IMAN SUGEMA | Daan Yahya | Republika

Analisis

Kembali ke Normal

Situasi terburuk sudah kita lalui.

Oleh IMAN SUGEMA

OLEH IMAN SUGEMA

Pada 2023 ini kita akan kembali ke kehidupan yang normal seperti dahulu sebelum pandemi. Walaupun virus Covid-19 masih bergentayangan, tapi kita sudah terbiasa menghadapinya.

Kita juga paham bahwa perang Rusia-Ukraina masih akan terus berlanjut dengan skala yang naik-turun. Kita juga tahu bahwa situasi ekonomi di negara-negara maju masih akan suram.  Situasi terburuk sudah kita lalui dan yang terlebih penting adalah kemampuan yang semakin baik dalam menghadapi situasi yang tidak kondusif. 

Di sisi internasional, mungkin yang paling perlu kita waspadai adalah kenaikan suku bunga. Itu karena wabah suku bunga tinggi tidak sepenuhnya berada di tangan kita. Kenaikan suku bunga di negara-negara maju merupakan reaksi terhadap kenaikan inflasi.

Ada satu hal yang perlu kita ingat bahwa kenaikan suku bunga di tingkat global selalu ada batasnya. Lantas apa batasnya? Batasnya ada dua, yakni inflasi dan pengangguran.

Untuk menekan inflasi, maka kesempatan kerja harus dikorbankan. Artinya, setiap negara memiliki batasan tentang seberapa besar pengangguran akan bisa ditoleransi secara politik.

Di negara yang sudah matang tingkat demokrasinya, pengangguran sangat berpengaruh terhadap perubahan lanskap politik. Contoh yang paling mutakhir adalah pergantian kekuasaan di Inggris. 

 
Situasi terburuk sudah kita lalui dan yang terlebih penting adalah kemampuan yang semakin baik dalam menghadapi situasi yang tidak kondusif. 
 
 

Keseimbangan antara inflasi dan pengangguran inilah yang akan membatasi para pemutus kebijakan di Amerika Utara dan Eropa Barat. Mereka akan sangat berhati-hati dalam melanjutkan tren kenaikan suku bunga. Minimal kenaikannya tidak akan seagresif tahun lalu.

Lagi pula tren penurunan inflasi sudah mulai terlihat di negara-negara tersebut. Saat ini, hampir tidak ada alasan untuk secara tergesa-gesa mereka menaikkan suku bunga lagi. 

Itu tentunya dengan satu syarat bahwa tidak akan ada lagi peristiwa politik dan keamanan yang akan memicu kenaikan harga komoditas di pasar global. Tak ada jaminan bahwa pasar komoditas tidak akan kembali naik.

Kita tidak pernah bisa mengantisipasi sepenuhnya tentang gejolak yang akan terjadi dalam jangka dekat ini. Namun kita tahu bahwa semua pihak berkepentingan untuk menjaga stabilitas harga.

Kalaupun toh nantinya akan ada gejolak di pasar global, maka negara-negara maju akan mulai mengandalkan pendekatan non-market untuk menjaga stabilitas harga di negara masing-masing.

Contoh terakhir adalah upaya negara-negara Barat membatasi harga impor minyak mentah dari Rusia. Tentu masih banyak cara lain untuk bisa mengendalikan harga. Pendekatan bukan pasar akan menjadi pilihan manakala korbanan pengangguran sangat mahal secara politik. 

 
Kalaupun toh akan ada gejolak di pasar global, maka negara-negara maju akan mengandalkan pendekatan non-market untuk menjaga stabilitas harga di negara masing-masing. 
 
 

Di arena nasional memang suhu politik sudah mulai memanas dan akan semakin panas sampai pemilu 2024. Selama tidak terjadi konflik fisik secara brutal, tahun politik akan bisa kita lalui secara normal. 

Tentu kita masih ingat panasnya suhu politik di Pilpres 2019. Kedewasaan masyarakat dan elite politik pada akhirnya berbuah rekonsiliasi. Ada pihak yang tidak puas memang. Tetapi secara teoretis sangatlah sulit untuk mengharapkan semua orang puas. 

Dari pengalaman selama ini masyarakat sudah teruji kedewasaan berpolitiknya. Mungkin mulai tahun ini akan ada demonstrasi kekuatan dan drama politik di sana-sini. Tapi sejauh ini, hal yang demikian merupakan bagian dari proses pendewasaan kehidupan berpolitik. Hal ini akan menjadi sesuatu yang biasa saja atau normal-normal saja.  

Pada akhirnya kita akan kembali ke kehidupan normal seperti sedia kala. Semoga.

Apakah Keringat Pemakan Babi Najis?

Keringat itu suci sehingga tidak menjadi persoalan bagi orang yang bersentuhan dengannya.

SELENGKAPNYA

Hantarkan Selera Rasa Nusantara

Kuliner nusantara yang ikonik dapat dipadukan dengan rasa internasional sebagai wujud modern Indonesia food.

SELENGKAPNYA

Ponpes Daarul Abroor, Cahaya Ilmu di Pelosok Sumsel

Selama 24 jam santri diajarkan pelajaran umum, agama, plus ekstrakurikuler.

SELENGKAPNYA