Pelatihan Bengkel Hijrah Iklim di Pondok Pesantren Misykatul Anwar, Bogor, beberapa waktu lalu | Republika/Achmad Syalaby Ichsan

Khazanah

Latih Pemimpin Muda Lewat Bengkel Hijrah Iklim

Banyak Muslim di daerah yang belum mempunyai pemahaman mumpuni terhadap isu iklim.

Dua puluh anak muda dari beragam daerah tengah sibuk beraktivitas di Aula Pondok Pesantren Misykatul Anwar 2, Bogor Jawa Barat, Selasa (18/10).

Mereka sedang melakukan studi kasus untuk melakukan advokasi lingkungan di daerah masing-masing. Dengan bersenjatakan spidol dan kertas, pemuda-pemudi ini mengonsep advokasi tersebut dalam bentuk gambar. 

Anak muda lintas daerah ini merupakan para peserta Bengkel Hijrah Iklim yang diselenggarakan oleh Purpose bekerja sama dengan berbagai elemen seperti Pesantren Misykatul Anwar pada 17-21 Oktober 2022. Direktur Komunikasi Strategi Purpose Rika Novayanti menjelaskan, mereka membuka rekrutmen terbuka dan melakukan gerilya kepada berbagai organisasi keislaman untuk menghadirkan para peserta.

“Kita berusaha sudah benar dari awal. Supaya yang kita ajak memang benar mereka yang tepat kita ajak bicara tentang iklim lingkungan,” ujar Rika saat berbincang dengan Republika.

Menurut Rika, banyak sekali Muslim di  daerah punya pengetahuan agama sangat kuat, tetapi belum memiliki pemahaman yang mumpuni terhadap isu iklim. Padahal, Rika menjelaskan, Islam dekat dengan isu konservasi dan keadilan sosial. Dengan konsep Islam Rahmatan lil alamin, ujar dia, umat Islam diharapkan bisa membangun tanpa merusak. 

Belakangan, Rika menjelaskan, ada kesadaran yang tumbuh dari generasi muda Muslim mengenai lingkungan. Survei yang dilakukan oleh Purpose pada 2021  menunjukkan jika umat Islam sudah memiliki kesadaran yang cukup tinggi utamanya terkait bencana.

Menurut survei tersebut, 91 persen responden beragama Islam percaya bahwa menjaga lingkungan adalah tugas utama manusia sebagai khalifah di muka bumi. Hasil penelitian juga menunjukkan adanya kepercayaan yang tinggi terhadap ulama dan pemuka agama sebagai pembawa pesan terkait krisis iklim.

photo
Pelatihan Bengkel Hijrah Iklim di Pesantren Misykatul Anwar, Bogor, beberapa waktu lalu - (Republika/Achmad Syalaby Ichsan)

Dia menjelaskan, sering terjadi kesalahpahaman dari riset dan organisasi dunia yang pernah menyebut Indonesia sebagai kalangan yang apatis (climate denial) terhadap iklim. Padahal, ada konteks-konteks keimanan yang gagal ditangkap oleh berbagai periset global tersebut, misalnya konteks kebutuhan untuk mengakui kuasa Tuhan dalam setiap kejadian alam sebagai bentuk berserah diri.

Menurut dia, Muslim di Indonesia justru telah menunjukkan berbagai variasi kepedulian lingkungan dan iklim melalui berbagai kegiatan dan gerakan, mulai dari doa bersama hingga membentuk gerakan masjid hijau. Dia mengungkapkan, berbagai fatwa juga telah dikeluarkan terkait persoalan lingkungan.

Bahkan, beberapa pendekatan awal terhadap masalah lingkungan seperti kebakaran hutan dan kekeringan seringkali sangat religius karena punya kepedulian terhadap sosial dan lingkungan seperti: istighosah, mujahadah, dan shalat Istisqa’.

Rika menjelaskan, pelatihan bertajuk Bengkel Hijrah Iklim ini merupakan tindak lanjut dari Kongres Umat Islam untuk Indonesia Lestari yang diselenggarakan di Istiqlal, Jakarta, Agustus 2022 lalu. Salah satu dari risalah kongres tersebut yakni anak muda dan perempuan harus didorong untuk memainkan peran kepemimpinan dalam mengelola dan mengorganisasikan solusi perubahan iklim.

Untuk itu, Rika menjelaskan, pendekatan dalam pelatihan kali ini dilakukan untuk mencari pemimpin muda di level tapak yang bisa bergerak dalam narasi pelestarian lingkungan. “Kita buat kelompok inti mereka yang sudah mendapat pelatihan mengaplikasikan lagi hasil pelatihan di daerah masing-masing dan membuat sesuatu di daerahnya,” jelas Rika.

 

 

Kita buat kelompok inti mereka yang sudah mendapat pelatihan mengaplikasikan lagi hasil pelatihan di daerah masing-masing

 

RIKA NOVAYANTI Direktur Komunikasi Strategi Purpose
 

 

Pendiri Pesantren Misykatul Anwar Roy Murtadho berharap agar kaum muda mengerti bagaimana perspektif lingkungan dari kacamata Islam. Tokoh muda NU yang akrab disapa Gus Roy ini menjelaskan, sudah waktunya anak muda Islam terlibat untuk mencegah kerusakan lingkungan yang semakin mengkhawatirkan.

“Kita berharap mereka menjadi dai dan daiyah dakwah bagaimana Islam itu peduli terhadap lingkungan. Mereka bisa eksperimen di komunitasnya masing-masing,” tegas dia. 

 

 

Kita berharap mereka menjadi dai dan daiyah dakwah bagaimana Islam itu peduli terhadap lingkungan

 

ROY MURTADHO Pendiri Pesantren Misykatul Anwar
 

 

Salah satu peserta, Fauzan dari Kader Hijau Muhammadiyah, mengaku mendapat banyak pencerahan dari pelatihan selama lima hari tersebut. Menurut aktivis asal Malang, Jawa Timur itu, pelatihan yang diselenggarakan lebih fresh dan mudah dipahami.

“Saya pertama kali di sini langsung kepikiran distimulus teman-teman lain di Jawa Timur dan sekitarnya betapa krisis iklim sedang terjadi khususnya di Indonesia,” ujar dia.

 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Jalur KA Sumberpucung-Pohgajih Malang Terus Dinormalisasi

Kegiatan yang sudah dilakukan dioptimalkan dengan menerjunkan alat berat

SELENGKAPNYA

Kiai Abbas Abdul Djamil Tokoh Pergerakan Cirebon

Kontribusinya dalam mengusir penjajah sangat besar melalui gerilya Laskar Hizbullah.

SELENGKAPNYA

Jihad Santri Melawan Penjajah

Sesudah Indonesia merdeka, kalangan santri semakin merapatkan barisan untuk membela Tanah Air.

SELENGKAPNYA