
Kisah Mancanegara
Kembalinya Keriangan di Gunung Salju
Pariwisata di Jepang menggeliat kembali pascapandemi.
OLEH LINTAR SATRIA dari Nagano, Jepang
Hamparan salju membentang di berbagai penjuru. Suara gesekan papan seluncur terdengar di mana-mana. Para pemain ski dan snowboarding meluncur, terseok dan mendaki di lereng ski Desa Hakuba, Nagano, Jepang.
"Tiga tahun yang lalu tak terbayangkan (resort penuh) seperti ini lagi," kata Shawn dari asosiasi pariwisata Hakuba.
Shawn yang hanya menyebutkan nama depannya mengatakan, Desa Hakuba meredup selama pandemi. Manager Asosiasi pariwisata desa Hakuba Yoshizawa Hirokazu mengatakan, sebelum pandemi desa wisata ini dikunjungi wisatawan sepanjang tahun.
Seperti destinasi wisata di seluruh dunia lainnya dampak pandemi Covid-19 menghantam keras Hakuba. Pada pertengahan Februari, Republika berkesempatan mengunjungi Hakuba.

Suasana resort sangat ramai, hampir terasa sesak. Jarak antara wisatawan cukup rapat, sekitar dua sampai tiga meter. Tidak hanya wisatawan domestik yang terlihat mahir hampir seperti profesional, tetapi juga turis asing dengan perlengkapannya.
Mayoritas pengunjung memang wisatawan domestik. Tapi turis asing pun tidak sedikit. Banyak pengunjung yang membawa anak. Terlihat orang tua menuntun, menyemangati, dan mengajari anak-anaknya berseluncur di atas salju.
Tidak jarang mereka tersungkur, terjatuh, atau terpeleset. Tapi anak-anak itu terlihat bersemangat untuk segara dapat menguasai teknik-teknik berseluncur. Dinginnya suhu udara yang menggigit tidak menyurutkan tekad mereka.
Salah satu warga distrik Kayou Desa Hakuba, Maki Matsuzaka mengatakan, sejak usia tiga tahun anak warga Desa Hakuba sudah diajarkan bermain ski. "Kelas satu (sekolah dasar) sudah belajar main ski," katanya.
Mayoritas pengunjung memang wisatawan domestik. Tapi turis asing pun tidak sedikit.
Di Hakuba Ski Resort juga terlihat beberapa amatir yang menggunakan papan seluncur lebih pendek atau wisatawan yang sekadar berjalan-jalan di atas salju.
Para pemandu wisata mengatakan, salju di Hakuba terkenal dengan kualitasnya. Saat dipijak kaki tidak tenggelam dalam timbunan salju. Jejak dapat menapak ringan seperti melangkah di atas lantai kayu atau batu.
Berbeda dengan Tokyo atau Nagano, udara dingin di Hakuba tidak menusuk. Sementara dingin di ibu kota menyakitkan, angin yang berembus kencang menusuk hingga tulang.
Hampir tidak ada angin di atas puncak lereng bukit salju di Hakuba. Udara memang dingin, tapi tidak menyakitkan. Dengan lapisan jaket yang tebal dan berbagai aktivitas fisik yang dapat dilakukan, udara dingin hampir tidak terasa.

