Warga berbusana kebaya saat mengikuti Parade Berkebaya Bersama Ibu Negara di Jalan Slamet Riyadi, Solo, Jawa Tengah, Ahad (2/10/2022). | ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha

Kisah Dalam Negeri

Agar Kebaya Jadi Warisan Dunia

Lima negara Asia Tenggara mengusulkan kebaya jadi warisan budaya.

OLEH RONGGO ASTUNGKORO, FITRIYAN ZAMZAMI

Lima negara di Asia Tenggara yang mengenal kebaya sebagai salah satu busana tradisional perempuan membentuk hubungan budaya bersama atau shared culture. Kelima negara tersebut, yakni Indonesia, Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Thailand, bersepakat untuk mengusulkan kebaya ke dalam daftar Intangible Cultural Heritage (ICH) UNESCO.

Perempuan di Arabia jamak mengenakan jenis pakaian belah depan panjang yang dinamai habaya atau abaya, perempuan di Mesir mengenakan pakaian serupa yang dinamai jubba, perempuan di Turki mengenakan akibiya al turkiyya.

Corak pakaian itu juga memengaruhi wilayah-wilayah lain, seperti Persia, India, Cina, dan Semenanjung Iberia (Spanyol dan Portugal) yang sempat ratusan tahun merupakan kerajaan Islam.

Sejumlah sejarawan meyakini, dari situlah kemudian perempuan Nusantara akhirnya juga berkebaya. Pada 1886, orientalis Henry Yule dan Arthur Burnell berpandangan bahwa kata kebaya berasal dari kata Arab, qaba, yang merujuk pada semacam kemeja longgar berkancing depan.

photo
Foto keluarga RA Kartini dengan seluruh perempuannya berkebaya model lama. - (Tropen Museum)

Pakaian jenis itu diduga tiba ke Nusantara sekitar abad ke-14/ke-15 seiring penyebaran Islam oleh pedagang dari Arabia, India, dan Cina, serta kedatangan kolonial Portugal yang masih mempertahankan pakaian dari masa mereka dikuasai Muslim. Dalam kamus Hobson-Jobson yang terbit pada 1969, kata cabaya digunakan pelaut Portugal untuk jenis pakaian kancing depan tersebut.

Berbarengan dengan masuknya pengaruh Islam itulah kemudian pakaian yang digunakan perempuan Jawa bergeser menjadi jauh lebih tertutup dari sebelumnya dan akhirnya menjadi pakaian khas bernama kebaya.

Dalam variasi setempat, pakaian sejenis kemeja belah depan tersebut dikombinasikan dengan penggunaan kain di bagian bawah alih-alih langsung memanjang ke bawah seperti jamak di Timur Tengah.

Dari Jawa, kemudian pakaian kebaya ini menyebar ke seantero Nusantara. Dalam buku Pakaian Patut Melayu, penulis klasik Haji Mohd Said Haji Sulaiman (1876-1955) mencatat bahwa kebaya di Malaya berasal dari Surabaya, mengikuti pakaian perempuan Jawa dan Cina peranakan.

photo
Sejumlah anak melakukan peragaan busana menggunakan kebaya pada Festival Kebaya Liogenteng di Jalan Lio Genteng, Kecamatan Astanaanyar, Kota Bandung, Kamis (22/12/2022). - (ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA)

"Proses pengusulan kebaya sebagai warisan dunia dimulai ketika Perdana Menteri Malaysia Dato’ Sri Ismail Sabri bertemu dengan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo di Jakarta, pada 2021. Pertemuan ini membicarakan berbagai peluang kerja sama di berbagai bidang, salah satunya adalah bidang kebudayaan," kata Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) Hilmar Farid, Rabu (8/2).

Pertemuan itu juga membicarakan tentang pengusulan bersama bagi beberapa warisan budaya takbenda yang memiliki sejarah shared culture, salah satunya kebaya. Setelah berdiskusi, keduanya sepakat untuk mengajak negara anggota ASEAN lain yang juga memiliki tradisi kebaya untuk bergabung menominasikannya bersama.

