
Dunia Islam
Ibadah Puasa Umat Terdahulu
Nabi-nabi sebelum Rasulullah SAW pun mengamalkan ibadah puasa.
Sejarah mencatat, kaum Muslimin mulai menerima perintah berpuasa Ramadhan sejak tahun kedua Hijriah. Ketika itu, Nabi Muhammad SAW baru 18 bulan tinggal di Madinah al-Munawwarah, sesudah berpindah dari Makkah al-Mukarramah.
Dalam Alquran, kewajiban berpuasa Ramadhan bersumber pada surah al-Baqarh ayat ke-183. Firman Allah SWT ini turun pada akhir bulan Sya’ban.
يٰٓـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا كُتِبَ عَلَيۡکُمُ الصِّيَامُ کَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيۡنَ مِنۡ قَبۡلِکُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُوۡنَۙ
“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”
Sesungguhnya, tradisi atau kewajiban berpuasa tak hanya berlaku bagi umat Rasulullah SAW. Bahkan, ayat Alquran di atas dengan jelas menunjukkan bahwa umat-umat beriman yang datang sebelum beliau telah beramal shaum.
Menurut sejarawan Muslim legendaris Ibnu Katsir, ajaran puasa bahkan sudah ada sejak zaman Nabi Adam AS dan Hawa. Nabi Adam, kata dia, berpuasa selama tiga hari setiap bulan sepanjang tahun. Ada pula yang mengatakan bahwa Adam berpuasa pada 10 Muharam sebagai rasa syukur karena bertemu dengan istrinya, Hawa, di Arafah.
Menurut sejarawan Muslim legendaris Ibnu Katsir, ajaran puasa bahkan sudah ada sejak zaman Nabi Adam AS dan Hawa.
Riwayat lain menyebutkan, Nabi Adam berpuasa sehari semalam pada waktu diturunkan dari taman surga oleh Allah. Ada juga yang mengatakan Adam berpuasa 40 hari 40 malam setiap tahun. Pendapat lainnya mengatakan Adam berpuasa dalam rangka mendoakan putra-putrinya.
Selain itu, ada pula yang menjelaskan, Adam berpuasa pada hari Jumat untuk mengenang peristiwa penting, yakni dijadikannya dia oleh Allah, hari diturunkannya ke bumi, dan diterimanya tobat Adam oleh Allah.
"Sesungguhnya Allah menjadikan Adam pada hari Jumat, diturunkan di bumi pada hari Jumat, dia bertobat kepada Allah atas dosanya memakan buah khuldi pada hari Jumat, dan wafat pun pada hari Jumat." (HR Bukhari).
Walaupun dalam Alquran maupun hadis tidak dijelaskan bagaimana bentuk puasa Adam dan generasi sesudahnya, tetapi ada petunjuk bahwa agama-agama yang dibawa oleh para rasul terdahulu itu adalah agama monoteisme yang mengajarkan kepercayaan pada keesaan Tuhan (Allah).
Lantas, bagaimana dengan Nabi Nuh AS?
Menurut sebuah riwayat, Nabi Nuh yang berpuasa selama tiga hari setiap bulan sepanjang tahun, seperti puasanya Nabi Adam. Nabi Nuh juga memerintahkan kaumnya untuk menyembah Allah dan berpuasa ketika mereka berbulan-bulan hidup terkatung-katung di dalam perahu besar di tengah samudera luas akibat bencana banjir besar, seraya bertobat kepada Allah.
Al-Hafizh Ibnu Katsir dalam Kisah Para Nabi dan Rasul, mengutip Ibnu Majah tentang puasa Nuh. Rasulullah SAW pernah bersabda, "Puasa Nuh adalah satu tahun penuh, kecuali hari Idul Fitri dan Idul Adha."
Dalam riwayat lainnya, Abu Qatadah dari Zaid bin Rabah Abu Faras, mendengar Abdullah bin Amr berkata, "Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, 'Nuh berpuasa satu tahun penuh, kecuali hari Idul Fitri dan Idul Adha. Daud berpuasa setengah tahun. Ibrahim berpuasa tiga hari setiap bulan, berpuasa satu tahun dan berbuka satu tahun."
Menurut Ibnu Katsir, hadis itu dicantumkan al-Haitsami pada ath-Thabari. "Namun, saya belum mendapatkannya," kata sang mufasir.
