
Hiwar
Geliat Pemberdayaan Yatim-Dhuafa di Batam
Laznas ini turut aktif dalam pemberdayaan anak yatim dan dhuafa Batam.
Jumlah anak yang kehilangan orang tua di Indonesia sangat banyak. Berdasarkan Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) per Januari 2022, tercatat 4.386.984 anak yatim di Tanah Air. Untuk menolong mereka, berbagai institusi filantropi Islam ikut turun tangan
Salah satu yang aktif dalam menyantuni anak-anak yatim adalah Lembaga Amil Zakat Nasional (Laznas) Yatim Mandiri. Hingga kini, laznas yang berpusat di Surabaya, Jawa Timur, itu memiliki 47 cabang yang tersebar di 12 provinsi. Untuk kawasan Pulau Batam, Kepulauan Riau, cabangnya dinakhodai Ustaz Mujiburrahman.
Alumnus Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton ini mengatakan, pihaknya berfokus dalam membekali anak-anak yatim setempat, khususnya dalam bidang pendidikan dan ekonomi. Laznas ini pun memiliki Gerakan Yatim Mandiri, yang di dalamnya terdapat banyak program.
Misalnya, “Sanggar Genius” yang hadir guna membantu anak-anak yatim dan dhuafa agar mereka mendapatkan bimbingan yang berkualitas. Semua itu disediakan secara cuma-cuma kepada mereka. “Bimbingan belajar ini fokusnya pada matematika dan Alquran,” ujar Ustaz Mujib.
Bagaimana pemberdayaan yang telah dan terus dilakukan laznas ini untuk kalangan yatim dan dhuafa? Apa saja inspirasi yang dapat dipetik dari kebaikan-kebaikan donatur untuk masyarakat lokal setempat? Pada akhirnya, bagaimana pandangan kalangan amil untuk dunia perzakatan yang lebih baik?
Berikut ini hasil wawancara wartawan Republika, Muhyiddin, bersama dengan Ustaz Mujib saat berkunjung ke Jakarta baru-baru ini.
Seperti apa pengelolaan dana zakat, infak, dan sedekah (ZIS) yang dilakukan pihak Anda?
Kita tahu, potensi zakat di negara ini terbilang besar. Kira-kira, besarnya mencapai lebih dari Rp 320 triliun per tahun. Maka, kami dari daerah berupaya untuk mewujudkan ikhtiar—sekecil apa pun itu—guna merealisasikan potensi-potensi yang ada.
Per bulan, kami rata-rata mengelola antara Rp 80 juta dan Rp 90 juta. Khusus untuk dana zakat, itu sekitar 40 persennya atau kira-kira Rp 35 juta per bulan. Maka, dalam setahun kami bisa mengelola amanah Rp 420 juta.
Kalau sebelum masa pandemi Covid-19, kami bisa menerima dan menyalurkan lebih dari Rp 100 juta per bulan. Jadi, menurut saya, memang dampak Covid-19 terasa di daerah kami (Batam, Kepulauan Riau). Namun, tentunya dengan hal itu tidak lantas menjadi keluhan. Yang terpenting, bagaimana dengan dana yang ada, kami terus bisa berbuat untuk memberdayakan kaum yatim dan dhuafa.
Bagaimana upaya laznas ini dalam membuat anak-anak yatim dan dhuafa lebih berdaya?
Yatim Mandiri sejak awal berfokus pada aspek pendidikan untuk anak yatim, piatu, yatim piatu, dan yang berasal dari keluarga dhuafa. Untuk mendukung pendidikan formal mereka, kami adakan program beasiswa, yakni dari tingkat SD hingga perguruan tinggi. Kemudian, ada pula program pendampingan, yaitu bimbingan belajar untuk anak-anak yatim yang duduk di bangku SD. Namanya, “Sanggar Genius”. Fokusnya pada mata pelajaran matematika dan Alquran.
Jadi, penyerapan dana yang ada di Yatim Mandiri itu sekitar 80 persen dialokasikan untuk pendidikan anak-anak tersebut. Memang, kami akui, belum semua anak yang membutuhkan di daerah kami ter-cover. Sebab, pemberdayaan untuk mereka membutuhkan ikhtiar bersama dari semua pihak.
Bagaimana dengan pemberdayaan dari segi ekonomi mereka?
Kemandiran memang bukan hanya soal pendidikan, tetapi juga ekonomi. Anak yatim dengan kesadaran atau semangat belajar yang tinggi, itu bagus sekali. Dan, lebih baik lagi bila kepada mereka—khususnya yang masih memiliki satu orang tua atau keluarga inti—diberikan pendampingan.