Hilmar juga menjelaskan, pengusulan itu dilakukan melalui mekanisme nominasi bersama atau joint nomination. Mekanisme tersebut dikembangkan oleh UNESCO pada 2008 sebagai salah satu upaya untuk merealisasikan tujuan Konvensi UNESCO 2003, yakni Convention for the Safeguarding of the ICH.

photo
Sejumlah perempuan mengikuti parade kebaya dalam kampanye Gerakan Kebaya Goes to UNESCO saat hari bebas berkendaraan bermotor atau car free day di kawasan Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Ahad (6/11/2022). - (ANTARA FOTO/Galih Pradipta)

"Yaitu meningkatkan kesadaran akan pentingnya menghormati keragaman budaya serta memberikan pengakuan yang semestinya terhadap praktik dan ekspresi komunitas di seluruh dunia dalam upaya pelindungan warisan budaya takbenda," ujar Hilmar.

Adanya mekanisme nominasi bersama, Hilmar menegaskan, penetapan elemen budaya ke dalam daftar ICH bukanlah pengakuan terhadap suatu negara atas hak paten atau hak kekayaan intelektual warisan budaya, melainkan kontribusi negara pihak (pengusul) dalam mempromosikan keberagaman budaya dan mendorong dialog antarkomunitas.

“Dengan semangat demikian, diharapkan dapat mendorong terwujudnya perdamaian internasional,” tutur Hilmar. Pengusulan Kebaya melalui nominasi bersama, lanjut Hilmar, menjadi momentum dalam memperkuat persatuan dan solidaritas regional ASEAN.

photo
Perajin menata busana kebaya bordir buatannya di rumah produksi Livyla Kebaya, Malang, Jawa Timur, Senin (9/1/2023). Perajin setempat mengatakan, sejak dua bulan terakhir, permintaan kebaya bordir melalui pasar digital meningkat seiring maraknya kegiatan dukungan terhadap gerakan Kebaya Goes UNESCO. - (ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto)

Sebagai informasi, pada 2000, negara-negara anggota ASEAN mencetuskan Declaration on Cultural Heritage yang berkomitmen memajukan pelindungan dan promosi warisan budaya. Upaya pemajuan itu dilakukan dengan mengembangkan perspektif ASEAN berdasarkan elaborasi terhadap hubungan sejarah, warisan budaya, dan identitas regional yang dimiliki bersama.

“Perspektif tersebut menjadi kerangka kerja sama ASEAN dalam upaya pembangunan nasional dan regional di bidang sosial, budaya, dan ekonomi,” ujar Hilmar.

Menindaklanjuti proses nominasi bersama, pemerintah melalui Kemendikbudristek akan menyelenggarakan kegiatan Workshop Pengusulan Kebaya Sebagai Nominasi Bersama 2023 di Jakarta. Tujuan kegiatan itu untuk mempererat hubungan kerja sama di bidang kebudayaan di antara negara ASEAN melalui pengisian bersama naskah nominasi kebaya.

photo
Sejumlah perempuan dari berbagai komunitas dan instansi mengenakan pakaian kebaya saat mengikuti Parade Berkebaya Nusantara Goes to UNESCO di Medan, Sumatra Utara, Ahad (28/8/2022). Kegiatan yang diikuti sekitar 15 ribu perempuan tersebut dalam rangka kampanye untuk mendorong diakuinya kebaya sebagai warisan budaya oleh UNESCO. - (ANTARA FOTO/Fransisco Carolio)

Kegiatan ini juga dapat menjadi bagian dari momentum Indonesia sebagai ketua ASEAN 2023 untuk memainkan peran penting dalam memperkuat kolaborasi di antara negara-negara anggota ASEAN dan mewujudkan perdamaian dan kesejahteraan kawasan. Hilmar berharap, penyelenggaraan workshop dapat memberikan gambaran bagi komunitas di dalam negeri mengenai tujuan ICH UNESCO.

“Sehingga tidak lagi terjadi kesalahpahaman yang menganggap bahwa ICH UNESCO adalah pengakuan terhadap asal-usul suatu Warisan Budaya Takbenda atau pengakuan terhadap hak paten/hak kekayaan intelektual, melainkan untuk secara harmonis melindungi warisan budaya bersama tersebut,” kata Hilmar.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Pakaian Shalat Bagi Muslimah, Mana yang Ideal?

Pakaian perempuan yang dianggap memadai untuk shalat ialah baju kurung dan kerudung.

SELENGKAPNYA

Cadangan Beras Pemerintah Mayoritas Impor

Penyerapan beras akan naik signifikan pada Maret.

SELENGKAPNYA