|

Inovasi

Imajinasi Alan Turing Hingga Revolusi ChatGPT

Ide dasar ChatGPT mirip dengan pelengkapan otomatis di ponsel.

Gagasan tentang kecerdasan buatan (AI) yang dapat berinteraksi mulai muncul pada 1950-an. Matematikawan asal Inggris Alan Turing awalnya mengusulkan sebuah tes untuk mendapatkan sebuah mesin yang dapat berinteraksi sedemikian cerdas.

Mesin ini diharapkan memiliki kecerdasan tinggi sehingga tidak dapat dibedakan dari manusia. Dilansir dari Tribune, Rabu (15/2/2023), dalam makalah seminar miliknya pada 1950 yang berjudul "Mesin Komputasi dan Kecerdasan", Turing membayangkan percakapan cerdas berikut antara manusia dan mesin.

Manusia bertanya, ”Tolong tulis soneta untuk saya tentang masalah Forth Bridge” dan mesin menjawab kembali, “Jangan sertakan saya untuk yang ini. Saya tidak pernah bisa menulis puisi.”

Tantangan Turing ini kemudian menginspirasi lahirnya mesin yang diberi nama ELIZA pada 1960-an. ELIZA merupakan salah satu chatbot paling awal yang ditemukan pada 1960-an, jauh sebelum lahirnya fitur Siri, dari Apple.

Namun, kini ChatGPT yang dirilis pada November 2022 di situs laman chat.openai.com langsung menarik perhatian orang-orang. Teknologi baru ini adalah alat AI generatif yang berfokus pada teks yang mendukung pembuatan konten, bantuan virtual dalam layanan pelanggan, peringkasan teks, dan terjemahan bahasa.

ChatGPT juga dapat berfungsi sebagai asisten yang gesit dan selalu penuh perhatian dalam tugas-tugas yang berhubungan dengan teks dan dapat memengaruhi banyak pekerjaan profesional. Kemungkinannya menarik karena bisnis baru yang diberdayakan ChatGPT pun kemudian bermunculan.

Termasuk, lahirnya ‘pengacara robot pertama’. Selain itu, agen real estate kini juga sudah mulai menggunakan ChatGPT untuk membuat deskripsi properti dengan mengetikkan beberapa kata kunci.

Chatbot buatan OpenAI itu juga dapat menyusun kampanye iklan dan skenario film. ChatGPT juga memiliki potensi untuk industri berita dengan menyusun laporan berita dengan cepat.

Kehadirannya semakin menggemparkan ketika robot ini juga telah lulus tes bakat perguruan tinggi seperti scholastic assessment test (SAT). Ide dasar ChatGPT mirip dengan pelengkapan otomatis di ponsel, tetapi pelengkapan otomatis pada skala yang sangat berbeda.

Ponsel memiliki akses ke bank kata yang memungkinkannya melengkapi kata-kata. Sementara ChatGPT dilatih di sebagian besar web dan dapat melengkapi paragraf secara otomatis.

Dibandingkan dengan pencarian Google yang memberikan daftar hasil pencarian yang paling relevan, ChatGPT mengagregasi hasil berupa jawaban yang berupa teks terstruktur. Keberhasilannya didasarkan pada penggunaan data 570 GB atau sekitar 300 miliar kata, dari data buatan manusia dan deep learning untuk menghasilkan natural language menjadi teks prediktif generatif.

ChatGPT juga memperkuat keakuratannya dengan mendapatkan umpan balik dari pemeriksa manusia. Di balik kemudahan dan bantuan yang ditawarkan ChatGPT, ada juga kekhawatiran mengenai chatbot ini. Misalnya, mengkhawatirkan bahwa beberapa orang menggunakannya sebagai peramal kebenaran atau otoritas. Ini merupakan cara yang salah untuk menggunakan generator teks prediktif.

ChatGPT tidak memberikan jaminan tentang keakuratan jawabannya. Teks yang terdengar meyakinkan, kemudian dapat dieksploitasi untuk kedengkian dan disalahartikan sebagai fakta.

Performa ChatGPT juga sangat bergantung pada data yang diumpankan dengan kemungkinan tidak akurat atau salah. Konten yang dihasilkan oleh ChatGPT juga mempersulit akuntabilitas.

Jurnal penelitian terkemuka Nature baru-baru ini mengumumkan bahwa model seperti ChatGPT jelas mengancam ilmu pengetahuan yang transparan. Kehadiran teknologi ini juga tidak akan diterima sebagai penulis yang diakui pada makalah penelitian karena “atribusi kepenulisan apa pun disertai dengan akuntabilitas untuk pekerjaan tersebut dan alat AI tidak dapat mengambil tanggung jawab tersebut.”

Meskipun ada kekhawatiran akan penyalahgunaan dan keterbatasannya, kegembiraan seputar ChatGPT terus berlanjut. ChatGPT dianggap telah menyediakan kemampuan yang menarik untuk melihat bagaimana manusia mengeksploitasinya dalam interaksi mereka yang terus berkembang dengan komputer.

 

 
Bisnis baru yang diberdayakan dengan ChatGPT pun kemudian bermunculan.
 
 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat