Kabar Utama
2.000 Lebih Pengungsi Gempa Cianjur Terserang ISPA
Selain ISPA, dua penyakit lain para pengungsi adalah diare dan hipertensi.
CIANJUR – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, melaporkan lebih dari 2.000 orang pengungsi terserang penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Selain ISPA, dua penyakit lain yang banyak dialami para pengungsi adalah diare dan tekanan darah tinggi atau hipertensi.
“ISPA itu kalau untuk kumulatif sudah ada 2.000-an orang, diare di bawah 2.000, dan hipertensi 1.000-an,” kata Kepala Dinkes Pemerintah Kabupaten Cianjur, Irvan Nur Fauzy, di Pendopo Kantor Bupati Cianjur, Selasa (29/11).
Dia mengatakan, Dinkes Cianjur memberikan perhatian kepada pengungsi yang memiliki komorbid, seperti diabetes, hipertensi, hingga TBC. Selain itu, yang juga menjadi perhatian adalah pengobatan bagi pasien dengan gangguan jiwa.
Memasuki hari kesembilan setelah gempa bumi pada Senin pekan lalu, menurut Ivan, Dinkes Cianjur memfokuskan upaya pencegahan agar pengungsi tidak terkena penyakit berbasis lingkungan yang berpotensi menjadi kejadian luar biasa (KLB), seperti ISPA, diare, dan hipertensi. Salah satu upayanya ialah dengan mendirikan empat puskesmas lapangan di beberapa wilayah.

“Puskesmas utamanya itu ada di Cijedil, Nagrak, Cugenang, dan Warung Kondang. Itu tetap berjalan. Lalu kita support di empat titik, yakni Nagrak satu puskemas lapangan, Cugenang dua puskesmas lapangan, dan Warung Kondang satu puskesmas lapangan,” kata dia.
Selain mendirikan puskesmas lapangan, Dinkes Cianjur menyediakan pelayanan puskesmas keliling untuk mencegah penularan penyakit. Menurut dia, banyaknya lokasi pengungsian menjadi tantangan tersendiri dalam upaya memberikan pelayanan kesehatan kepada warga yang terdampak gempa.
“Titik pengungsi ada 400 lebih. Kalau lihat di data BPBD hari ini pengungsi titiknya ada di 400 lebih. Itu di pengungsian yang terpusat dan mandiri, dan kita akan menempatkan relawan. Kami maksimalkan di pengungsian yang terpusat, lalu untuk yang mandiri kita sisir dengan pelayanan puskesmas keliling,” ujar dia.

Menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), sebanyak 3.175 tenaga medis sudah disebar ke 194 lokasi pengungsian guna menangani warga yang terdampak gempa. Ribuan tenaga medis itu disebar ke wilayah Kecamatan Pacet, Cugenang, Gekbrong, Warungkondang, Mande, Cilaku, Cibeber, dan Cianjur Kota.
Data BNPB juga menunjukkan, di antara korban gempa yang mengungsi ada 92 penyandang disabilitas, 1.207 ibu hamil, dan 4.240 warga lanjut usia. Sementara tenaga kesehatan yang melayani korban gempa meliputi dokter umum, dokter spesialis, perawat, ahli gizi, bidan, apoteker, tenaga surveilans, tenaga kesehatan lingkungan, terapis, dan psikolog.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) meminta Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat serta BNPB menambah jumlah sanitasi higienis bagi pengungsi gempa Cianjur. Kesehatan para pengungsi perlu dijaga karena terbatasnya fasilitas mulai dari kamar mandi, dapur, hingga tempat tidur.

“Penting untuk segera merespons buruknya situasi dan fasilitas sanitasi di area pengungsian, guna menghindari timbulnya beragam masalah baru pada kesehatan keluarga dan anak,” kata Komisioner KPAI Ai Maryati Solihah.
Menurut dia, sanitasi yang bersih, air yang tercukupi, alat mandi, dan sebagainya menjadi kebutuhan pengungsi paling utama. Petugas kesehatan yang tergabung dalam tim sanitarian juga telah melaksanakan pengambilan dan pemeriksaan kualitas air di 20 titik pengungsian. Selain itu, pemantauan jentik dan pengasapan (fogging) turut dilakukan di Desa Cijedil, Kecamatan Cugenang.
KPAI juga meminta kepada pemerintah memperbanyak bantuan susu untuk anak-anak pengungsi gempa Cianjur agar daya tahan bisa meningkat selama tinggal di tenda pengungsian. Maryati menyebut permintaan ini sudah disampaikan kepada Kementerian Sosial (Kemensos), Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA), dan Baznas RI.

“Kami sudah meminta kementerian dan lembaga terkait untuk memperbanyak penyediaan dan distribusi logistik perlengkapan dan makanan ramah anak yang spesifik, seperti susu formula, makanan pendamping ASI (MPASI), makanan tambahan balita, kebutuhan obat-obatan dan gizi anak, dan perlengkapan lain,” kata Maryati.
Menurut dia, pemerintah harus membuat data terpilah pengungsi dewasa dan anak, sebagai dasar perencanaan pelaksanaan penanganan korban. Dengan adanya pendataan secara optimal, dukungan logistik dan pemulihan psikososial bencana bagi anak dalam situasi darurat bisa segera dijalankan.
“Penting meningkatkan optimalisasi penyaluran bantuan melalui data terintegrasi guna menghindari tersendat dan tidak meratanya bantuan, terutama kebutuhan perempuan dan anak,” ujar dia
UMP DKI 2023 Hanya Naik Rp 259 Ribu
Kadin DKI masih keberatan UMP DKI naik 5,6 persen menjadi Rp 4,9 juta.
SELENGKAPNYABantu Korban Bencana, DD Gelar Konser Kemanusiaan
Beberapa musisi dan selebritas Tanah Air turut hadir dalam acara tersebut.
SELENGKAPNYAMasjid Bukan Arena Politik Partisan
Boleh bicara politik di masjid, tapi politik yang mencerahkan dan menyatukan umat.
SELENGKAPNYA