Nabi Ibrahim AS juga terkenal dengan kegemarannya berpuasa, terutama pada saat hendak menerima wahyu dari Allah, yang kemudian dijadikan suhuf Ibrahim itu. Puasa menurut agama Ibrahim dilaksanakan oleh Ismail, putra Ibrahim yang terkenal taat beribadah; dan puasa Ibrahim diikuti pula oleh Ishaq (putra Ibrahim dari Sarah).
Nabi Ya'qub terkenal sebagai orang tua dan rasul yang gemar berpuasa, terutama untuk keselamatan putra-putranya. Sementara itu, Nabi Yusuf berpuasa ketika berada dalam penjara bersama para terhukum lainnya. Kebiasaan berpuasa ini juga beliau terapkan ketika menjadi pembesar Mesir dan menjabat sebagai menteri perekonomian negeri tersebut.
Karena aku khawatir apabila aku kenyang, nanti aku akan melupakan perut fakir miskin.
"Karena aku khawatir apabila aku kenyang, nanti aku akan melupakan perut fakir miskin," ujar Nabi Yusuf.
Sedangkan Nabi Yunus berpuasa dari makan dan minum saat berada dalam perut ikan besar selama beberapa hari, kemudian berbuka puasa setelah dimuntahkan kembali dari dalam perut ikan itu. Untuk berbuka, dikisahkan, beliau memakan buah semacam labu yang tumbuh di tepi pantai.
Nabi Ayub berpuasa pada waktu hidup dalam serba kekurangan dan menderita penyakit selama bertahun-tahun, sampai akhirnya lepas dari cobaan itu. Nabi Syuaib terkenal kesalehannya dan sebagai orang tua yang banyak melakukan puasa dalam rangka bertakwa kepada Allah, di samping dalam rangka hidup sederhana dan untuk kelestarian generasi sesudahnya.
Nabi Musa berpuasa selama 40 hari 40 malam dalam persiapan menerima wahyu dari Allah di Bukit Sinai. Hal yang sama juga dilakukan oleh Nabi Ilyas ketika akan pergi ke Gunung Horeb untuk menerima wahyu dari Allah. Sedangkan, Nabi Isa mulai berpuasa ketika mulai tampil di muka umum untuk menyatakan dirinya sebagai rasul.
Nabi Daud biasa berpuasa secara berselang, sehari berpuasa dan sehari tidak berpuasa. Dalam Perjanjian Lama disebutkan bahwa Nabi Daud berpuasa selama tujuh hari pada waktu putranya sakit keras. Untuk memohon kesembuhan dari Allah bagi putranya itu, dia berpuasa sambil menutup diri dalam kamarnya, dan terus-menerus menangis karena sedih.
Pada hari ketujuh dari puasanya itu, putranya meninggal dunia. Setelah mengetahui itu, dia tidak meneruskan puasanya lagi.
Jadi, boleh dibilang tradisi puasa sama tuanya dengan peradaban manusia.
Boleh dibilang tradisi puasa sama tuanya dengan peradaban manusia.
Menurut ulama terkemuka, Syekh Wahbah az-Zuhaili, kewajiban puasa Ramadhan bagi umat Nabi Muhammad SAW mengandung begitu banyak faedah, baik empiris maupun spiritual.
"Pelaksanaan puasa merupakan perwujudan ketaatan terhadap perintah Allah SWT, yang dapat menjauhkan seorang Muslim dari siksaan Allah SWT, karena puasa merupakan sarana penebus dosa," ujar Syekh az-Zuhaili.
Selain itu, kata dia, puasa juga menjadi sarana pendidikan moral yang dapat melahirkan perangai-perangai luhur.
Menurut Syekh az-Zuhaili, puasa bisa menjadi alat yang ampuh untuk memerangi hawa nafsu. Puasa mengajarkan kejujuran, kesabaran, kedisiplinan, menjernihkan pikiran. Dalam konteks hubungan sesama manusia, puasa dapat menumbuhkan rasa kasih sayang dan persaudaraan yang tinggi.
Guru Honorer: Kami Dibawa ke Puncak, Lalu Diempaskan
Pembatalan pengangkatan PPPK dinilai tak profesional.
SELENGKAPNYABerapa Kali Rasulullah Berpuasa Ramadhan?
Di sepanjang hayatnya, Rasulullah SAW telah melalui sejumlah Ramadhan.
SELENGKAPNYA