IKHWANUL KIRAM MASHURI | Daan Yahya | Republika

Resonansi

Saudi Bukan Hanya Haji dan Umrah

Saudi bukan hanya Makkah dan Madinah. Saudi bukan hanya haji dan umrah.

Oleh IKHWANUL KIRAM MASHURI

OLEH IKHWANUL KIRAM MASHURI

Enam atau tujuh tahun lalu, mungkin tidak akan berlangsung event besar seperti ini di Saudi (Kerajaan Arab Saudi): untuk pertama kali menjadi tuan rumah pesta sepak bola se-Asia.

Ya, Saudi baru saja terpilih menjadi penyelenggara Piala Asia 2027, pada kongres Konfederasi Sepak Bola Asia di Manama, ibu kota Bahrain, pada Rabu (1/2/2023). Tentu ini bukan lantaran penguasa dan masyarakat Saudi baru menggemari sepak bola sekarang ini saja.

Juga bukan karena mereka (klub al Nasr) baru berhasil merekrut Cristiano Ronaldo untuk bermain di liga profesional Saudi. Ingat, Saudi pernah menjadi juara Piala Asia tiga kali. Tim Saudi juga beberapa kali berhasil menjadi peserta Piala Dunia.

Bahkan pada Piala Dunia yang baru saja diselenggarakan di Qatar, tim Saudi berhasil mengejutkan dunia ketika mengalahkan tim Argentina, yang kemudian menjadi juara dunia.

 
Persoalannya, Saudi tidak bisa memenuhi syarat minimal sebuah penyelenggaraan olahraga dunia.
 
 

Persoalannya, Saudi tidak bisa memenuhi syarat minimal sebuah penyelenggaraan olahraga dunia. Yakni melibatkan penonton laki-laki dan perempuan.

Mereka harus diperlakukan berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah. Berbagai pertandingan di Piala Asia, apalagi Piala Dunia, ditonton puluhan bahkan ratusan ribu orang, termasuk warga asing dan perempuan.

Enam tahun lalu, boro-boro perempuan bisa pergi ke stadion menonton sepak bola atau konser musik. Tempat mereka hanya di rumah, melayani suami dan mendidik anak. Belanja ke pasar atau membeli keperluan dapur pun dilakukan laki-laki.

Kalaupun harus keluar rumah, mereka kudu disertai muhrimnya. Juga harus membungkus badan dengan abaya longgar warna hitam dan cadar penutup wajah yang juga hitam.

Muhammad bin Salman (MBS), kini 37 tahun, otak di balik berbagai perubahan di Saudi. Ia putra Raja Salman bin Abulaziz, 87 tahun.

Jabatannya kini seabrek dan bergengsi: putra mahkota, perdana menteri, dan ketua dewan urusan ekonomi dan pembangunan. Bahkan ia sering disebut ‘penguasa sesungguhnya’, lantaran ayahnya sudah sangat tua dan sering sakit.

Bila suatu hari Muhammad putra Salman menjadi raja, menggantikan ayahnya, ia menjadi generasi ketiga pertama penguasa Saudi.

 
Bila suatu hari Muhammad putra Salman menjadi raja, menggantikan ayahnya, ia menjadi generasi ketiga pertama penguasa Saudi.
 
 

Sebelum ini, suksesi kekuasaan Saudi berlangsung dari pendiri kerajaan (Raja Abdulaziz Al Saud) ke anak-anak laki-lakinya yang berjumlah lebih dari 20 orang (tidak urut kacang). Yakni Raja Saud, Raja Faisal, Raja Khalid, Raja Fahd, Raja Abdullah, dan kemudian Raja Salman. Semuanya adalah bin Abdulaziz, yang menandakan generasi kedua keturunan Abdulaziz, sang pendiri kerajaan.

Baru ketika Raja Salman berkuasa, ia mengangkat anaknya, Muhammad, menjadi putra mahkota, meskipun ia masih mempunyai beberapa saudara laki-laki.

Yang jelas, di tangan MBS berlangsung perubahan besar-besaran di Saudi. Pada 25 April 2016, ia meluncurkan Visi Saudi 2030, yang akan menjadi pedoman masa depan kerajaan. Inti dari visi ini reformasi menyeluruh kehidupan masyarakat Saudi. Terutama yang menyangkut ekonomi.

 
Sang putra mahkota ingin mendiversifikasi ekonomi Saudi, yang hampir 80 persen pendapatan negara diperoleh dari minyak.
 
 

Sang putra mahkota ingin mendiversifikasi ekonomi Saudi, yang hampir 80 persen pendapatan negara diperoleh dari minyak. Ia menginginkan ekonomi Saudi lebih stabil, tidak terpengaruh naik-turunnya harga minyak dunia.

Namun, untuk mewujudkan Visi 2030 ternyata tak mudah. Tembok besar siap mengadang, terutama dari para ulama Wahabi konservatif, yang hingga beberapa tahun lalu masih mengharamkan bioskop dan perempuan mengemudi mobil.

Juga melarang perempuan nonton konser musik dan pertandingan sepak bola. Mereka ulama kolot yang memosisikan perempuan selama ini sebagai swargo manut neroko katut alias warga kelas dua.

Karena itu, Visi 2030 juga menyasar bidang sosial dan budaya, termasuk lembaga keagamaan. Kewenangan besar polisi syariah yang disebut Haiatu al-Amr bi al-Ma’ruf wa an-Nahyu 'an al-Munkar pun mereka pangkas.