Kami menerapkan program Rumah Kemandirian (RK). Ini adalah model pemberdayaan anak yatim dengan berbasis integrated community development (ICD). Caranya dengan mengikutsertakan orang-orang yang berada dalam wilayah goegrafis yang sama. Mereka diharapkan turut berpartisipasi memandirikan anak-anak yatim.
Beberapa program di RK ini adalah Sanggar Genius, Bunda Yatim, dan Bunda Mandiri Sejahtera (Bisa). Program Bisa ini merupakan usaha kami untuk turut membantu keluarga si anak yatim. Sebab, kalau ibunya mandiri dari sisi finansial, otomatis anaknya pun merasakan kelapangan hidup.
Setahun sekali, Yatim Mandiri juga mengadakan “Olimpiade Nasional Matematika dan Alquran” (OMATIQ). Tujuannya adalah menumbuhkan semangat juara anak-anak yatim dhuafa di Sanggar Genius. Sampai saat ini, ada ribuan anak yatim dan dhuafa yang belajar di Sanggar Genius. Ada lebih dari 500 titik sanggar tersebut yang telah berdiri di seluruh Indonesia, termasuk Batam.
Kemudian, kami juga memiliki program Mandiri Entrepreneur Center (MEC). Di dalamnya, kami sediakan beasiswa full untuk adik-adik yatim dhuafa yang lulusan SMA atau SMK sederajat. Ada juga program Bisa yang memang menyasar pada ibu anak yang bersangkutan. Kami berdayakan mereka dengan dana ZIS agar usaha-usaha mereka kian berkembang.
Bagaimana lembaga Anda melakukan kolaborasi dengan pelbagai pihak untuk pemberdayaan masyarakat?
Seperti umumnya LAZ, kami pun ikut dalam gerakan penggiat zakat. Kami turut serta dalam Forum Zakat (FOZ). Menurut saya, memang idealnya para pelaku dunia perzakatan rutin bertemu untuk merencanakan dan membahas suatu pergerakan bersama. Masing-masing lembaga sudah punya program-program unggulan. Namun, ada kalanya kita butuh bergerak bersama-sama. Itu sudah kami upayakan dari teman-teman penggiat zakat, seperti adanya Kampung Zakat.
Menurut Anda, bagaimana dukungan dari negara untuk mendukung ekosistem zakat yang menjangkau hingga daerah-daerah?
Saya ingat, suatu waktu kami berdiskusi dengan teman-teman di Baznas (Badan Amil Zakat Nasional). Bincang-bincang perihal peran penting badan itu dalam dunia perzakatan di Indonesia. Kami menyampaikan, masih banyak kepala daerah yang belum mewujudkan back-up amil zakat sepenuhnya, sesuai dengan amanah undang-undang.
Jadi, tidak semua pemerintah daerah yang mendukung gerakan zakat. Hanya ada beberapa. Misalnya, fasilitasnya mestinya diterima oleh teman-teman di Baznas. Namun, tidak semua pemerintah daerah merespons hal itu dengan baik.
Regulasi yang ada sebenarnya sudah baik. Namun, sukses atau tidaknya suatu aturan itu tergantung pada kebijakan kepala daerah. Jadi, faktanya di lapangan terkadang berbeda.
Kalau dari segi publik pada umumnya, bagaimana agar zakat dapat menjadi suatu gaya hidup masyarakat?
Pertama, setiap perubahan mesti berawal dari diri masing-masing. Artinya, kebiasaan individual. Misalnya, setiap rezeki datang, biasakan menyisihkan untuk sedekah. Ingatlah pada saudara-saudara kita yang yatim, piatu, dan dhuafa.
Kalau gaji atau pendapatan yang kita terima belum terkena wajib zakat, tetap perlu membiasakan diri dalam menyisihkan (rezeki). Artinya, melatih diri agar terbiasa bersedekah atau infak. Kebiasaan dermawan ini tidak hanya diterapkan ke diri sendiri masing-masing, tetapi juga seluruh anggota keluarga.
Selanjutnya, para guru, dai, atau tokoh agama dapat terus menyampaikan nasihat-nasihat. Ajaklah masyarakat Muslim agar giat berzakat dan memiliki kepedulian sosial. Jadi, kita harus membiasakan diri dan terus memberikan literasi kepada masyarakat secara luas.
