
Kisah
Sang Wanita Pemberani dari Bani Daus
Wanita dari Bani Daus ini dengan berani
Pada zaman Nabi Muhammad SAW, Bani Daus semula belum menerima Islam. Dakwah pertama kali masuk ke masyarakat setempat melalui Thufail bin Amr ad-Dausi. Seperti umumnya orang-orang Arab yang mencintai ajaran leluhur, ia pun awalnya menaruh antipati terhadap kebenaran.
Bahkan, Thufail tidak mau tahu hal apa pun yang berkaitan dengan Islam. Baginya, Muhammad SAW telah memecah belah Bani Quraisy sejak mengaku sebagai utusan Allah.
Namun, persepsi itu berubah sejak dirinya mendapati Rasulullah SAW sedang shalat di dekat Ka’bah pada suatu hari. Beliau tampak begitu khusyuk. Karena penasaran, Thufail pun menghampirinya.
Persepsinya berubah sejak Thufail mendapati Rasulullah SAW sedang shalat di dekat Ka’bah pada suatu hari.
Tanpa sengaja, ia mendengar ayat-ayat Alquran yang dibacakan Nabi SAW dalam shalat. “Sungguh kata-kata yang indah,” katanya dalam batin.
Usai Rasul SAW shalat, Thufail pun menyampaikan keinginannya berdiskusi tentang beberapa ayat yang baru saja didengarnya. Tidak lama kemudian, ia menyatakan beriman. Keesokan harinya, lelaki itu bersiap kembali kepada kaumnya.
Sebelum pulang, Thufail menyempatkan diri untuk pamit kepada Nabi SAW. “Wahai Rasulullah,” katanya, “aku adalah orang yang dipatuhi kaumku. Aku akan pulang menemui mereka dan mengajaknya pada Islam. Berdoalah kepada Allah agar Dia memberikanku bukti kebenaran yang akan mendukungku dalam menyerukan Islam kepada mereka.”
“Ya Allah, berikanlah ia bukti kebenaran,” ucap Rasul SAW berdoa.
Maka berangkatlah Thufail. Sesampainya di kampung halaman, ia disambut hangat karib kerabatnya, seperti biasa. Namun, suasana berubah drastis begitu dirinya mengungkapkan keislamannya.
“Aku telah memberikan kesaksian (syahadat) bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah utusan-Nya. Ikutlah denganku dalam beriman dan berislam,” katanya.
Nyaris semua orang meninggalkannya. Ada pula yang mencaci-makinya dengan kata-kata tidak pantas.Bagaimanapun, terdapat seorang perempuan yang menyambut dakwah itu. Dialah Ummu Syuraik.
Wanita pemberani
Nama lengkapnya adalah Ghaziyah binti Jabir ad-Dausiah. Secara klan, dirinya termasuk kalangan al-Azdi, salah satu anggota Suku Daus.
Ghaziyah binti Jabir alias Ummu Syuraik menyambut positif syiar Islam yang dimulakan seorang pemuka kaumnya, Thufail bin Amr. Sejak menjadi Muslimah, ia pun gencar berdakwah secara sembunyi-sembunyi. Ia rajin mendatangi kalangan perempuan Bani Daus, mengajak mereka agar mengenal lebih dekat ajaran Islam.
Ummu Syuraik menyadari risiko yang akan menimpanya, yaitu siksaan terhadap jiwa dan harta. Ujian memang tidak dapat dihindari.
Ummu Syuraik menyadari risiko yang akan menimpanya, yaitu siksaan terhadap jiwa dan harta. Ujian memang tidak dapat dihindari.
Pada suatu hari, Ummu Syuraik bepergian dengan mahramnya ke Makkah untuk suatu urusan. Tiba-tiba, rumah kerabatnya didatangi sekelompok orang. Mereka mencari wanita itu, dan menyuruhnya keluar.
"Kami akan menangkapmu! Kalau bukan karena menghormati Bani Daus, sungguh kami sendiri yang akan menanganimu!" kata gerombolan itu. Mereka rupanya telah mengetahui keislaman Ummu Syuraik.