Begitu pula lembaga keagamaan tertinggi di Saudi yang bernama Haiatu Kibarul Ulama. Di lembaga beranggotakan 21 orang ini, mereka masukkan ulama-ulama baru yang lebih moderat, menggantikan yang beraliran keras.

Ulama-ulama Wahabi garis keras alias konservatif, mereka tepikan. Bahkan mereka juga menulis ulang sejarah Saudi, dengan mengecilkan peran para pengikut Wahabi dalam mendirikan kerajaan.

 
Bahkan mereka juga menulis ulang sejarah Saudi, dengan mengecilkan peran para pengikut Wahabi dalam mendirikan kerajaan.
 
 

Maka, kini perempuan Saudi bisa bebas bersuka-ria menonton bioskop, konser musik, dan datang ke lapangan menyaksikan pertandingan sepak bola. Juga bebas menyetir mobil, yang nyatanya berpengaruh terhadap ekonomi.

Selama ini, pengharaman bagi perempuan mengemudi mobil telah memaksa keluarga-keluarga Saudi menggaji para sopir asing, baik untuk antar-jemput anak sekolah maupun anggota keluarga perempuan lainnya.

Dengan perempuan boleh menyetir, maka devisa negara tidak lari ke luar negeri. Begitu pula dengan warga Saudi yang dulu menikmati bioskop serta tempat hiburan lainnya di luar negeri, sekarang bisa melakukannya di negara sendiri.

Bahkan Saudi kini juga sudah mempunyai tim sepak bola perempuan. Pada 11-19 Januari lalu, negara ini menggelar turnamen persahabatan sepak bola perempuan internasional pertama di al-Khobar, Saudi, diikuti tim tuan rumah, Komoro, Pakistan, dan Mauritius.

Pada hari pertama turnamen (15/1/2023), Saudi berhasil mengalahkan Komoro dengan skor 2-0. Kantor Berita Saudi Gazette pun mengunggah foto selebrasi tim sepak bola perempuan Saudi, yang memperlihatkan banyaknya pemain tidak menggunakan kerudung kepala saat bermain si kulit bundar.

 
Sektor olahraga dan pariwisata memang menjadi salah satu garapan dalam Visi 2030.
 
 

Sektor olahraga dan pariwisata memang menjadi salah satu garapan dalam Visi 2030. Saudi hingga kini telah menggelontorkan jutaan dolar AS terkait kepentingan pemasaran olahraga dan penyelenggaraan Formula 1 (F1) di Jeddah.

Terpilihnya Saudi sebagai penyelenggara Piala Asia 2027 menambah panjang daftar portofolio Saudi sebagai tuan rumah pesta olahraga.

Negara ini sebelumnya memenangi hak untuk menjadi tuan rumah Piala Asia Perempuan 2026, Asian Games 2034, bahkan Olimpiade Musim Dingin 2029 yang akan dilakukan di salju artifisial.

Di bidang pariwisata, Saudi terus membangun infrastruktur haji dan umrah, serta memberi kemudahan visa dan dokumen lain. Sesuai Visi 2030, Saudi terus memacu untuk bisa menerima 30 juta jamaah umrah dan 10 juta jamaah haji setiap tahun.

Ini pun tidak cukup. Putra mahkota menginginkan Saudi bukan hanya Makkah dan Madinah. Saudi bukan hanya haji dan umrah.

 
Putra mahkota menginginkan Saudi bukan hanya Makkah dan Madinah. Saudi bukan hanya haji dan umrah.
 
 

The Financial Times edisi awal Februari 2023 melaporkan, Saudi menargetkan bisa menerima 100 juta wisatawan asing setiap tahun sebagai bagian dari upaya mendiversifikasi ekonomi di luar minyak. Ini ambisi ekonomi Saudi memperkuat posisinya di peta pariwisata global.

Reformasi yang dilakukan MBS bukan berarti sepi kritikan, terutama dari lembaga dan aktivisi HAM internasional. Mereka mengkritisi sikap keras penguasa terhadap sejumlah ulama garis keras dan aktivis kemanusiaan.

Mereka kini masih mendekam dalam penjara tanpa proses pengadilan. Pembungkaman terhadap kritik itu mereka nilai justru bertentangan dengan reformasi yang dilakukan MBS.

Kritik juga datang dari sebagian umat Islam. Mereka menyatakan Makkah dan Madinah, Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, kini tidak atau kurang sakral lagi, ketika dua tempat suci itu dijadikan target pendapatan pariwisata.

Apa pun, menurut The Financial Times, langkah MBS selalu kontroversial termasuk ketika ia membolehkan masyarakat merayakan Natal dan tahun baru masehi serta perayaan Halloween beberapa waktu lalu.

Mengembalikan Spirit Juang Lafran Pane

Manaqib Lafran laik dibacakan lagi pada mereka yang melenceng perjuangannya.

SELENGKAPNYA

Bukan Borobudur Atau Prambanan, Eksotisnya Candi ‘Marginal’

Candi di sisi timur Yogyakarta iidak terlalu sulit dikunjungi.

SELENGKAPNYA

Negara-Bangsa dalam Sejarah Islam

Kaum Muslimin di sepanjang histori mengalami berbagai bentuk pemerintahan.

SELENGKAPNYA