Apa saja rencana pihak Anda dalam 2023 mendatang?
Berdasarkan data Yatim Mandiri saat ini, kami optimistis. Harapannya, semakin banyak mustahik yang menjadi muzaki. Kemudian, lebih banyak lagi elemen-elemen masyarakat yang dapat kami dampingi, terutama di Batam dan sekitarnya. Sebab, kami ingin terus menghadirkan perbaikan-perbaikan di tengah Muslimin. Untuk penghimpunan ZIS, kami targetkan Rp 150 juta sampai Rp 200 juta per bulan.

Kebaikan Mendatangkan Kebaikan
“Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya ia akan melihat (balasan)nya.” Demikian arti dari Alquran surah az-Zalzalah ayat ketujuh. Firman Allah SWT itu menegaskan, setiap perbuatan pasti akan mendapatkan balasan.
Selama lebih dari 10 tahun, Ustaz Mujiburrahman aktif dalam dunia filantropi Islam. Berkiprah melalui Laznas Yatim Mandiri Cabang Batam, Kepulauan Riau, ia pun memiliki berbagai pengalaman. Salah satu yang cukup mengesankan baginya adalah bagaimana dirinya memperoleh kesempatan pergi ke Tanah Suci.
Sekitar beberapa tahun lalu, lelaki asal Bawean, Jawa Timur, itu sedang mengurus suatu program pemberdayaan anak-anak yatim piatu. Usai kegiatan itu berjalan dengan baik, ia ditawari untuk umrah. Penawaran yang datang dari seorang jamaah masjid di Batam itu membuatnya terharu dan bersyukur ke hadirat Allah SWT.
“Tiba-tiba saya diminta untuk umrah oleh salah satu jamaah Masjid al-Munawaroh. Dikasih tiket umrah,” kenang Ustaz Mujib, saat berbincang dengan Republika beberapa waktu lalu.
Momen lain yang mengharukannya terjadi ketika istrinya mengandung anak pertamanya. Tiba waktunya bersalin, wanita itu mesti menjalani operasi caesar. Sementara itu, ia tidak memiliki cukup biaya.
Momen lain yang mengharukannya terjadi ketika istrinya mengandung anak pertamanya.
Tiba-tiba saja, lanjut Ustaz Mujib, datanglah seorang jamaah dan menawarkan bantuan kepadanya. Keringanan yang dirasakannya ketika itu pun berlanjut sesudah persalinan istrinya. Seorang jamaah masjid setempat mempersilakannya untuk menggunakan satu unit rumah miliknya. Hingga kini, rumah tersebut dipakainya untuk melaksanakan pelbagai kegiatan keagamaan.
“Saya kira, rezeki yang tak disangka-sangka itu amat patut disyukuri, khususnya bagi saya dan keluarga. Kebaikan mendatangkan kebaikan. Insya Allah, Dia mudahkan setiap hamba yang berkiprah dan menebar maslahat,” katanya.
Kini, Laznas Yatim Mandiri Batam terus meningkatkan kualitas agar tetap menjadi lembaga amil yang profesional dan tepercaya. Ustaz Mujib bersyukur, dari tahun ke tahun perkembangan lembaga ini kian progres. Sebagai contoh, pada beberapa tahun lalu, pihaknya “hanya” bisa memberikan beasiswa kepada 70 anak.”Sekarang (penerima manfaat) sudah bertambah menjadi 270 anak yatim dhuafa,” paparnya.
Menyantuni dan membahagiakan anak yatim adalah salah satu anjuran Nabi Muhammad SAW. Rasulullah SAW bersabda, “Sebagus-bagusnya rumah orang Islam adalah yang di dalamnya ada anak yatim yang disantuni dengan baik.”
Di hadis lain, beliau juga berpesan, “Aku dan orang yang memelihara anak yatim akan masuk surga seperti (sedekat) ini.”
Di hadapan para sahabat, al-Musthafa memberi isyarat dengan jari telunjuk dan jari tengah dan merenggang keduanya.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Refleksi Prof Haedar Nashir: Republika 22 Tahun Lalu
Republika berani bertajdid dan berijtihad, sekaligus berjihad jurnalisme ke era baru dunia digital.
SELENGKAPNYAIntensifkan Manasik Haji
Melalui manasik haji yang intensif, calon jamaah mengetahui tata cara beribadah.
SELENGKAPNYAMenjemput Sedekah
Bersegeralah dengan sedekah karena musibah tidak dapat melangkahi sedekah
SELENGKAPNYA