ILUSTRASI Paman Nabi SAW pernah berdoa meminta hujan kepada Allah. Doanya yang diijabah menggembirakan seluruh warga. | DOK PXHERE

Kisah

Kala Paman Nabi Meminta Hujan

Paman Nabi Muhammad SAW, Abbas, berdoa meminta hujan kala paceklik melanda era Khalifah Umar.

Nabi Muhammad SAW wafat dalam usia 63 tahun. Kepergian beliau menyisakan duka yang amat mendalam pada diri kolektif umat Islam. Lebih-lebih keluarga Rasulullah SAW atau kalangan Ahl al-Bait.

Salah seorang di antaranya adalah Abbas bin Abdul Muththalib. Paman Nabi SAW ini termasuk yang paling merasa kesepian pascawafatnya beliau.

Bagaimanapun, ia terus berkomitmen untuk membimbing kaum Muslimin agar mereka selalu berada di bawah petunjuk Alquran dan Sunnah. Sosok yang akrab disapa Abu Fadhil ini terus berkiprah pada masa Khulafaur Rasyidin, khususnya era Abu Bakar ash-Shiddiq hingga Umar bin Khattab.

 
Pada zaman pemerintahan al-Faruq, umat Islam sempat dilanda ujian yang cukup berat. Paceklik terjadi di mana-mana.
 
 

Pada zaman pemerintahan al-Faruq, umat Islam sempat dilanda ujian yang cukup berat. Paceklik terjadi di mana-mana. Hal itu ditambah pula musim kemarau yang terjadi lebih lama daripada biasanya.

Masyarakat pun gelisah. Pada suatu hari, orang-orang berdatangan kepada Khalifah Umar untuk mengadukan kesulitan yang mereka hadapi. Bahkan, ada yang melapor bahwa wabah kelaparan sedang berlangsung di daerahnya masing-masing.

Umar pun menganjurkan kepada Muslimin yang berkemampuan supaya mengulurkan tangan membantu saudara-saudaranya yang ditimpa kekurangan dan kelaparan. Kepada para gubernur di daerah-daerah diperintahkannya supaya mengirimkan kelebihan yang ada pada wilayah masing-masing ke kawasan tetangga yang paling membutuhkan.

 
Wahai Amirul Mukminin, biasanya Bani Israel kalau menghadapi bencana semacam ini, mereka meminta hujan dengan kelompok para nabi mereka.
 
 

Gubernur Ka'ab beberapa hari kemudian menemui Umar. Ia berkata, “Wahai Amirul Mukminin, biasanya Bani Israel kalau menghadapi bencana semacam ini, mereka meminta hujan dengan kelompok para nabi mereka.”

Umar menimpali, “Engkau mengingatkanku. Aku kira, Abbas bin Abdul Muththalib dapat diminta pertolongan terkait itu. Ia adalah paman Rasulullah SAW dan sekaligus saudara kandung ayah beliau. Ia pun termasuk pemuka Bani Hasyim.”

Maka, Khalifah Umar pergi kepada Abbas. Kepada sang paman Nabi, ia menceritakan kesulitan besar yang dialami umat akibat kemarau panjang dan paceklik.

Keesokan harinya, Umar naik mimbar bersama Abbas. Di hadapan rakyat, ia berdoa, "Ya Allah, kami menghadapkan diri kepada-Mu bersama dengan paman Nabi SAW kami, maka turunkanlah hujan-Mu dan janganlah kami sampai putus asa!"

Abbas lalu meneruskan munajat itu. Ia bershalawat dan berdoa, dengan puja dan puji kepada Allah SWT.

“Ya Allah,” pintanya, “Engkau yang mempunyai awan dan Engkau pula yang mempunyai air. Sebarkanlah awan-Mu dan turunkanlah air-Mu kepada kami. Hidupkanlah semua tumbuh-tumbuhan dan suburkanlah semua air susu. Ya Allah, Engkau tidak mungkin menurunkan bencana kecuali karena dosa dan Engkau tidak akan mengangkat bencana kecuali karena tobat. Kini umat ini sudah menghadapkan dirinya kepada-Mu, maka turunkanlah hujan kepada kami.”

Ternyata, doanya itu langsung diijabah Allah SWT. Hujan lebat pun turun. Sejak hari itu, kondisi pertanian warga kian pulih. Orang-orang bersyukur kepada Allah dan mengucapkan selamat kepada Abbas, “Selamat kepadamu, wahai Saqil Haramain, yang mengurusi minuman orang di Makkah dan Madinah.”

Abbas bin Abdul Muththalib, paman Rasululah SAW dan saudara kandung ayahnya, termasuk salah seorang tokoh sahabat yang ikut mengibarkan panji Islam. Sepak terjangnya dicatat sejarah dengan tinta emas dalam Baiat Aqabah Kubra.

Abbas wafat pada hari Jumat, 12 Rajab 32 H, dalam usia 82 tahun. Jenazahnya dikebumikan di Baqi', Madinah.

Paman kesayangan Nabi

Abbas adalah saudara bungsu ayah Nabi SAW, Abdullah bin Abdul Muthalib. Menurut sejarah, ia dilahirkan tiga tahun sebelum kedatangan Pasukan Gajah yang hendak menghancurkan Baitullah di Makkah. Ibunya, Natilah binti Khabbab bin Kulaib, adalah seorang wanita Arab pertama yang mengenakan kelambu sutra pada Baitullah.

Pada waktu Abbas masih anak-anak, ia pernah hilang. Sang ibu lalu bernazar, kalau putranya itu ditemukan, ia akan mengenakan kelambu sutra pada Baitullah. Tak lama kemudian, Abbas ditemukan, maka ia pun menepati nazarnya itu.

Abbas kemudian menikah dengan Lubabah binti Harits, juga dikenal dengan sebutan Ummu Fadhl, yang dalam sejarah Islam menjadi wanita kedua yang masuk Islam. Lubabah masuk Islam pada hari yang sama dengan sahabatnya, Khadijah binti Khuwailid, yang tidak lain adalah istri Muhammad SAW.

Pada tahun-tahun awal perjuangan Nabi SAW menyampaikan dakwah Islam, Abbas selalu melindungi Rasulullah dari orang-orang Quraisy yang hendak mencelakakan beliau. Walaupun pada saat itu, ia sendiri belum masuk Islam.

Para ahli sejarah berbeda pendapat tentang Islamnya Abbas. Ada yang mengatakan, sesudah penaklukkan Khaibar. Ada yang mengatakan, lama sebelum Perang Badar.

Ketika Rasulullah SAW berhijrah ke Yatsrib, Abbas tetap tinggal di Makkah, mendengarkan berita Rasulullah dan kaum Muhajirin, dan mengirimkan berita-berita kaum Quraisy, hingga berkecamuknya Perang Badar.

Umrah untuk 10 Hari Terakhir Ramadhan Sudah Sold Out

Izin umrah selama Ramadhan diperoleh melalui Nusuk.

SELENGKAPNYA

Ingin Berzina, Lelaki Ini 'Melapor' kepada Rasulullah

Rasulullah SAW didatangi seorang pemuda yang menyatakan ingin melakukan zina.

SELENGKAPNYA

Menolong dengan Cara Membeli

Nabi Muhammad SAW menolong sahabatnya dengan cara membeli, lalu menghibahkan kembali.

SELENGKAPNYA