
Nasional
Moeldoko: Pemimpin Jangan Menunggu, Harus Bergerak
Keberanian untuk melakukan suatu lompatan harus dimiliki semua pihak
JAKARTA -- Kepala Staf Presiden, Moeldoko, berbagi cara untuk menjadi seorang yang berani memimpin lewat buku teranyarnya, "M-Leadership, Berani Memimpin". Moeldoko menguraikan cara untuk membentuk individu, tim, dan organisasi yang berani dengan pengalaman yang sudah dia lalui sebagai seorang individu dan pejabat publik.
"Harus berani move (bergerak). Sebagian dari kita menunggu. Itu persoalannya. Setelah itu bagaimana kita membangun, memotivasi, diri kita dan lingkungan. Setelah itu langkah berikutnya adalah bagaimana kita make difference. Jangan sama dengan yang lain," ujar Moeldoko dalam peluncuran buku terbitan Republika Penerbit itu di Indonesia International Book Fair (IIBF) 2022 di Hall B JCC, Jakarta, Kamis (10/11).
Moeldoko menyampaikan, di situasi dunia global yang selalu berubah dengan cepat, penuh dengan risiko, dan memiliki kompleksitas yang luar biasa tidak bisa seseorang atau suatu pihak hanya bergerak secara linier. Keberanian untuk melakukan suatu lompatan harus dimiliki semua pihak untuk menghadapi semua itu.
Bangun dulu diri kita sebagai seorang pemberani.
MOELDOKO Kepala Staf Presiden
Dalam bukunya, dia juga menggambarkan hal apa saja yang dapat dilakukan untuk mengurai rasa takut ke dalam tiga zona. Ketiga zona itu, berani untuk bergerak, berani untuk berbeda, dan berani untuk bersuara.
Menurut Moeldoko, jika ketiga hal itu sudah berhasil dilakukan, maka seseorang akan menjadi seorang yang pemberani. "Kalau itu bisa kita lakukan, kita akan menjadi individu, personal, pemberani. Bangun dulu diri kita sebagai seorang pemberani," kata dia.

Hal itu dia sampaikan setelah mendengar tanggapan dari pimpinannya saat menjadi seorang Panglima TNI, yakni Menteri Pertahanan (Menhan) Periode 2009-2014, Purnomo Yusgiantoro.
Purnomo pada kesempatan itu menceritakan bagaimana keberanian seorang Moeldoko saat ada suatu negara yang membangun mercusuar di wilayah sengketa untuk memengaruhi luas wilayah mereka. "Ketegasan yang disampaikan Pak Moeldoko di dalam rapat saat itu menggema. Hingga akhirnya pembangunan mercusuar itu tidak jadi dilakukan," ujar Purnomo.
Setelah bicara soal cara membangun diri sebagai seorang individu pemberani, dia menguraikan cara membangun tim yang pemberani. Moeldoko menyampaikan, untuk membangun tim yang pemberani, seorang pemimpin harus berani menjadi teladan. Sebab, keberanian dia sebut sebagai bagian dari teladan.
Dia mencontohkan apa yang dia lakukan ketika menugaskan Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) kala dia memimpin sebagai Panglima TNI untuk mengerahkan semua pesawat dalam perayaan HUT TNI. Terkait peristiwa itu, KSAU saat itu, Marsekal TNI (Purn) Ida Bagus Putu Dunia, menceritakan pengalamannya dalam menjalankan perintah Moeldoko yang secara kemungkinan sebenarnya sulit dilakukan tapi pada akhirnya berhasil.
"Kalau saya pada saat itu membuat keputusan ragu-ragu, KSAU akan lebih ragu-ragu lagi. Saya pastikan tidak ada yang tidak bisa. Jalan. Itu teladan seorang pemimpin. Keberanian itu sebagai bagian dari teladan," kata Ida Bagus.
Bentuk Organisasi
Setelah membeberkan cara membentuk pribadi dan tim yang pemberani, dia kemudian menguraikan cara membentuk organisasi pemberani. Kali ini, Moeldoko berkaca dengan apa yang sudah dia lakukan di Kantor Staf Presiden.
Hal yang juga diutarakan langsung oleh perwakilan pegawai KSP, Syska Hutagalung. Di mana seorang Moeldoko berani melakukan inovasi dan menerima banyak laporan aduan masyarakat.
Seorang pemimpin harus berani memimpin perubahan. Tadi saya lakukan perubahan.
MOELDOKO Kepala Staf Presiden
"Seorang pemimpin harus berani memimpin perubahan. Tadi saya lakukan perubahan. Perubahan cara pelayanan, berubah. Perubahan cara menyikapi, berubah. Doktrin saya di KSP, 'anggota sekalian, KSP adalah rumah terakhir pengaduan masyarakat. Kalau kalian tidak lagi bisa menjadikan solusi, terus masyarakat mau ke mana lagi.' Itu doktrin saya. Jadi berani melakukan perubahan," kata Moeldoko.
Hal berikutnya yang dapat dilakukan untuk menjadikan suatu organisasi sebagai organisasi pemberani adalah seorang pemimpin harus berani memelopori inovasi. Seorang pemimpin harus selalu mencari dan mencari bagaimana hal-hal baru dapat membuat pekerjaan menjadi lebih efektif.
"Yang ketiga adalah berani menghadapi situasi yang sulit. Kita ini dipercaya untuk menjadi pejabat harus berani menghadapi situasi yang sulit. Kalau tidak berani ya pensiun saja," kata dia.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Tindak Lanjuti Penghapusan Vaksinasi Meningitis
Kebijakan penghapusan vaksin meningitis harusnya sudah bisa mulai diberlakukan secepat mungkin.
SELENGKAPNYABPOM Ungkap Pemalsuan Kandungan Sirop Kasus Gagal Ginjal
BPOM menemukan beberapa drum berisikan senyawa kimia pemicu gagal ginjal yang sangat jauh melampaui batas aman.
SELENGKAPNYAMenkeu Waspadai Potensi Perlambatan Ekonomi
Perkiraan ini mempertimbangkan siklus perekonomian yang biasanya melambat pada akhir tahun.
SELENGKAPNYA