
Motivasi Alquran
Shalat dan Kebahagiaan Hakiki
Shalat adalah faktor yang paling menentukan dalam mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.
DIASUH OLEH USTAZ DR AMIR FAISHOL FATH; Pakar Tafsir Alquran, Dai Nasional, CEO Fath Institute
Dalam surah al-Maarij [70] ayat: 19-35, Allah SWT menggambarkan tentang sifat manusia yang tidak stabil. Di satu sisi mudah berkeluh kesah dalam kondisi sulit (idzaa massahusy syarru jazuu’aa), di sisi lain ia mudah bersikap bakhil dalam kondisi lapang (wa idzaa massahul khairu manuu’aa).
Kata jazuu’aa (berkeluh kesah) atau manuu’aa (bakhil) keduanya berbentuk superlatif yang menunjukkan makna berlebihan. Artinya, dalam dua kondisi tersebut manusia secara umum mudah berlebihan bersedih atau kikir.
Untuk keluar dari kondisi tersebut, Allah SWT memberikan solusi, yaitu dengan menegakkan shalat (illal mushalliin, alladziina hum ‘alaa shalaatihim daaimuun). Kata daaimuun menunjukkan makna menegakkannya sepenuh hati, secara terus-menerus sesuai dengan waktunya, tanpa sedikit pun mengabaikannya.
Selain shalat, membayar zakat yaitu mengeluarkan sebagian hartanya untuk membantu orang lain. Sebab, harta yang didapatkan sebenarnya milik Allah SWT (wa aatuhum min maalillaahil ladzii ataakum). Kata min maalillahi maknanya bahwa Allah-lah pemilik hakikiki dari harta tersebut.
Kalaupun dalam ayat ada kata fii amwaalihim, itu bukan maknanya kepemilikan mutlak melainkan kepemilikan admisitratif karena proses mendapatkannya dengan cara yang halal. Bila dalam harta tersebut ada kelebihan, itu titipan Allah SWT agar dibagikan kepada orang yang tidak mampu (walladziina fii amwaalihim haqqun ma’luum, lissaaili wal mahruum).
Kata haqqum ma’lum, maksudnya secara definitif itu hak orang lain yang Allah SWT titipkan. Tanpa diberitahu sekalipun, itu sudah maklum bahwa itu hak orang lain yang harus dibagikan kepada yang terang-terangan memintanya (lissaaili) atau atau yang menahan diri dari meminta-minta padahal ia sangat butuh (walmahruum).
Cara selanjutnya adalah takut kepada azab Allah SWT.
Cara selanjutnya adalah takut kepada azab Allah SWT. Sebab, dengannya seorang hamba akan berhat-hati dari dosa. Yaitu dengan meyakini adanya hisab kelak di hari kiamat (walladziinahum min ‘adzaabi rabbihim musyfiquun).
Kata musyfiqun menggambarkan sikap yang penuh kehatian-hatian dari dosa agar selamat dari siksa-Nya. Sebab, bagaimanapun baiknya seorang hamba ia tetap harus merasa tidak aman dari azab-Nya (inna ‘adzaaba rabbihim ghairu ma’muun).
Kata ghairu ma’muun maksudnya bahwa dengan kesadaran tidak merasa aman dari azab akan membuat seseorang bersungguh-sungguh menjalankan ketaatan kapada-Nya.
Berikutnya menjaga kemaluan dari zina (walladziina hum lifuruujihim haafizhuun). Lalu menjaga amanah yang dipikulkan kepadanya (walladziina hum liamaanaatihim wa ahdhim raa’uun).
Kedua cara ini untuk menjaga kehormatan diri. Karena dengan menjaga kohormatan diri, seorang hamba akan menjadi mulia di sisi Allah SWT dan makhluk-Nya.
Karena dengan menjaga kohormatan diri, seorang hamba akan menjadi mulia di sisi Allah SWT dan makhluk-Nya.
Dari sini kebahagiaan akan datang. Tidak akan pernah bahagia mereka yang tidak menjaga kehormatan dirinya.
Selebihnya, memberikan kesaksian secara jujur dan benar (walladziina hum bisyahaadaatihim qaaimuun). Kata qaaimunn menggambarkan bahwa ia tidak sedikit pun memberikan kesaksian palsu. Sebab, rusaknya sebuah masyarakat adalah karena menyebarnya kesaksian palsu.
Puncak dari semua itu adalah menjaga shalat (walladziinahum ‘alaa shalaatihim yuhaafizhuun). Ini menunjukkan bahwa shalat adalah faktor yang paling menentukan dalam mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Dibuka dengan shalat dan ditutup dengan shalat yang mengindikasikan bahwa shalatlah yang pertama-tama harus diperbaiki.
Rangkaian panduan di atas disusun secara khusus oleh Allah SWT untuk mengantarkan kepada surga (ulaaika fii jannatim mukramuun). Dibuka dengan shalat dan ditutup dengan shalat yang mengindikasikan bahwa shalatlah yang pertama-tama harus diperbaiki untuk mempebaiki kualitas hidup sebuah bangsa.
Ibarat rumah, shalat adalah tiangnya yang sangat menentukan. Tanpa tiang rumah itu akan roboh. Hal yang sama, tanpa shalat, sebuah generasi akan hancur.
Keluar dari Tubuh Saat Tidur, Kembali Ketika Terbangun
Ada sesuatu yang keluar dari tubuh manusia ketika tidur dan masuk kembali ketika terbangun.
SELENGKAPNYAPunya Kerjaan Menjadi Syarat Sebelum Menikah?
Apakah punya kerjaan itu menjadi syarat sebelum menikah?
SELENGKAPNYANeraka yang Sangat Mengerikan
Denda sebesar apapun tidak akan mampu menyelamatkan mereka dari siksa neraka.
SELENGKAPNYA