Pengungsi berdoa di dalam tenda darurat di Kampung Gasol, Desa Gasol, Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Ahad (27/11/2022). | Republika/Thoudy Badai

Nusantara

‘Berlama-lama di Pengungsian tak Dapat Penghasilan’

Kegiatan pedagang sudah terlihat ramai di sejumlah ruas jalan di Kabupaten Cianjur.

Sejumlah pedagang yang menjadi korban gempa bumi di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, kembali beraktivitas berjualan. Mereka mulai pada aktivitasnya berjualan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Aktivitas mereka sempat berhenti berjualan karena mengurus rumah yang rusak dan khawatir terjadi gempa susulan.

Kegiatan pedagang sektor usaha makanan maupun bukan makanan sudah terlihat ramai di sejumlah ruas jalan di Kabupaten Cianjur. Termasuk di titik keramaian masyarakat, seperti rumah sakit umum, Alun-Alun Cianjur, dan jalan protokol lainnya di Cianjur

Salah seorang pedagang ayam goreng di sekitar Masjid Agung Cianjur, Agus Nana (48 tahun), menuturkan, gempa bumi pada 21 November 2022 menyebabkan kerusakan rumahnya di RT01/RW09 Pamoyanan, Desa Pamoyanan, Kecamatan Cianjur Kota. "Ya terdampak gempa, tembok rumah saya kalau didorong sedikit saja bisa roboh," kata dia, Sabtu (3/12).

photo
Pengungsi beristirahat di area pesawahan di Desa Gasol, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Jumat (25/11/2022). Pemerintah memastikan akan menyalurkan bantuan dana kepada warga yang rumahnya mengalami kerusakan akibat gempa. Bantuan tersebut dibagi menjadi tiga jenis, untuk kerusakan berat akan mendapatkan bantuan sebesar Rp50 juta, kerusakan sedang Rp25 juta dan kerusakan ringan Rp10 juta. Republika/Thoudy Badai - (Republika/Thoudy Badai)

Sejak kejadian itu, ia mengaku terpaksa tidak berjualan ayam goreng di pinggir jalan sekitar kantor Bupati Cianjur karena harus menjaga anak-anak yang tinggal di tenda pengungsian. Selama empat hari, ia memutuskan tidak berjualan, melainkan membereskan barang-barang rumah di pengungsian, terutama saat itu tidak mau meninggalkan anak karena masih trauma gempa susulan.

"Empat hari saya tidak berjualan, karena takut kalau meninggalkan anak di rumah, anak saya ada dua. Tidak apa-apa tidak punya penghasilan yang penting nyawa dulu," katanya.

Ia mengaku empat hari setelah gempa, mulai berani berjualan meskipun masih ada perasaan khawatir, terutama anak-anak yang tinggal di pengungsian. Beberapa hari berjualan, kata dia, pedagang sudah kembali ramai, begitu juga banyak pembeli, ditambah banyak orang yang berdatangan ke Cianjur untuk memberikan bantuan yang dipusatkan di Pendopo Bupati Cianjur.

"Sekarang sudah mulai ramai normal, pas kejadian di sini sepi, sekarang ramai, di pasar juga barang tersedia, namun ada barang seperti bawang yang harganya naik," katanya.

Pedagang lainnya juga sudah terlihat ramai berjualan, seperti di Jalan BLK Kecamatan Cianjur Kota, pusat pertokoan, dan titik-titik keramaian masyarakat. Salah seorang pedagang nasi Siti Masitoh (60) mengaku baru bisa berjualan setelah sepekan gempa, karena sebelumnya tidak berpikir untuk berjualan terkait dengan kondisi rumahnya yang rusak parah.

"Baru sepekan berjualan, kalau setelah kejadian gempa tidak berjualan, karena barang-barang seperti kompor rusak, dan untung roda untuk jualan tidak rusak," katanya.

Ia mengaku berlama-lama di pengungsian tentunya tidak akan mendapatkan penghasilan untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Siti mengaku memaksakan diri berjualan kembali dengan peralatan seadanya dan membeli lagi perabotan yang baru.

photo
Pengungsi beraktivitas di dalam tenda darurat di Kampung Gitung, Desa Mangunkerta, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Ahad (27/11/2022). - (Republika/Thoudy Badai)

Ia berharap, dengan kembali berjualan bisa tetap berpenghasilan, terutama bisa memperbaiki kembali kondisi rumah dan barang-barang peralatan rumah tangga yang sebelumnya rusak akibat gempa bumi. "Sambil menunggu bantuan (perbaikan rumah, red.) dari pemerintah, saya berjualan, lumayan," katanya.

Pemerintah Kabupaten Cianjur saat ini masih melakukan penanggulangan dampak bencana, terutama mencari 11 orang yang masih hilang tertimbun tanah longsor akibat gempa bumi di Warung Sate Shinta dan Cijedil.

Selain korban yang hilang, tercatat masyarakat yang terdampak yakni 41.196 kepala keluarga atau sekitar 114 ribuan jiwa yang saat ini mengungsi di 494 titik atau 375 terpusat, dan 119 pengungsian mandiri. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Cerita Rasa dari Ubud

Menu kuliner dapat dirancang berdasarkan cerita dan filosofi dari suatu daerah.

SELENGKAPNYA

Biden Bersinar, Trump Kian Redup

Hasil Pemilu 2022 membuat jalan Biden untuk nyapres di Pemilu 2024 semakin lempang.

SELENGKAPNYA

Mengembalikan Pesona Planetarium Jakarta

Planetarium Jakarta kini tenggelam di antara bangunan gedung-gedung tinggi.

SELENGKAPNYA