Di kaki lereng terdapat banyak toko penyewaan papan seluncur, helm, sarung tangan, jaket, sampai sepatu salju. Para pengunjung yang pertama kali berkunjung ke Hakuba atau tidak memiliki pengalaman dengan ski dapat menyewa berbagai perlengkapan di sana.
Untuk tiba di puncak lereng pengunjung harus masuk ke sebuah bangunan besar yang berisi restoran, toko perlengkapan ski, ATM, toko cenderamata dan makanan ringan, dan kamar mandi. Di samping restoran terdapat pintu otomatis, di seberang pintu itu sudah terlihat hamparan bukit salju.
Pengunjung perlu mendaki beberapa belas meter untuk sampai gondola. Satu gondola dapat dinaiki delapan orang. Di dalamnya, pengunjung disuguhkan pemandangan indah bukit salju. Hanya perlu beberapa menit untuk tiba di atas bukit.
Di sana suasana tidak kalah ramainya dengan di kaki bukit. Tapi di sini lebih banyak para pemain ski tingkat mahir dan profesional. Hampir semuanya menggunakan segala perlengkapan ski dan lebih sedikit anak-anak.
Di sana suasana tidak kalah ramainya dengan di kaki bukit.
Selain bermain ski para pengunjung juga dapat melakukan aktivitas lain. Toko-toko penyewaan perlengkapan ski juga memberikan berbagai layanan jasa, seperti pengalaman berjalan menelusuri hutan salju.
Pengunjung dapat menyewa alat yang disebut snowshoes. Wisatawan yang berjalan-jalan di hutan dapat bertemu dengan Makaka Jepang atau monyet salju. Primata cantik itu tampak penasaran dengan kehadiran manusia.
Yoshizawa menjelaskan, salju kering dan ringan yang dalam bahasa Jepang "yuki" menyelimuti Hakuba dari bulan November sampai akhir Mei. Sebelum pandemi waktu yang paling ramai di Hakuba adalah bulan Januari karena musim liburan anak sekolah di Jepang.
Namun, pada pertengahan Februari 2023, lereng bermain ski di Hakuba terlihat penuh. Sekretaris Jenderal Asosiasi Pariwisata Distrik Goryu Desa Hakuba, Sato Bunsei mengatakan, di distrik-distrik sekitar ski resort terdapat ratusan homestay atau rumah penginapan yang dapat disewa wisatawan.

Sebagian besar rumah-rumah itu milik warga setempat. Meski beberapa tahun terakhir karena berbagai faktor, seperti tidak adanya pewaris atau penerus usaha penyewaan rumah para pemilik homestay terpaksa menjual rumah penginapan mereka ke investor asing. Investor dari Cina dan Taiwan yang paling banyak berinvestasi.
Dalam perjalanan menuju ski resort terlihat beberapa turis asing berjalan kaki di distrik-distrik itu. Toko-toko cenderamata di distrik-distrik di Hakuba juga penuh dengan turis yang tampaknya berasal dari Cina. Mereka menggunakan bahasa Inggris dengan kasir dan menggunakan bahasa Mandarin ke satu sama lain.
Selain bermain ski di siang hari ski resort Hakuba, wisatawan juga dapat mengasah kemampuan bermain ski pada malam hari. Warga setempat lebih memilih bermain ski saat sepi. Seperti Shawn yang lebih menyukai bermain ski pada malam hari. "Rasanya lebih damai," katanya.
Warga setempat senang desa mereka kembali ramai oleh wisatawan.
Maki yang tinggal di Kayou juga lebih suka bermain ski saat sepi. "Tahun ini saya belum (bermain ski) terakhir tahun lalu, lebih sepi," katanya.
Namun, tentu warga setempat senang desa mereka kembali ramai oleh wisatawan. Perekonomian desa yang dihuni sekitar 8 ribu orang itu ditopang pariwisata.
Usai musim dingin, Desa Hakuba juga menyajikan wisata musim panas dan semi. Sato mengatakan, jumlah wisatawan yang datang pada musim panas dan semi jauh lebih banyak satu juta pengunjung dibanding pada musim dingin.
Namun, Pemerintah Jepang baru melonggarkan peraturan Covid-19 pada awal tahun ini. Geliat pariwisata di Hakuba masih hanya dapat dilihat pada musim dingin. Setelah tiga tahun bukti salju di desa itu kosong. Suara keriangan kembali terdengar.
Menengok Kesultanan Deli yang ‘Ditinggalkan’
Banyak anggota keluarga kesultanan kini kesulitan dalam ekonomi.
SELENGKAPNYAMengeratkan Kepedulian
Sikap peduli sebagai simbol keimanan dan ketakwaan setiap manusia terhadap Sang Pencipta.
SELENGKAPNYA