Christian Snouck Hurgronje | Wikimedia Commons

Tokoh

Snouck dan Jejaknya

Snouck lapangkan jalan, berikutnya tinggal diteruskan oleh anak muridnya.

OLEH YUSUF MAULANA

166 tahun lalu, tepat  pada 8 Februari 1857, lahir Christiaan Snouck Hurgronje. Nama yang bagi sebagian masyarakat Belanda jadi kebanggaan. Nama yang bagi kalangan pengkaji timur (orientalis) sosok kontroversi tapi berandil hadirkan terobosan metode bekerja di lapangan. Nama yang bagi rakyat Hindia Belanda lebih dikenang sebagai simbol perusakan tatanan Islam. Dulu dan kini karena cara kerjanya ditiru sesiapa saja yang ingin memakai. 

Snouck adalah keseriusan bekerja. Tempuh ribuan kilometer memasuki Jeddah dan Mekah. Berislam ia tempuh, bernama Abdul Gaffar. Bukan sekadar lisan tapi juga amalan. Bahwa kemudian ia pernah bertulis surat pada rekan orientalis tentang yang diperbuatnya sebagai izharu’l Islam, itu soal pelik yang bikin kesal. Berislam di lisan dan dalam kasatmata banyak orang. Ia pun rengkuh sapaan “mufti Jawa” hingga “Syeikhul Islam Hindia Belanda”. Dua gadis Sunda anak penghulu pun tak ragu dilepas orangtuanya sebagai pendamping di sini. 

 
Snouck adalah keseriusan bekerja. Tempuh ribuan kilometer memasuki Jeddah dan Mekah.
 

Snouck adalah kepintaran mencerna ilmu. Sayang, semuanya demi kerja ilmiah tanpa penghayatan. Ianya berislam tapi hatinya tak hendak tunduk pasrah. Itu yang ditulisnya pada Ignaz Goldziher dan Theodor Noldeke. Kalau Islam saja ia mainkan, apatah lagi anak dan istri Bumiputra.

Ia bantah kabar pernikahan dan salahkan koran yang menyiarkan. Semata demi keselamatan karier. Ia memang begitu cinta pada kerja keilmuan meski itu semua robohkan rasa kemanusiaan. Dan tak heran bila anaknya pun di sini dilarang memakai nama Snouck Hurgronje.

Snouck Hurgronje adalah tentang kesungguhan berkarya. Seturut itu, kebaikan yang dicipta diselubungi kepura-puraan dan penipuan. Ilmiah dan kerja politik bercampur buat. Benar dan dusta biasa berliwat. 

 
Rupanya, 166 tahun kemudian di sini, banyak pribumi hayati metode bekerja Snouck Hurgronje.
 

Rupanya, 166 tahun kemudian di sini, banyak pribumi hayati metode bekerja Snouck Hurgronje. Agama dipakai sebagai komoditas. Agama dipolitisasi buat kekuasaan. Agama dipakai buat mengancam orang lain. Agama di waktu lain malah jadi senjata diri buat melegitimasi. Atau buat promosi diri dalam banyak momen kekuasaan. 

Di Batavia 1906, seorang Arab berkata sebagai ucap pisah Snouck yang hendak balik ke kampungnya, “Jika Tuan bicara, gemetarlah benua-benua. Pada kata Tuan, bungkamlah samudra-samudra!” Kawan, adakah sanjungan senada hari ini para pendusta tapi dianggap hormat mulia serupa diterima Christiaan Snouck Hurgronje?

 
Snouck lapangkan jalan, berikutnya tinggal diteruskan oleh anak muridnya. Atau yang mengagumi diam-diam.
 

Snouck lapangkan jalan, berikutnya tinggal diteruskan oleh anak muridnya. Atau yang mengagumi diam-diam. Atau juga mereka yang tanpa sadar menolak disebut muridnya tapi sebetulnya penyebar misi setianya. Selalu sensitif saban ada ekspresi keislaman. Dimintanya agar Muslimin dewasa bersikap.

Tapi di lain waktu, mudah terbakar sarungnya lantaran muruah elite dan ritual kelompok dicibir Muslim lainnya. Repotnya, saat Al-Quran kita dibakar, kita disuruh sabar! Saat yang tak lama, kita diminta apresiasi Piagam PBB sebagai sumber hukum. Lupa kalau Piagam PBB juga tak benarkan bakar sana-sini Kitab Suci.

Yusuf Maulana adalah pensyarah Perpustakaan Samben, Yogyakarta, dan penulis buku "Mufakat Firasat".

Lion Air: Pramugari tidak Dilarang Berjilbab

Maskapai diminta menghargai pilihan pegawainya yang bersifat privat, seperti penggunaan jilbab.

SELENGKAPNYA

Penjualan Eceran Meningkat, Didorong Makanan dan Tembakau

Secara bulanan, penjualan diperkirakan melambat karena pola musiman.

SELENGKAPNYA

Apa Itu Balon Mata-Mata?

Cina bersikeras balon itu adalah pesawat pengintai cuaca.

SELENGKAPNYA