 
 

Ibnu Qayyim menjelaskan, ketika menziarahi kuburan itu seorang Muslim bisa menyebut nama-nama orang yang ada di kuburan itu.

Sekiranya mereka tidak bisa mendengar dan mengetahuinya, lalu buat apa orang Muslim berziarah kubur?

Inilah logika ziarah kubur yang bahkan tradisi ini pun dikenal berbagai umat manusia. Begitu pula salam kepada para penghuni ziarah kubur. Sebab, salam yang disampaikan kepada orang yang tidak mengetahui dan mendengarnya adalah sesuatu yang mustahil.

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ أَهْلَ الدِّيَارِ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ وَ الْمُسْلِمِيْنَ، وَإِنَّا إِِنْ شَاءَاللَّهُ بِكُمْ لَاحِقُوْ نَ، نَسْأَلُ اللَّهَ لَنَاوَلَكُمُ الْعَافِيَةَ

"Assalamu'alaikum ahlad-diyaar minal mu'miniina wal muslimiin. Wa inna insyaa allaahu bikum laahiquun. Nasalullaaha lanaa walakumul 'aafiyah."

"Semoga kesejahteraan terlimpah kepada kalian, para penghuni kubur, dari kaum mukminin dan Muslimin dan sesungguhnya kami insya Allah akan menyusul kalian. Kami memohon keselamatan kepada Allah untuk kami dan kalian" (HR Ibnu Majah).

Saling berkunjung

Roh yang sedang beristirahat itu pun sesungguhnya tidak berbeda dengan mereka yang masih hidup. Mereka masih bisa berkunjung dan berkumpul antarsesamanya.

Setelah dicabut nyawanya, manusia mempertanggungjawabkan segenap amal perbuatannya. Karena itu, Ibnu Qayyim menjelaskan, roh terdiri dari dua macam.

Satu roh yang mendapatkan siksaan. Kedua, roh yang mendapat kenikmatan. Roh yang mendapatkan siksaan akan disibukkan oleh siksaan yang menimpanya. Dia tidak bisa saling berkunjung dan bertemu.

Sementara itu, para roh yang mendapat kenikmatan mendapat kebebasan dan tidak terbelenggu. Mereka bisa saling berkunjung dan bertemu serta mengingatkan apa yang pernah terjadi di dunia dan apa yang akan dialami para penghuni dunia lainnya.

Setiap roh bersama pendampingnya, yang menyerupai amalnya. Roh Nabi SAW berada di sisi Pendamping yang Maha Tinggi.

photo
Lamis Kuhail, (12tahun) belajar di Permakaman Sheikh Shaban di Gaza, tempat ia bersama keluarganya tinggal. - (REUTERS/Mohammed Salem)

“Dan siapa yang menaati Allah dan Rasul-(Nya) mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah yaitu para nabi, para shiddiqin, syuhada, dan orang-orang yang shalih dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya” (QS an-Nisa: 69).

Menurut Ibnu Qayyim, kebersamaan ini berlaku di dunia, di alam Barzakh, dan di hari pembalasan. Di tiga alam ini, seseorang bersama orang lain yang dicintainya.

Dari hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abid-Dunya, Yahya bin Abdurrahman bin Abu Labibah, dari kakeknya, dia berkata, “Ketika Bisyr bin Al-Bara’ bin Ma’rur meninggal dunia, aku justru melihat kegembiraan memancar dari muka Ummu Bisyr. Dia berkata, 'Wahai Rasulullah, dia senantiasa berharap meninggal lebih dahulu dari Bani Salamah. Lalu, apakah orang-orang yang sudah meninggal itu bisa saling mengenal sehingga aku dapat mengirimkan salam kepadanya?'

 
Mereka saling mengenal sebagaimana burung di pucuk pohon yang juga saling mengenal.
 
 

Beliau menjawab, 'Benar. Demi diriku yang ada di tangan-Nya wahai Ummu Bisyr. Mereka saling mengenal sebagaimana burung di pucuk pohon yang juga saling mengenal.'

Tidaklah seseorang dari Bani Salamah yang akan meninggal, melainkan Ummu Bisyr menemui orang itu dan berkata kepadanya, 'Wahai fulan, semoga kesejahteraan dilimpahkan kepadamu.'

Orang itu menjawab, 'Semoga kesejahteraan juga dilimpahkan kepadamu.' Ummu Bisyr pun berkata, 'Tolong sampaikan salam kepada Bisyr.'"

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Kala Paman Nabi Meminta Hujan

Paman Nabi Muhammad SAW, Abbas, berdoa meminta hujan kala paceklik melanda era Khalifah Umar.

SELENGKAPNYA

Umrah untuk 10 Hari Terakhir Ramadhan Sudah Sold Out

Izin umrah selama Ramadhan diperoleh melalui Nusuk.

SELENGKAPNYA

Perdamaian di Yaman Makin Dekat?

Iran menghentikan bantuan senjata ke pemberontak Houthi.

SELENGKAPNYA