Kemudian, datanglah perwakilan keluarga Abu al-Akr, yakni kelurga suami Ummu Syuraik. Kepada Muslimah tersebut, Mereka bertanya, “Mengapa Bani Quraisy memperlakukanmu seperti ini? Jangan-jangan karena engkau telah masuk ke agama Muhammad?”
Ummu Syuraik dengan tegas menjawab, “Demi Allah, aku telah masuk agama Muhammad.”
Maka, mereka membawa Ummu Syuraik ke sebuah tempat dengan mengendarai kendaraan yang paling jelek dan kasar, yaitu seekor unta yang lemah. Mereka memberi makan dan madu, tetapi tidak memberikan setetes air pun kepada Ummu Syuraik.
Mereka memberi makan dan madu kepada unta, tetapi tidak memberikan setetes air pun kepada Ummu Syuraik.
Mana kala tengah hari tiba, matahari terasa amat terik. Beberapa dari Bani al-Akr melepaskan ikatan tangan Ummu Syuraik dan memukulinya. Kemudian, mereka meninggalkannya di tengah panasnya gurun pasir. Wanita itu hampir-hampir tak sadarkan diri.
Siksaan demi siksaan dirasakan Ummu Syuraik selama tiga hari. Memasuki hari ketiga, para penyiksa itu berkata kepadanya. “Tinggalkan agama Muhammad!"
Ummu Syuraik menjawab tanpa takut, “Aku sudah tidak lagi dapat mendengar perkataan kalian, kecuali satu kata demi satu kata. Aku hanya memberikan isyarat dengan telunjukku ke langit sebagai simbol tauhid,” katanya tegas.
Tatkala sudah sangat kepayahan, dalam keadaan berbaring tiba-tiba Ummu Syuraik merasakan dinginnya air dari tumpahan ember di atas dadanya. Antara sadar dan tak sadar, ia langsung mengambil dan meminumnya sekali teguk.
Kemudian, ember itu terangkat. Ummu Syuraik melihat, benda itu tampak menggantung antara langit dan bumi. Ember tersebut lantas menjulur kepadanya untuk kedua kali. Ia pun minum lagi darinya.
Ummu Syuraik melihat, benda itu tampak menggantung antara langit dan bumi. Ember itu lantas menjulur kepadanya untuk kedua kali. Ia pun minum lagi darinya.
Untuk kali ketiga, ember tersebut menjulur kepada Ummu Syuraik lagi. Ia pun minum air dari benda itu hingga perutnya kenyang. Siraman air juga disapukannya ke kepala, wajah dan badan.
Beberapa saat kemudian, para penyiksanya datang lagi. Mendapati keadaan Ummu Syuraik, mereka sangat heran. Bagaimana mungkin wanita itu basah kuyup di tengah gurun gersang tanpa air?
“Dari mana engkau dapatkan air itu!?” tanya mereka dengan berteriak.
Ummu Syuraik pun menjawab, “Ini berasal dari sisi Allah. Inilah rezeki yang dianugerahkan kepadaku.”
Akhirnya, mereka berkata. “Kami bersaksi bahwa Rabb mu adalah Rabb kami; dan kami bersaksi bahwa yang telah memberikan rezeki kepadamu di tempat ini setelah kami menyiksamu adalah Dia Yang Mensyariatkan Islam.”
Ummu Kultsum, Teladan Remaja Muslimah
Umar bin Khattab tertarik dengan kemuliaan dan keanggunan perangai Ummu Kultsum.
SELENGKAPNYASpirit Perbaikan
Menanamkan spirit perbaikan pada awal tahun perlu dimulai dengan menumbuhkan kesadaran dalam diri.
SELENGKAPNYASejarah Deislamisasi Bahasa Indonesia
Proses latinisasi huruf pada dasarnya adalah proses deIslamisasi yang sejalan dengan politik asosiasi Belanda.
SELENGKAPNYA